Pasar Kripto Berdarah, Apa yang Harus Diwaspadai Investor?
- Bitcoin jatuh ke level terendah tujuh bulan dan turun hampir 10% dalam sepekan. Kapitalisasi pasar kripto tergerus lebih dari US$1 triliun di tengah sentimen ekstrem. Simak strategi taktis untuk investor.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Pasar kripto kembali diguncang setelah Bitcoin merosot ke level terendah dalam tujuh bulan. Pada Rabu, 19 November 2025, BTC sempat jatuh hingga mencapai US$ 88.522 sebelum kembali pulih ke kisaran US$91.806 pada Kamis, 20 November 2025.
Dalam sepekan, aset kripto terbesar di dunia ini ambruk hampir 10%, memicu kekhawatiran baru terhadap stabilitas pasar. Sejumlah analis menilai kejatuhan ini sebagai bagian dari “kehancuran lebih dari US$ 1 triliun” yang kembali menekan industri aset digital.
Tekanan pasar tidak hanya menghantam investor kecil, tetapi juga pelaku institusi. Penurunan tajam harga membuat pembeli ritel menderita kerugian signifikan, sementara beberapa perusahaan penyimpan aset digital besar mulai kehilangan keunggulan.
Penurunan premi saham yang mereka miliki digambarkan sebagai fase ketika perusahaan treasury aset digital premi sahamnya mulai menghilang. Situasi ini memperlihatkan bahwa gejolak pasar kripto kali ini memiliki cakupan lebih luas dibandingkan koreksi sebelumnya.
Kapitalisasi Pasar Kripto Terkuras Drastis
Dilansir dari laman Economic Times, Bitcoin sempat mencatat kenaikan tipis dari titik terendah, dipengaruhi oleh sentimen positif dari sektor teknologi. Peningkatan terjadi setelah Nvidia memberikan proyeksi pendapatan yang kuat.
Hal ini dinilai sebagian analis mampu meredakan kekhawatiran terkait perlambatan belanja kecerdasan buatan (AI). Meski begitu, kenaikan ini belum cukup untuk mengubah arah pasar secara signifikan.
Para trader kini menyoroti level support penting yang menjadi penentu arah pergerakan BTC selanjutnya. Beberapa titik yang dianggap krusial meliputi US$ 85.000, US$ 80.000, dan titik terendah 2025 di US$ 77.424. Level-level tersebut diyakini menjadi zona pertahanan penting sebelum potensi koreksi yang lebih dalam.
Selain Bitcoin, keseluruhan pasar kripto juga mengalami tekanan hebat. Kapitalisasi pasar kripto global yang sempat mencapai US$ 4,3 triliun pada 6 Oktober kini mendekati US$ 3,2 triliun.
Sebagian analis menyebut kondisi ini sebagai penurunan terbesar sejak awal tahun, meski mereka menegaskan bahwa sebagian besar penurunan adalah kerugian di atas kertas, bukan kerugian uang tunai di dunia nyata.

Investor Mulai Ragu
Ketidakpastian ekonomi global turut memperburuk keadaan. Menurut James Butterfill dari CoinShares, “Investor agak ragu-ragu, mereka tidak memiliki arahan apa pun terkait kondisi makro ekonomi.” ujarnya dikutip Bloomberg Senin, 20 November 2025.
“Yang bisa mereka lihat hanyalah apa yang dilakukan para investor kripto kakap,” ungkapnya menggambarkan betapa kuatnya pengaruh pergerakan investor besar dalam situasi volatil ini.
Selain faktor makro, dinamika internal pasar kripto juga memperburuk tekanan. Banyak investor jangka panjang mulai menutup posisi untuk mengamankan keuntungan, sehingga memperbesar tekanan jual.
Sementara itu, flash crash pada 10 Oktober membuat banyak market maker terkena likuidasi, menyebabkan likuiditas order book menipis dan memicu pergerakan harga yang lebih ekstrem.
Meski sebagian analis melihat tanda-tanda bahwa pasar mendekati titik jenuh jual, risiko penurunan masih belum hilang.
“Saya pikir kita lebih dekat dengan akhir aksi jual, tetapi pasar sedang tidak nyaman dan kripto bisa mengalami penurunan lebih lanjut sebelum menemukan landasan untuk pulih,” jelas Matthew Hougan dari lembaga keuangan Bitwise.
Sementara itu, Indeks Fear & Greed kembali merosot ke level extreme fear, mencerminkan tekanan psikologis yang kuat di kalangan investor akibat meningkatnya volatilitas, perubahan volume perdagangan, tren pencarian, hingga pergeseran dominasi Bitcoin.
"Pergeseran ekspektasi ini memicu kondisi risk-off di pasar global, mendorong penguatan dolar AS dan kenaikan yield Treasury. Dampaknya, investor cenderung mengurangi eksposur pada aset berisiko tinggi seperti kripto,” ungkap Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin dikutip keterangan resmi.
Fahmi menjelaskan bahwa secara historis kondisi seperti itu kerap menjadi area accumulation atau penumpukan aset saat harga rendah bagi investor institusi, meskipun ia menekankan bahwa arah pergerakan jangka pendek tetap perlu dicermati dengan hati-hati.
“Secara historis, kondisi seperti ini tidak jarang menjadi area accumulation, penumpukan aset saat harga rendah, bagi investor institusi. Meskipun arah pergerakan jangka pendek tentu tetap perlu dicermati,” jelas Fahmi.
Catatan historis pun mendukung hal tersebut, level indeks di rentang 10–15 sering diikuti rebound dalam 1–8 minggu, bahkan pada Februari 2025 tercatat rebound mencapai 13,2% hanya dalam satu minggu.
Meski demikian, Fahmi mengingatkan bahwa extreme fear tidak selalu langsung berujung pada pembalikan cepat. Karena itu, ia menekankan pentingnya menerapkan manajemen risiko sesuai profil masing-masing, terutama di tengah ketidakpastian pasar yang tinggi.
Namun bagi sebagian investor, situasi ini justru dapat dimanfaatkan sebagai momentum pembelian bertahap di level rendah. Fahmi menambahkan, “Investor dapat mempertimbangkan kripto bluechip, yang memiliki fundamental kuat dan potensi untuk pulih ketika pasar kembali membaik.” pungkas Fahmi.

Muhammad Imam Hatami
Editor
