Energi

Pertamina Bidik Pembangunan Kilang Tuban Rampung pada 2025

  • Kilang Tuban dirancang sebagai salah satu kilang minyak tercanggih di dunia, dengan total 70 unit yang mencakup 14 unit pengolahan BBM dan 7 unit pengolahan petrokimia.
Cerobong asap dari Total kilang minyak Grandpuits terlihat tepat setelah matahari terbenam, tenggara Paris
Cerobong asap dari Total kilang minyak Grandpuits terlihat tepat setelah matahari terbenam, tenggara Paris (Reuters/Christian Hartmann) (Reuters/Christian Hartmann)

JAKARTA - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memastikan, proyek Grass Root Refinery di Kilang Tuban (GRR Tuban) hasil skema joint venture (JV) dengan perusahaan Rusia, Rosneft akan selesai tahun ini.

Corporate Secretary Kilang Pertamina Internasional, Hermansyah Y. Nasroen mengatakan, saat ini perusahaan tengah fokus pada penyelesaian Revamping Development Master Plan (RDMP) Balikpapan dan GRR Tuban di tahun ini.

"Sampai saat ini, Pertamina masih bersama Rosneft. Terlepas dari urusan sanksi. Kita kan ada JV dengan Rosneft. Kita masih bersama dia, masih terikat dengan JV itu," kata Hermansyah saat ditemui di Jakarta Pusat dilansir pada Selasa, 11 Maret 2025.

Menurutnya target penyelesaian masih sama di bulan September 2025, namun setelah kunjungan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia target diminta maju di Juli 2025. Hermansyah berharap, GRR Tuban dapat segera mengalami kemajuan signifikan di 2025 salah satunya merampungkan tahapan Final Investment Decision (FID).

Sampai saat ini komunikasi yang intensif masih dibangun dengan pihak Rosneft dan segala keputusan terkait kelanjutan proyek itu juga akan diputuskan bersama.

Hermansyah mengakui proyek ini terlambat saat tahapan tender EPC, sehingga membuat proses FID menjadi lebih lama dari target. Selain itu, dia menjamin tidak ada kendala lain.

Hermansyah yakin tidak ada intervensi yang diperlukan dari pemerintah berkaitan dengan Rosneft, karena kerja sama ini berjalan secara business to business (B2B).

Adapun sekadar informasi, Pertamina dan Rosneft membangun perusahaan patungan itu pada November 2017 dengan nama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) untuk proyek GRR Tuban. Sebanyak 55% saham dipegang Pertamina dan 45% sisanya milik Rosneft.

Sayangnya proyek tersebut sempat terkendala konflik geopolitik yang pecah antara Rusia-Ukraina dan kaitannya dengan sanksi dari Amerika Serikat (AS). Bahkan, sempat ada isu pergantian mitra di GRR Tuban menggantikan Rosneft, namun ditampik oleh KPI.

Proyek Grass Root Refinery (GRR) merupakan investasi untuk pembangunan Kilang Tuban ini diperkirakan mencapai US$21 miliar atau sekitar Rp315 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per US$).

Berdasarkan data Pertamina, proyek kilang minyak ini ditargetkan bisa memproduksi BBM dengan standar Euro V dan menghasilkan 12,8 juta kilo liter (kl) per tahun, meliputi avtur 1,49 juta kl, diesel 5,2 juta kl, RON 92 5,95 juta, dan RON 95 0,16 juta kl.

Selain BBM, kilang Tuban ini juga ditargetkan bisa memproduksi 4,70 juta ton petrokimia per tahun, terdiri dari 1,3 juta ton paraxylene, 510 ribu ton styrene, 650 ribu ton LLDPE/HDPE, 1,16 juta ton polypropylene, 407 ribu ton sulfur, 500 ribu ton MEG, dan 173 ribu ton MTBE secara tahunan.

Profil Kilang Tuban

Proyek GRR Tuban, yang terletak di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, adalah salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan investasi sebesar US$13,5 miliar atau sekitar Rp205,05 triliun. Kilang ini dirancang untuk mengolah 300 ribu barel minyak mentah per hari dan menghasilkan 30 juta liter bahan bakar minyak (BBM) per hari, termasuk gasoline dan diesel berkualitas Euro V. 

Pembangunan kilang ini membutuhkan lahan seluas 840 hektare yang tersebar di Desa Wadung, Sumurgeneng, dan Kaliuntu. Proses pembebasan lahan sempat menghadapi kendala, namun akhirnya berhasil diselesaikan, menjadikan beberapa warga setempat menerima kompensasi signifikan hingga mencapai Rp28 miliar. Hal ini menyebabkan fenomena "kampung miliarder" di wilayah tersebut. 

Pada tahap konstruksi, proyek ini diperkirakan akan menyerap hingga 20.000 tenaga kerja, dan sekitar 2.500 tenaga kerja saat mulai beroperasi. Selain itu, untuk mendukung distribusi produk kilang, direncanakan pembangunan infrastruktur pendukung seperti jalan tol yang menghubungkan Tuban dengan Gresik serta reaktivasi jalur kereta api Tuban–Babat–Jombang. 

Perkembangan proyek saat ini masih dalam tahap persiapan keputusan akhir investasi atau Final Investment Decision (FID) dengan mitra dari Rusia, Rosneft Singapore Pte Ltd. Pemerintah telah memberikan tenggat waktu hingga Maret 2025 untuk penyelesaian FID. Jika Rosneft tidak memenuhi kewajibannya sesuai regulasi, pemerintah akan mencari investor baru. 

Kilang Tuban dirancang sebagai salah satu kilang minyak tercanggih di dunia, dengan total 70 unit yang mencakup 14 unit pengolahan BBM dan 7 unit pengolahan petrokimia. Kilang ini juga akan terintegrasi dengan kompleks industri petrokimia yang dapat mengolah material minyak bumi menjadi produk turunan petrokimia seperti styrene, polypropylene, polyethylene, serta produk aromatik. 

Dengan kapasitas pengolahan minyak mentah sebesar 300 ribu barel per hari, kilang ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM dan meningkatkan produksi minyak bumi nasional.