Tren Pasar

Mantra Ajaib Rights Issue: Belajar dari Cuan Ratusan Persen Dua Saham Happy Hapsoro

  • Kenapa saham rights issue seperti MINA & BUVA bisa meroket ratusan persen? Pahami mantra ajaib di baliknya dan pelajaran penting bagi investor ritel.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 2.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Di tengah dinamika pasar modal, ada satu aksi korporasi yang sering menjadi sinyal pembalikan arah bagi sebuah saham: rights issue. Secara teori, penambahan saham baru seharusnya menyebabkan dilusi. Namun dalam realitanya, pengumuman rights issue justru tak jarang menjadi 'bensin' yang melambungkan harga saham.

Fenomena inilah yang terjadi pada dua emiten properti, PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) dan PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA). Menariknya, kedua perusahaan ini sama-sama terafiliasi dengan pengusaha Happy Hapsoro (suami Puan Maharani), dan keduanya merencanakan rights issue di waktu yang hampir bersamaan.

Lihat saja datanya. Saham MINA, yang sebulan terakhir bergerak stagnan di level Rp100-an, tiba-tiba menanjak 98,92%. Kisah lebih dramatis terjadi pada BUVA, yang 'tertidur' di bawah seratus, kini meroket 217,07% ke level Rp260 per saham. 

Mengapa aksi korporasi ini justru memicu euforia beli yang luar biasa? Jawabannya terletak pada ekspektasi akan penggunaan dana dan momentum pasar yang tercipta. Mari kita bedah empat poin pentingnya.

1. Dana Segar untuk Apa? 

Rights issue adalah cara perusahaan mengumpulkan dana segar. Kepercayaan investor akan meningkat tajam ketika mereka yakin dana tersebut akan digunakan untuk tujuan yang produktif, bukan hanya untuk menambal kerugian.

Dalam kasus MINA, dana segar sekitar Rp164 miliar yang dihimpun akan sepenuhnya dialokasikan untuk modal kerja. Tujuannya adalah untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari, baik untuk induk usaha maupun kedua anak usahanya.

Sementara itu, BUVA memiliki rencana yang lebih strategis dan ekspansif. Selain untuk memperkuat struktur permodalan, dana hasil rights issue juga akan digunakan untuk melunasi sebagian utang dan yang paling menarik, untuk mendanai rencana akuisisi perusahaan lain.

Perbedaan tujuan ini menunjukkan fokus yang berbeda. MINA fokus pada kesehatan operasional jangka pendek, sementara BUVA fokus pada restrukturisasi dan pertumbuhan anorganik jangka panjang, memberikan cerita yang lebih besar bagi para investor.

2. Detail Pelaksanaan Rights Issue Keduanya

Meskipun sama-sama melakukan rights issue, status pelaksanaan keduanya berbeda. Proses rights issue MINA dengan harga pelaksanaan Rp50 per saham baru saja rampung pada 25 Juli 2025. Investor kini sedang menanti penjatahan saham barunya.

Sementara itu, rights issue BUVA baru mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Juli 2025. Detail penting seperti harga pelaksanaan, rasio, dan jadwal pastinya masih belum diumumkan.

3. Memicu Efek FOMO (Fear of Missing Out)

Ketika sebuah saham dengan narasi sekuat ini mulai bergerak naik, ia akan menarik perhatian investor lain. Kenaikan harga yang signifikan dalam waktu singkat, seperti pada MINA dan BUVA, memicu apa yang disebut FOMO atau takut ketinggalan kereta.

Banyak investor ritel ikut masuk ke dalam saham, berharap bisa ikut menikmati keuntungan. Permintaan beli yang masif inilah yang kemudian menciptakan 'efek bola salju', mendorong harga saham naik lebih tinggi lagi, terkadang melampaui valuasi fundamental jangka pendeknya.

4. Pelajaran Bagi Investor Ritel

Kisah meroketnya saham MINA dan BUVA adalah pelajaran berharga bahwa di pasar modal, cerita di balik angka seringkali lebih kuat daripada angka itu sendiri. Kenaikan harga saham yang akan melakukan rights issue jarang disebabkan oleh aksi korporasinya semata.

Kenaikan tersebut adalah cerminan dari kepercayaan pasar terhadap figur pengendali baru di belakangnya. Pasar bertaruh bahwa Happy Hapsoro akan membawa perubahan positif dan mengeksekusi rencana ekspansi secara lebih agresif dan efektif di masa depan.

Namun, investor juga harus tetap waspada. Euforia tinggi seringkali datang dengan risiko yang tinggi pula. Kunci utamanya adalah melakukan riset mendalam: Untuk apa dana akan digunakan? Dan apakah valuasi saat ini masih masuk akal?