Nyangkut di Saham IPO yang ARB? Belajar dari PMUI, Ini yang Harus Dilakukan
- Belajar dari horor IPO PMUI yang langsung ARB. Kenali 'red flag' dalam prospektus dan cara menghindari saham IPO yang berisiko tinggi sejak awal.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA – Mimpi buruk setiap pemburu cuan IPO akhirnya terjadi lagi. Saham PT Prima Mineral Utama Indonesia Tbk (PMUI), yang baru resmi melantai pada 10 Juli 2025, langsung amblas dan terkunci di batas Auto Rejection Bawah(ARB) sejak hari pertama perdagangannya.
Bagi investor yang sudah terlanjur membeli, situasi ini pasti membuat panik. Harga saham anjlok, namun mau dijual pun tidak bisa karena tidak ada yang mau membeli. Antrean jual terlihat menumpuk jutaan lot, sementara antrean beli kosong melompong.
Fenomena 'nyangkut' di saham ARB seperti ini adalah salah satu risiko terbesar dalam berburu saham IPO. Jadi, apa yang sebenarnya bisa dilakukan jika kita terjebak dalam situasi ini? Mari kita bedah beberapa strategi dan pelajaran penting dari kasus PMUI.
- Baru IPO Langsung ARB, PMUI Disorot Soal Dana Publik untuk Beli Aset Bos Sendiri
- Tarif Trump Bikin Harga Uniqlo Naik! Anak Muda Siap-siap Gigit Jari
- Liburan ke Karimunjawa Kini Bisa Terbang Pakai Susi Air
1. Kenapa IPO PMUI Langsung Amblas?
Sebelum mencari cara keluar, kita harus paham dulu kenapa sebuah saham IPO bisa langsung ARB. Kasus PMUI memberikan beberapa 'red flag' atau tanda bahaya yang sebenarnya sudah bisa dideteksi sejak awal oleh investor yang teliti.
Pertama, penggunaan dana IPO yang kontroversial. Poin paling disorot adalah rencana perusahaan menggunakan Rp56 miliar dana publik untuk membeli tanah dan bangunan milik direktur utamanya sendiri. Skema "jual aset pribadi ke perusahaan sendiri pakai uang investor" seperti ini seringkali menjadi sinyal negatif.
Kedua, minat pasar yang rendah saat penawaran. Ternyata, hanya 25% dari saham yang ditawarkan yang berhasil diserap oleh pasar. Sisanya yang 75% harus ditanggung oleh penjamin emisi. Ini adalah pertanda jelas bahwa investor institusional yang besar tidak tertarik dengan IPO ini.
2. Memahami Antrean Jua': Kenapa Saham ARB Susah Dijual?
Bagi yang belum paham, saat sebuah saham terkena ARB, artinya harga penawarannya sudah menyentuh batas penurunan maksimal dalam satu hari. Dalam kondisi ini, hampir semua pemegang saham ingin menjual, dan hampir tidak ada yang mau membeli.
Akibatnya, terjadi antrean jual yang sangat panjang. Sistem bursa bekerja berdasarkan prioritas waktu. Siapa yang memasang order jual paling awal, pesanannya akan berada di barisan paling depan. Jika ada sedikit saja permintaan beli, order terdepan inilah yang akan dieksekusi terlebih dahulu.
Masalahnya, jika Anda baru memasang order jual saat pasar sudah dibuka, pesanan Anda akan berada di belakang antrean jutaan lot lainnya, membuat kemungkinan saham Anda terjual menjadi sangat kecil.
3. Adu Cepat Pasang Order Jual di Sesi Pre-Opening
Lalu, bagaimana caranya agar bisa berada di antrean paling depan? Satu-satunya cara yang paling umum adalah dengan memasang order jual pada sesi pre-opening pasar.
Sesi pre-opening biasanya berlangsung sebelum pasar reguler dibuka, sekitar pukul 08:45 hingga 08:59 WIB. Di waktu inilah para investor yang 'nyangkut' akan berlomba-lomba memasukkan order jual di harga ARB hari itu.
Ini benar-benar adu cepat. Anda harus sudah siap dengan aplikasi sekuritas Anda beberapa menit sebelum sesi ini dimulai dan langsung memasang order jual di harga terendah yang diizinkan (harga ARB). Jika beruntung, order Anda akan masuk ke dalam antrean awal.
4. Banting Harga di Bawah ARB (Pasar Nego)
Jika 'adu cepat' di pasar reguler masih gagal, ada satu 'pintu darurat' lain, meskipun tidak semua investor bisa mengaksesnya dengan mudah. Pintu ini adalah Pasar Negosiasi.
Di pasar negosiasi, Anda bisa menjual saham di harga berapapun, bahkan di bawah harga ARB, selama ada pihak lain yang mau membelinya. Biasanya, strategi ini digunakan oleh investor dengan jumlah lot yang besar untuk bisa segera keluar dari saham tersebut.
Namun, cara ini punya konsekuensi. Anda harus siap 'banting harga' atau menjual jauh lebih murah dari harga ARB, yang berarti kerugian Anda akan lebih besar. Ini adalah opsi pahit yang seringkali menjadi jalan keluar terakhir.
5. Pencegahan Lebih Baik dari Pengobatan
Setelah mengetahui betapa sulitnya keluar dari saham ARB, pelajaran paling berharga dari kasus PMUI adalah tentang pencegahan. Cara terbaik untuk tidak terjebak di saham ARB adalah dengan tidak membelinya sejak awal.
Selalu lakukan riset mendalam sebelum ikut memesan IPO. Baca prospektusnya dengan teliti, terutama pada bagian "Rencana Penggunaan Dana IPO". Jika sebagian besar dana digunakan untuk membayar utang kepada afiliasi atau membeli aset milik direksi, ini adalah 'red flag' yang sangat besar.
Kasus PMUI menjadi pengingat menyakitkan bahwa euforia IPO bisa menjadi pedang bermata dua. Jangan hanya tergiur potensi ARA, tapi abaikan risiko ARB. Selalu utamakan kualitas dan tata kelola perusahaan di atas sekadar hype sesaat.

Alvin Bagaskara
Editor
