Tren Ekbis

Mengapa Level IHSG Lebih Rendah dari Bursa Global? Ini Penjelasan Lengkapnya

  • IHSG berada di level 8.600, jauh di bawah Nikkei, S&P 500, dan DAX. Namun perbedaan angka bukan berarti tertinggal. Simak alasan struktural, metodologi indeks, dan kinerja IHSG yang justru kokoh.
BEI buka kembali kode broker dan domisili investor. Apa dampaknya untuk kamu yang baru terjun ke dunia saham? Simak manfaat, risiko, dan strategi amannya di sini.
BEI buka kembali kode broker dan domisili investor. Apa dampaknya untuk kamu yang baru terjun ke dunia saham? Simak manfaat, risiko, dan strategi amannya di sini. (Berbagai Sumber)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat level impresif di kisaran angka 8.600 pada 10 Desember 2025. Meski menjadi rekor domestik, angka tersebut terlihat jauh lebih kecil dibandingkan indeks bursa global seperti S&P 500 AS yang berada di level 6.886, Nikkei 225 Jepang di 50.602, atau DAX Jerman di 24.130. 

Namun perbedaan angka ini bukan berarti IHSG tertinggal, melainkan mencerminkan struktur pasar, metodologi perhitungan, skala kapitalisasi, dan dinamika ekonomi yang berbeda di tiap negara.

Dilansir dari ebrbagai sumber, Kamis, 11 Desember 2025, perbedaan level indeks tidak bisa langsung dibandingkan karena indeks di tiap negara menggunakan basis perhitungan dan tahun dasar (base year) yang berbeda. 

S&P 500 memakai basis tahun 1943, Nikkei 225 memakai basis 1949, DAX memakai basis 1987, sementara IHSG memakai basis 1983. Artinya, angka indeks adalah hasil perjalanan panjang dari tahun dasar tersebut. 

Semakin tua basisnya, semakin tinggi kemungkinan angka indeks melonjak. Level indeks itu tidak menunjukkan siapa yang lebih kuat. Yang penting adalah persentase kenaikan, bukan angka absolutnya.

Struktur Pasar dan Jumlah Emiten

Perbedaan lain datang dari jumlah perusahaan yang tercatat dan skala kapitalisasi pasar. IHSG memiliki sekitar 900 emiten, sementara S&P 500 mencakup 500 emiten dengan kapitalisasi terbesar di dunia. 

Nikkei 225 berisi 225 perusahaan raksasa Jepang, dan DAX Jerman terdiri dari 40 perusahaan industri kelas dunia. Dengan kapitalisasi pasar S&P 500 yang mencapai lebih dari US$40 triliun, sementara BEI hanya sekitar US$700–750 miliar, level indeks global secara otomatis lebih besar. 

IHSG relatif kecil secara kapitalisasi sehingga angka indeksnya juga tidak akan melonjak seperti Nikkei atau DAX.

Baca juga : Fiat Topolino, Mobil Listrik Mini Siap Warnai Pasar Otomotif

Perbedaan Metodologi Penghitungan

Metode perhitungan indeks juga sangat berbeda. S&P 500, DAX, dan IHSG menggunakan market-cap weighted index atau pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar, sementara Nikkei 225 menggunakan price-weighted index yang membuat saham berharga tinggi memberi pengaruh besar pada pergerakan indeks. 

Karena perbedaan metode ini, Nikkei mudah mencapai puluhan ribu poin karena perusahaan dengan harga saham mahal seperti Fast Retailing atau Tokyo Electron mendorong indeks jauh lebih tinggi.

Sektor Pendorong yang Berbeda

Selain itu, struktur sektor pada setiap indeks juga menentukan besar kecilnya angka. S&P 500 didominasi perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, Nvidia, dan Microsoft yang nilai perusahaannya sangat besar. 

Nikkei ditopang sektor elektronik dan manufaktur Jepang yang kuat secara global. DAX berisi perusahaan industri kelas dunia seperti Siemens, BMW, dan Allianz.

Sementara IHSG masih didominasi sektor finansial, komoditas, dan consumer goods yang skalanya lebih kecil dibanding raksasa global. Hal ini membuat angka IHSG secara absolut lebih rendah.

Baca juga : SpaceX Siap IPO, Begini Profil Keuangan dan Skala Industrinya

Kinerja IHSG Justru Lebih Kokoh

Meskipun angkanya “hanya” 8.600, secara return IHSG justru termasuk yang paling stabil dan kuat di kawasan. Pada 10 Desember 2025, IHSG naik 0.51 persen, sementara S&P 500 naik 0.67 persen, Nikkei hanya naik 0.34 persen, CSI 300 China turun 0.14 persen, dan DAX Jerman turun 0.13 persen. 

Ini menunjukkan bahwa IHSG outperform beberapa pasar besar yang justru melemah meskipun The Fed memotong suku bunga.

Alasan IHSG “hanya” berada di level 8.600 sementara bursa lain bisa mencapai puluhan ribu poin adalah perbedaan tahun dasar indeks yang menyebabkan angka historis berbeda, metode perhitungan yang tidak seragam, skala kapitalisasi pasar Indonesia yang jauh lebih kecil dibanding AS, Jepang, atau Eropa, struktur sektoral yang berbeda-beda, serta jumlah dan ukuran emiten yang jauh lebih besar di indeks global. 

Dengan faktor-faktor tersebut, angka indeks bukan indikator kualitas. Yang lebih penting adalah pertumbuhan, stabilitas, dan kepercayaan investor, di mana IHSG menunjukkan performa kuat dan konsisten.