Industri

Mirroring Kontrak Blok Rokan Hampir Rampung, Pertamina Optimistis Lifting Minyak Melejit

  • PT Pertamina (Persero) tengah mengelola Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia mulai 9 Agustus 2021. Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman mengungkap kinerja perusahaan pelat merah bakal meningkat pesat demi alih kelola blok Rokan.

Minyak mentah
Ilustrasi produksi minyak mentah (Pixabay)

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) tengah mengelola Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia mulai 9 Agustus 2021. Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman mengungkap kinerja perusahaan pelat merah bakal meningkat pesat demi alih kelola blok Rokan.

Fajriyah menyebut proses mirroring kontrak eksisting sudah mencapai 95% atau telah merampungkan 276 kontrak dari 290 kontrak.

“Langkah ini merupakan upaya perseroan untuk menjaga kedaulatan energi nasional dengan meningkatkan produksi minyak dan gas serta mendukung pemerintah mewujudkan produksi 1 juta barel,” kata Fajriyah dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu, 19 Juni 2021.

Selain itu, Pertamina diketahui tengah menyiapkan local business development (LBD) untuk memacu mitra bisnis dalam negeri. Sebanyak 260 kontrak tengah disiapkan perusahaan pelat merah ini dengan jumlah mitra yang terlibat mencapai 690 mitra.

Proses penyelesaian kontrak LBD Pertamina dan mitra di Blok Rokan ditargetkan rampung pada akhir Juni 2021. Lifting minyak di Blok Rokan diproyeksikan Pertamina bakal mencapai  165.000 barel minyak  per hari (Bph).

Tantangan Benahi Kelistrikan

Alih kelola Blok Rokan ini bukan berarti tidak meninggalkan masalah. Kendala utama yang harus dibenahi Pertamina adalah soal pasokan listrik. Pasalnya, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN saat ini masih menunggu hasil lelang akuisisi pembangkit listrik milik PT Mandau Tenaga Nusantara di blok Rokan.

PLN dalam hal ini masih menunggu akusisi North Duri Cogneration (NDC) Plant yang memiliki kapasitas hingga 300 MegaWatt (MW). Sejumlah pihak menilai PLN sebagai perusahaan tunggal kelistrikan negara secara otomatis bisa menguasai kelistrikan di Blok Rokan usai Pertamina mengambil alih blok migas tersebut.

Pasalnya, biaya pembangunan (investment expenditures) dan biaya operasional (operational expenditures) pembangkit itu sudah sepenuhnya diganti oleh negara. Untuk diketahui, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang disepakati Chevron saat mengelola Blok Rokan ialah cost recovery.

Artinya, seluruh biaya investasi pengembangan blok Rokan telah diganti oleh dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini berlaku pula untuk pengembangan kelistrikan di Blok Rokan.

Tidak hanya itu, masalah lain yang membelit Blok Rokan datang dari catatan lifting yang terus merosot. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), lifting minyak di Blok Rokan terakhir kali mencapai 151,6 juta barel per tahun pada 2007. 

Setelah itu, angkanya terus merosot menjadi 137 juta barel pada 2009, 127,3 juta barel pada 2011, 116 juta barel pada 2013 hingga 102 juta barel pada 2015. (SKO)