Nihil Korban dan Minim Kerusakan: Menyibak di Balik Gempa Rusia
- Kombinasi antara letak geografis yang menguntungkan, topografi pelindung alami, kepadatan penduduk rendah, dan sistem peringatan dini yang efektif membuat banyak nyawa terselamatkan dari gempa dan tsunami Rusia.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Gempa bumi berkekuatan 8.8 magnitudo mengguncang kawasan Semenanjung Kamchatka, Rusia timur, pada pukul 11:25 waktu setempat (00:25 BST). Guncangan dahsyat ini memicu kekhawatiran akan terulangnya bencana tsunami seperti di Samudra Hindia (2004) dan Jepang (2011).
Namun hingga kini, dampaknya tercatat jauh lebih ringan dari prediksi awal, baik dari sisi tsunami maupun jumlah korban jiwa. Gempa kali ini memicu gelombang tsunami setinggi maksimal 4 meter di sejumlah wilayah pantai timur Rusia.
Kendati tinggi, gelombang tersebut tidak menimbulkan kerusakan besar seperti tragedi sebelumnya di kawasan Asia dan Pasifik. Hingga Kamis 31 Juli 2025 sore, gempa Rusia yang disertai tsunami juga nihil korban meninggal dunia.
Sebagai perbandingan, gelombang tsunami 2004 dan 2011 masing-masing mencapai 30 meter dan 40 meter, merenggut ratusan ribu nyawa. Semenanjung Kamchatka terletak di wilayah Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire), zona geologi aktif yang menyumbang sekitar 80% dari seluruh gempa bumi dunia.
Di bawah kawasan ini, lempeng Pasifik bergerak ke arah barat laut dan menyusup di bawah mikrolempeng Okhotsk, dalam proses geologi yang disebut subduksi.
Proses ini menumpuk energi selama ribuan tahun, dan ketika dilepaskan secara tiba-tiba, memicu apa yang dikenal sebagai megathrust earthquake, jenis gempa paling kuat di Bumi. Gempa seperti ini tidak hanya terjadi di satu titik, tapi bisa merobek jalur patahan sepanjang ratusan kilometer.
"Ketika kita biasanya berpikir tentang gempa bumi, kita membayangkan episentrum sebagai titik kecil di peta. Namun, untuk gempa bumi sebesar itu, patahannya akan pecah hingga ratusan kilometer, jumlah pergeseran dan luas patahan yang sangat besar inilah yang menghasilkan magnitudo gempa bumi yang sangat tinggi." ," jelas Dr. Stephen Hicks, dosen seismologi lingkungan di University College London, dikutip Reutes, Kamis, 31 Juli 2025.
Minim Kerusakan Usai Gempa Rusia
Meskipun kekuatan gempa sangat besar, sejumlah faktor teknis membuat tsunami kali ini tidak mencapai tingkat kehancuran besar. Menurut Prof. Lisa McNeill, pakar tektonik dari University of Southampton, bentuk topografi dasar laut dan pantai di sekitar Kamchatka membantu meredam gelombang.
Selain itu, kedalaman gempa sekitar 20,7 km memungkinkan terjadinya pergeseran lempeng besar, namun jika kedalaman aktual ternyata lebih besar dari perkiraan awal, maka amplitudo tsunami bisa jadi lebih kecil. "Ketinggian gelombang tsunami juga dipengaruhi oleh bentuk dasar laut setempat di dekat pantai dan bentuk daratan tempat gelombang itu tiba," jelas Lisa.
Faktor penyelamat lainnya adalah topografi dan kepadatan penduduk wilayah Kamchatka. Semenanjung ini memiliki bentang alam bergunung-gunung, curam, dan berbukit tinggi di dekat garis pantai, sehingga banyak wilayah pesisir berada jauh di atas permukaan laut.
Ini secara alami melindungi kawasan pemukiman dari hempasan gelombang tsunami. "Faktor-faktor ini, beserta seberapa padat penduduk di pesisir, memengaruhi seberapa serius dampaknya," tambah Lisa.
Selain itu, Kamchatka dikenal sebagai wilayah yang sparsely populated (berpenduduk jarang). Banyak wilayah pesisir tidak dihuni secara padat, sehingga potensi korban jiwa jauh lebih kecil dibandingkan daerah padat seperti Banda Aceh (2004) atau Sendai, Jepang (2011).
Kemajuan teknologi juga memainkan peran besar. Setelah gempa terdeteksi, peringatan dini tsunami dikeluarkan dalam hitungan menit, memicu evakuasi massal. Di Jepang, lebih dari 1,9 juta orang diperintahkan mengungsi ke dataran tinggi, sebuah langkah preventif yang tidak tersedia saat tsunami 2004 terjadi.
Ilmuwan memperingatkan bahwa gempa susulan (aftershock) kemungkinan masih akan terjadi dalam beberapa minggu ke depan. Sepuluh hari sebelum kejadian ini, telah tercatat gempa berkekuatan 7.4 di kawasan yang sama, yang kini diyakini sebagai foreshock, rangkaian pergeseran awal sebelum gempa utama terjadi.
Gempa bumi Kamchatka 2025 adalah salah satu yang terkuat dalam sejarah modern, namun tidak menyebabkan bencana besar seperti yang dikhawatirkan. Kombinasi antara letak geografis yang menguntungkan, topografi pelindung alami, kepadatan penduduk rendah, dan sistem peringatan dini yang efektif membuat banyak nyawa terselamatkan.

Muhammad Imam Hatami
Editor
