Tren Leisure

Melesat Usai IPO: Kiprah dan Pengembangan Bisnis FC Copenhagen

  • Lalu bagaimana IPO FC Copenhagen mampu mendongkrak pengelolaan serta prestasi klub? Berbeda dengan sejumlah klub Eropa lain, Copenhagen sejak awal memiliki strategi diversifikasi yang jelas. Tak hanya melulu berkutat di sepak bola, mereka mengembangkan bisnis di luar lapangan hijau.
Zeca.jpg
Pemain FC Copenhagen mengangkat trofi. (winther winther)

JAKARTA—Seisi Stadion Parken bergemuruh usai wasit meniup peluit tanda akhir pertandingan FC Copenhagen kontra Nordsjaelland, Minggu, 25 Mei 2025 waktu setempat. Sang tuan rumah, Copenhagen, menang mutlak tiga skor tanpa balas. Pemain Timnas Indonesia, Kevin Diks, turut mencetak gol dalam kemenangan fenomenal tersebut.

Ya, keunggulan atas Nordsjaelland tak hanya berarti tiga angka, tapi gelar juara bagi Copenhagen. Klub berjuluk Loverne (Singa) itu baru saja mengamankan gelar Liga Super Denmark musim 2024/2025 dengan keunggulan satu poin dari posisi kedua, Midtjylland. Gelar itu sekaligus trofi liga keenam belas bagi Copenhagen sejak klub terbentuk tahun 1992.

Capaian tersebut semakin menahbiskan FC Copenhagen sebagai klub tersukses di Denmark. Selain menyabet belasan gelar liga, Loverne telah memenangi sembilan Danish Cup, satu Danish League Cup dan tiga Danish Super Cup. Satu hal yang menunjang prestasi klub tersebut adalah pengelolaan yang profesional dan progresif. 

Dilansir dari The Economist, Copenhagen menjadi salah satu dari sejumlah klub Eropa yang mengawali melantai di bursa saham medio 1990-an. Klub yang bermarkas di Stadion Parken itu diketahui melakukan initial public offering (IPO) di bursa Copenhagen pada 1997. 

Pada kisaran waktu tersebut, sejumlah klub, terutama dari Liga Inggris, berbondong-bondong IPO menyusul pendapatan hak siar yang melonjak. Kala itu, saham-saham klub bola asal Inggris banyak berharga selangit. Euforia pun membuncah. 

Namun, perlahan saham-saham klub ini kemudian anjlok karena gagal memberikan keuntungan atau dividen. Banyak klub Inggris kemudian menarik diri dari lantai saham karena pemegang saham yang tidak puas dengan performa klub serta tingginya biaya perusahaan publik. 

Rutin Bagi Dividen

Yang menarik, FC Copenhagen ternyata mampu lepas dari badai kegagalan IPO klub-klub Inggris. Nilai saham klub hasil merger antara Kjobenhavns Boldklub dan Boldklubben 1903 ini selalu meningkat. Selain itu, Copenhagen rutin membagi dividen bagi investornya. 

Pada 2018, perseoran mampu memberikan dividen sebesar 2,34% kepada pemegang saham meski saat itu kinerja klub sedang kurang baik. Nilai itu setara 2,5 krona Denmark per saham. Saat itu, margin laba klub ini terpangkas 21,37% karena laba bersih berkurang hingga 167,75 DKK atau Krona Denmark.

Stadion Parken. (FCK)

Namun, perseroan masih mampu mencatat pendapatan 784,84 juta Krona Denmark atau setara Rp1,6 triliun pada periode yang sama. RUPS perseroan juga menyetujui pembagian dividen senilai 10 Krona Denmark per saham pada 2017. Capaian itu linear dengan prestasi klub yang hampir selalu menjadi kandidat utama peraih gelar setiap tahun. 

Lalu bagaimana IPO FC Copenhagen mampu mendongkrak pengelolaan serta prestasi klub? Berbeda dengan sejumlah klub Eropa lain, Copenhagen sejak awal memiliki strategi diversifikasi yang jelas. Tak hanya melulu berkutat di sepak bola, mereka mengembangkan bisnis di luar lapangan hijau.

Langkah pertama yang mereka lakukan yakni mengakuisisi Stadion Parken, markas mereka. Hal ini memungkinkan stadion dimanfaatkan sebagai ajang pertandingan internasional, konser, hingga acara-acara.

Baca Juga: Bank DKI dan Prospek IPO Perbankan: Apa yang Perlu Diketahui?

Setelah itu, manajemen klub mengakuisisi perusahaan promotor musik Rockshow pada 2001. Lima tahun kemudian, mereka giliran membeli perusahaan industri kebugaran Fintessdk. Ini menjadi hal positif sebab hasil keuntungan perseoran tak hanya bergantung pada performa klub di lapangan hijau.

Berdasarkan laporan keuangan, lini usaha sepak bola kini bahkan hanya mewakili sebagian kecil dari total pendapatan Parken Sport & Entertainment (PSE), holding FC Copenhagen. Pada 1 Januari 2023, Parken Sport & Entertainment membuat langkah strategis dengan menjadikan FC Copenhagen sebagai mitra independen. 

Artinya, akan ada pemisahan antara aktivitas bisnis dan sepak bola yang lebih jelas. Dewan Direksi PSE, Allan L. Agerholm, mengatakan tujuan pemisahan FC Copenhagen adalah untuk membuat setiap unit bisnis di bawah PSE lebih lincah dan transparan.

Nantinya, Copenhagen masih dapat mengelola penyewaan Stadion Parken. “Kami percaya bahwa masing-masing perusahaan sangat kuat dalam diri mereka sendiri, dan ini menjadi lebih jelas melalui pemisahan ini,” imbuh Agerholm, dikutip dari fck.dk, Senin, 26 Mei 2025. 

Direktur FC Copenhagen, Jacob Lauesen, menilai kebijakan tersebut akan membuat identitas dan kekuatan klub lebih terlihat oleh dunia luar. “Serta klub dapat bertindak sebagai entitas dan klub yang independen pada tingkat yang lebih besar,” ujarnya.