Mengenal GBU-57 MOP, Senjata Pemusnah Bunker Iran Milik Amerika Serikat
- GBU-57/B MOP menawarkan kemampuan penetrasi yang belum tertandingi oleh senjata serupa dari negara lain. Bom ini mampu menembus hingga 60 meter tanah, 18 meter beton bertulang (5.000 psi), atau 8 meter beton ultra-keras (10.000 psi)

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA - Sebuah operasi militer besar-besaran yang dinamakan Operasi Midnight Hammer digelar oleh Amerika Serikat sebagai serangan presisi terhadap fasilitas nuklir bawah tanah di Isfahan, Iran.
Serangan ini melibatkan kombinasi kekuatan udara dan laut, dengan senjata utama berupa GBU-57/B Massive Ordnance Penetrator (MOP), bom penghancur bunker terbesar dan tercanggih di dunia.
Selain MOP, lebih dari dua lusin rudal jelajah Tomahawk ditembakkan dari kapal selam kelas Ohio ke arah sasaran, menargetkan sistem pertahanan dan infrastruktur penting yang mendukung program nuklir Iran.
Seluruh senjata yang digunakan dalam operasi ini memiliki tingkat presisi tinggi dan menurut pejabat Pentagon, seluruh amunisi mengenai target dengan akurasi maksimal, menghancurkan bagian-bagian kritikal dari fasilitas bawah tanah tersebut.
Keunggulan GBU-57 MOP
GBU-57/B MOP menawarkan kemampuan penetrasi yang belum tertandingi oleh senjata serupa dari negara lain. Bom ini mampu menembus hingga 60 meter tanah, 18 meter beton bertulang (5.000 psi), atau 8 meter beton ultra-keras (10.000 psi).
Keunggulan ini jauh melampaui kemampuan bom bunker-buster lain seperti KAB-1500L-Pr milik Rusia yang hanya berbobot sekitar 1.500 kg dengan penetrasi beton di bawah 10 meter, atau SPICE-2000 milik Israel dan India yang hanya mampu menembus sekitar 8 meter.
GBU-57 juga membawa muatan ledak yang sangat besar, yaitu 2.423 kg, terdiri dari campuran AFX-757 (2.082 kg) dan PBXN-114 (341 kg). Muatan ini dirancang untuk memberikan ledakan terkonsentrasi di ruang bawah tanah tertutup, memastikan kehancuran total pada struktur yang dilindungi secara ekstrem.
Sistem pemandu bom ini menggunakan integrasi GPS/INS, tanpa modul JDAM tambahan, namun tetap memberikan akurasi tinggi. Selain itu, bom ini distabilkan dengan sirip grid lipat yang memungkinkan dimuat di dalam bay internal pesawat B-2 Spirit, satu-satunya pesawat operasional saat ini yang dapat mengangkut bom tersebut.
Kekurangan GBU-57 MOP
Meskipun memiliki keunggulan teknis yang sangat menonjol, MOP juga memiliki sejumlah keterbatasan strategis. Salah satunya adalah ketergantungan penuh pada B-2 Spirit sebagai satu-satunya platform yang dapat membawa bom ini.
Artinya, efektivitas senjata ini bergantung pada kesiapan dan ketersediaan B-2 dalam misi tempur. Pesawat B-21 Raider yang sedang dikembangkan diharapkan menjadi solusi masa depan, namun hingga saat ini B-2 tetap menjadi tulang punggung operasi MOP.
Selain itu, jumlah stok MOP sangat terbatas. Dari sekitar 20 unit yang pernah diproduksi hingga 2015, sebanyak 14 digunakan dalam satu malam selama Operasi Midnight Hammer, yang berarti sekitar 70% dari total stok habis digunakan sekaligus.
Hal ini memunculkan pertanyaan serius tentang kemampuan Amerika Serikat dalam memproduksi kembali senjata ini secara cepat jika konflik berlanjut atau meluas. Keterbatasan lain adalah tidak adanya fitur void-sensing fuze dalam MOP. Bom ini dirancang untuk meledak hanya setelah berhenti, bukan saat melewati rongga target.
Dalam konteks target bunker bertingkat atau ruang berlapis, hal ini bisa mengurangi efektivitas penghancuran secara optimal. Amerika Serikat saat ini merupakan satu-satunya negara yang memiliki kombinasi antara bom super-penetrator seperti GBU-57 dan pesawat stealth jarak jauh seperti B-2 Spirit.
Keunggulan ini menjadikan AS satu-satunya kekuatan militer yang mampu melaksanakan misi penghancuran fasilitas nuklir bawah tanah skala dalam secara efektif. Negara-negara lain belum memiliki senjata atau platform yang dapat menandingi kemampuan ini, baik dari sisi jangkauan, daya hancur, maupun kemampuan penetrasi.
Dengan teknologi ini, AS mampu mempertahankan posisi strategis globalnya dalam menghadapi ancaman proliferasi nuklir, dan dapat bertindak secara sepihak jika diperlukan untuk menetralisir fasilitas berisiko tinggi di wilayah yang sulit dijangkau.
Penggunaan GBU-57 MOP dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran membuktikan bahwa Amerika Serikat memiliki kemampuan teknologi dan operasional yang luar biasa dalam menghancurkan target bawah tanah yang sangat terlindungi.
Bom ini menunjukkan efektivitas tinggi dalam skenario perang modern, terutama dalam menghadapi ancaman nuklir yang tersembunyi. Namun, kebergantungan pada platform terbatas, jumlah stok yang kecil, serta tidak adanya teknologi fuze yang lebih adaptif menunjukkan bahwa dominasi ini tetap rapuh jika tidak dibarengi dengan kesiapan logistik dan produksi ulang yang memadai.

Ananda Astridianka
Editor
