Terus Berulang, Inilah Deretan Kasus Keracunan akibat MBG
- Rentetan kasus ini tak bisa dianggap sebagai insiden terpisah semata. Badan Gizi Nasional (BGN) telah mengambil sejumlah langkah penting pascakejadian di Cianjur dan Bombana.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas untuk memperkuat gizi anak-anak sekolah di seluruh Indonesia justru menjadi sorotan akibat serangkaian kasus keracunan massal.
Sejak Oktober 2024 hingga April 2025, laporan keracunan terus berdatangan dari berbagai daerah, mulai dari Jawa Timur hingga Sulawesi Tenggara. Deretan kejadian ini memicu kekhawatiran publik akan kualitas pelaksanaan program. Dua kasus terakhir terjadi di Cianjur Jawa Barat dan Bombana Sulawesi Utara.
Rentetan kasus ini tak bisa dianggap sebagai insiden terpisah semata. Badan Gizi Nasional (BGN) telah mengambil sejumlah langkah penting pascakejadian di Cianjur dan Bombana.
Salah satunya adalah penambahan standar operasional prosedur (SOP), di mana sisa makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini harus dibersihkan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), bukan lagi di sekolah.
- Pendapatan Naik, Laba Bersih AKRA Kuartal I-2025 Terkoreksi Tipis
- Sri Mulyani: AS Mau Ubah WTO demi Kepentingan Sendiri
- Simak, Ini Rincian Zonasi dan Batas Penghasilan Untuk Bisa Beli Rumah Subsidi
BGN juga mengadakan pelatihan tambahan bagi petugas lapangan guna meningkatkan kualitas pelayanan. Evaluasi menyeluruh dilakukan, mencakup manajemen dapur, penyimpanan bahan pangan, hingga proses pengantaran makanan.
"Akan dilakukan beberapa pelatihan tambahan untuk penguatan SDM di lapangan. Jadi perlu penyegaran melalui pelatihan, evaluasi menyeluruh akan tetap dilakukan, mulai dari manajemen dapur, penyimpanan bahan pangan, hingga pengantaran ke sekolah," ujar Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, kepada awak media di Jakarta, dikutip Jumat, 25 April 2025.
Di sisi lain, pemeriksaan laboratorium dari daerah seperti Jawa Barat masih ditunggu untuk mengonfirmasi penyebab pasti kasus keracunan. Komisi IX DPR mendorong adanya evaluasi total terhadap program MBG, menilai bahwa insiden yang terus berulang menjadi pertanda lemahnya pengawasan dan pelaksanaan di lapangan.
Anggota DPR, Netty Prasetiyani, juga menegaskan pentingnya pengawasan ketat mulai dari tahap pengadaan, pengolahan, hingga distribusi makanan.
"Proses pengelolaannya dari hulu sampai hilir harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar dapat meminimalisasi risiko yang terjadi, semisal anak keracunan makanan atau proses pembayaran yang bermasalah," ujar Netty lewat keterangan tertulis kepada awak media, Rabu, 23 April 2025.
Dilansir TrenAsia dari berbagai sumber, berikut adalah berbagai kasus keracunan MBG yang terjadi di berbagai daerah,
Nganjuk, Jawa Timur (2 Oktober 2024)
Insiden pertama yang tercatat terjadi di SDN Banaran, Kecamatan Kertosono. Sebanyak tujuh siswa mengalami keracunan ringan setelah mengonsumsi makanan yang dianggap tidak layak karena sempat disisihkan di lorong.
Meski tergolong ringan, kasus ini menjadi alarm awal bahwa pengawasan dalam distribusi makanan perlu diperketat sejak dini.
Sukoharjo, Jawa Tengah (16 Januari 2025)
Kejadian serupa kembali terjadi di SDN Dukuh 3. Beberapa siswa dari kelas 1 hingga 6 dilaporkan mengalami mual, pusing, dan muntah. Penelusuran internal menunjukkan ayam yang disajikan dalam menu MBG kurang matang dan tidak segar.
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kodim 0726/Sukoharjo ikut melakukan evaluasi terhadap dapur pengolah makanan.
Nunukan, Kalimantan Utara (13 Januari 2025)
Di SDN 03 dan SMAN 2 Nunukan Selatan, gejala keracunan seperti mual dan diare kembali ditemukan. Menu ayam kecap dari MBG diduga sebagai pemicu. Ini menjadi kasus pertama di wilayah perbatasan yang menambah daftar panjang lemahnya rantai pengawasan program.
Pandeglang, Banten (19 Februari 2025)
Sebanyak 28 siswa di SDN 2 Alaswangi mengalami gejala pusing, muntah, mual, dan diare. Meski pihak sekolah menolak menyebutnya sebagai keracunan dan hanya mengklaim sebagai gangguan pencernaan biasa, kejadian ini menjadi catatan serius karena gejala menyebar dalam waktu bersamaan dan mengganggu proses belajar.
Waingapu, Sumba Timur (18 Februari 2025)
Sebanyak 29 siswa SDK Andaluri dilaporkan mengalami mual, sakit perut, pusing, dan muntah. Pihak Puskesmas menduga kejadian ini dipicu reaksi alergi, bukan keracunan. Namun, rasa makanan yang dinilai tak segar tetap menjadi perhatian.
Batang, Jawa Tengah (14 April 2025)
Di SDN Proyonanggan 5, 60 siswa mengalami sakit perut dan mual sesaat setelah pulang ke rumah. Diduga, menu mi yang disajikan dalam MBG menjadi penyebab. Sekolah dan dinas kesehatan setempat mendatangi rumah siswa satu per satu untuk memastikan penanganan.
- Pendapatan Naik, Laba Bersih AKRA Kuartal I-2025 Terkoreksi Tipis
- Sri Mulyani: AS Mau Ubah WTO demi Kepentingan Sendiri
- Simak, Ini Rincian Zonasi dan Batas Penghasilan Untuk Bisa Beli Rumah Subsidi
Cianjur, Jawa Barat (21 April 2025)
Kejadian yang cukup besar terjadi di MAN 1 dan SMP PGRI Cianjur. Sebanyak 83 siswa mengalami mual dan muntah, membuat Dinas Kesehatan menetapkan kejadian ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Penanganan medis langsung dilakukan dan koordinasi dengan laboratorium kesehatan daerah dijalankan untuk investigasi lebih lanjut.
Bombana, Sulawesi Tenggara (23 April 2025)
Teranyar, insiden keracunan muncul di SDN 33 Kasipute dan SD 08 Kasipute. Sejumlah siswa mengalami muntah-muntah akibat makanan dengan bau amis menyengat. Petugas langsung memeriksa sampel makanan dan memberikan pengobatan. Kasus ini menambah deretan panjang insiden MBG yang meresahkan.

Amirudin Zuhri
Editor
