Mengapa Boeing Begitu Vital bagi Perekonomian dan Keamanan AS?
- Boeing kantongi backlog 6.528 pesawat senilai belasan tahun produksi, tapi masih dibayangi isu 737 MAX dan kerugian keuangan. Seberapa penting Boeing bagi Amerika Serikat?

Muhammad Imam Hatami
Author

JAKARTA, TRENASIA.ID – Boeing tetap menjadi salah satu perusahaan aerospace dan pertahanan terbesar di dunia dengan peran vital bagi perekonomian dan keamanan Amerika Serikat. Meski dibayangi masalah produksi, isu keselamatan, hingga tekanan finansial, kinerja Boeing sepanjang 2025 menunjukkan daya tahan yang cukup kuat berkat backlog pesanan raksasa serta kepercayaan maskapai internasional.
Mengutip laporan Aerotime, Selasa, 26 Agustus 2025, Boeing mengirimkan 130 pesawat komersial pada kuartal I-2025, melonjak 56,6% dibanding periode sama tahun lalu. Perusahaan juga mengirimkan 26 unit pesawat militer, termasuk helikopter Apache, Chinook, serta jet tempur F/A-18. Meski capaian ini meningkat, Boeing masih sedikit tertinggal dari rival utamanya, Airbus, yang mencatat 136 pengiriman pada periode yang sama.
Hingga 31 Mei 2025, backlog Boeing tercatat 6.528 pesawat, dengan porsi terbesar berasal dari 737 MAX (74,4%). Jika mengacu pada tingkat produksi saat ini, backlog tersebut setara dengan 11,5 tahun produksi.
Boeing beroperasi melalui tiga divisi utama. Pertama, Boeing Commercial Airplanes (BCA) yang memproduksi lini 737 MAX, 787 Dreamliner, hingga 777X. Kedua, Boeing Defense, Space & Security (BDS) yang fokus pada alutsista, satelit, dan helikopter. Ketiga, Boeing Global Services (BGS) yang menyediakan layanan purna jual. Saat ini, lebih dari 14.000 pesawat Boeing masih aktif di pasar global.
Kontributor Ekonomi dan Pertahanan AS
Bagi Amerika Serikat, Boeing bukan sekadar produsen pesawat. Perusahaan ini merupakan eksportir terbesar berdasarkan nilai dolar, dengan jumlah karyawan mencapai 172.000 orang pada 2024, sekaligus menopang rantai pasokan industri dalam negeri.
Di sektor pertahanan, Boeing menempati posisi kontraktor pertahanan terbesar keempat di dunia pada 2022. Produk seperti helikopter Apache, Chinook, dan pesawat intai P-8 Poseidon menjadi andalan militer AS maupun sekutunya. Di luar itu, Boeing juga berpartisipasi dalam program luar angkasa Artemis untuk misi ke bulan serta mengembangkan pesawat ramah lingkungan X-66A.
Kinerja Keuangan dan Tekanan Utang
Dari sisi valuasi, kapitalisasi pasar Boeing per Agustus 2025 mencapai US$171,55 miliar dengan enterprise value US$201,91 miliar. Pendapatan dalam 12 bulan terakhir tercatat US$75,33 miliar. Namun, perusahaan masih membukukan rugi bersih US$10,91 miliar dengan margin keuntungan -14,18%.
Beban utang Boeing cukup besar, yakni US$55,65 miliar, sementara kas hanya US$22,26 miliar. Current ratio 1,23 menunjukkan likuiditas yang relatif aman, meski tekanan tetap tinggi. Dari sisi valuasi, Price/Sales Boeing berada di level 2,16x, sedangkan EV/Revenue mencapai 2,68x.
Meski pendapatan tumbuh 34,9% secara tahunan pada kuartal terakhir, sejumlah risiko masih membayangi. Salah satunya, pembatasan produksi 737 MAX oleh FAA yang hanya mengizinkan 38 unit per bulan akibat isu keselamatan. Pemogokan pekerja pada September–Oktober 2024 juga sempat menekan kapasitas produksi.
Di tengah tekanan tersebut, Boeing tetap mendapat kepercayaan pasar internasional. Korean Air memesan 105 pesawat baru, meski nilai kontraknya tidak dipublikasikan. Indonesia juga tercatat melakukan pembelian signifikan, memperkuat posisi Boeing di Asia Pasifik.
Selain itu, kontrak jumbo datang dari Qatar Airways senilai US$96 miliar untuk pembelian 127 unit 787 dan 30 unit 777X. Pesanan ini menegaskan dominasi Boeing di pasar wide-body global.
Untuk jangka menengah, Boeing menargetkan produksi 787 meningkat menjadi 10 unit per bulan pada 2026, sementara 777X ditingkatkan hingga 4 unit per bulan. Fokus utama perusahaan adalah pemulihan arus kas dan pengurangan beban utang. Sejumlah analis menilai saham Boeing masih undervalued sekitar 8%, memberi peluang pemulihan di tengah jalan panjang restrukturisasi.

Muhammad Imam Hatami
Editor