MDKA Genjot Produksi Emas, Tembaga, dan Nikel di Tahun 2025, Ini Rinciannya
- Di sektor emas dan tembaga, MDKA tengah menyelesaikan proyek Emas Pani dan optimalisasi Tujuh Bukit Copper yang diproyeksikan menjadi pendorong pertumbuhan jangka panjang.

Alvin Bagaskara
Author


Ilustrasi proyek pertambangan. / Dok. PT Merdeka Copper Gold Tbk
(TrenAsia)JAKARTA - PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) menegaskan komitmennya untuk mengakselerasi produksi komoditas utama yakni emas, tembaga, dan nikel sepanjang tahun 2025. Strategi agresif ini menjadi bagian dari rencana jangka panjang perusahaan dalam memperkuat posisi di sektor pertambangan dan hilirisasi berbasis energi transisi.
Dalam laporan tahunan 2024 yang dirilis perseroan, MDKA menargetkan produksi emas dari Tambang Tujuh Bukit mencapai 100.000 hingga 110.000 ons, dengan estimasi total biaya kas (all-in sustaining cost) di kisaran US$1.100–US$1.200 per ons. Di saat bersamaan, produksi tembaga dari Tambang Wetar ditetapkan sebanyak 11.000–13.000 ton dengan biaya kas US$1,60–US$2,00 per pon.
Tak hanya fokus pada logam mulia dan dasar, MDKA juga memperkuat lini bisnis nikel melalui anak usaha dan afiliasi strategisnya, PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA). Perseroan mematok target produksi Nickel Pig Iron (NPI) sebanyak 80.000–87.000 ton dengan biaya kas di bawah US$11.000 per ton.
- Akankah Perdamaian Suriah-AS Jadi Awal Keretakan Hubungan AS-Israel?
- Chatib Basri: Kebijakan Tarif Trump Bisa Picu Great Depression Kedua
- Livin’ by Mandiri Catat Kinerja Positif Lewat Pertumbuhan Transaksi dan Pengguna
MBMA juga menargetkan pengapalan bijih nikel saprolit sebesar 6–7 juta wet metric ton (wmt) dan penjualan limonit sebanyak 12,5–15 juta wmt, dengan masing-masing biaya kas di bawah US$23/wmt dan US$11/wmt. Untuk produk hilir, produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) ditargetkan 25.000–30.000 ton, dengan biaya produksi rata-rata di bawah US$9.000 per ton setelah kredit kobalt.
Menurut manajemen, prioritas MDKA pada 2025 mencakup optimalisasi operasional fasilitas acid-iron-metal (AIM) serta peningkatan volume penambangan di tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) guna mendukung proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang lebih efisien.
“Pada 2025, prioritas utama Perseroan berfokus pada pemanfaatan potensi penuh operasi AIM dan peningkatan volume penambangan di tambang SCM untuk mendukung peningkatan operasi HPAL yang berkelanjutan,” tulis manajemen MDKA dalam keterangannya, Kamis, 15 Mei 2025.
Sementara di sektor emas dan tembaga, MDKA tengah menyelesaikan proyek Emas Pani dan optimalisasi Tujuh Bukit Copper yang diproyeksikan menjadi pendorong pertumbuhan jangka panjang. Kedua proyek ini diyakini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja masa depan perusahaan.
Presiden Direktur MDKA, Albert Saputro, menyatakan bahwa perusahaan mencatat pertumbuhan solid di seluruh lini utama dan terus menjaga kesinambungan strategi ekspansi secara disiplin.
“Merdeka tetap teguh pada komitmennya untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkan,” ujarnya.
Sejalan dengan ekspansi produksi di berbagai segmen, saham MDKA pun melaju di zona hijau. Saat penutupan Kamis 15 Mei 2025 saham MDKA naik 3,39% atau menguat 60 poin ke level Rp1.830 per lembar. Sepanjang tahun berjalan, saham MDKA sudah menguat 15,78% dari posisi akhir 2024 di Rp1.615.
Kinerja operasional yang agresif dan fokus pada diversifikasi komoditas menjadikan MDKA sebagai salah satu emiten tambang yang diperhatikan pasar di tengah ketidakpastian harga komoditas global.

Amirudin Zuhri
Editor
