Industri

Lebih Mahal dari Fase 1, MRT Fase 2 Bundaran HI-Kota Bakal Habiskan Rp22,5 Triliun, Kok Bisa?

  • Fase 2 ini akan membangun MRT dari Bundaran HI sampai Ancol Barat sepanjang 11 km dengan 9 stasiun. Pembangunan fase 2 dikabarkan akan menghabiskan dana Rp22,5 triliun, sehingga membuat biaya per km-nya Rp2 triliun.

<p>Rangkaian kereta Moda Raya Terpadu (MRT) berhenti di stasiun ASEAN, Jakarta, Selasa, 9 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>

Rangkaian kereta Moda Raya Terpadu (MRT) berhenti di stasiun ASEAN, Jakarta, Selasa, 9 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA – PT MRT Jakarta (Perseroda) dan PT Sumitomo Mitsui Hutama Karya menandatangani paket kontrak CP203 Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta Fase 2A, pada Selasa, 20 April 2021.

Paket kontrak ini bernilai Rp4,6 triliun dan mencakup pembangunan dua stasiun bawah tanah Glodok dan Stasiun Kota, serta terowongan bawah tanah sepanjang 1,4 kilometer (km).

Pembangunan MRT Jakarta Fase 2A lintas Bundaran Hotel Indonesia (HI)-Ancol Barat ini merupakan bagian dari pembangunan MRT Fase 2 Bundaran HI-Kota.

Konstruksi MRT Jakarta Fase 2 ditaksir menghabiskan dana senilai Rp22,5 triliun, atau Rp2 triliun per kilometer. Investasi ini lebih besar dibandingkan dengan pembangunan Fase 1 rute Lebak Bulus-Bundaran HI yang menghabiskan dana Rp14,2 triliun. Padahal, fase 1 ini memiliki rute lebih panjang yaitu 15,7 km dengan 13 stasiun. Ini berarti biaya per kilometernya hanya Rp904,46 miliar.

Kepala Perwakilan Kantor Japan International Cooperation Agency (JICA) Shinichi Yamanaka menjelaskan biaya yang lebih besar ini karena pembangunan MRT Jakarta Fase 2 dilakukan sepenuhnya di bawah tanah.

Jika dibandingkan dengan Fase 1, hanya ada 6 km yang dibangun di bawah tanah sementara sisanya adalah lintasan layang. Menurut dia, pembangunan bawah tanah lebih banyak menghabiskan biaya dibandingkan dengan membangun lintasan layang.

Pembangunan juga cukup sulit dengan banyaknya bangunan bersejarah di sepanjang rute MRT Fase 2 seperti Monumen Nasional dan Stasiun Kota. Selain itu, pembangunan di atas Kali Ciliwung yang tanahnya lebih lembek juga menambah kesulitan pengerjaan proyek ini. Fase 2 juga ditambah dengan pembangunan kawasan transit oriented development.

Untuk pembangunan Fase 2, JICA masih menjadi pemberi pinjaman dana proyek. JICA memberikan skema dengan tenor 40 tahun dan masa tenggang hingga 10 tahun. Adapun, pencairan pertama pinjaman dikenakan bunga 0,1% per tahun.

Fase 2 ini merupakan lanjutan dari rute Utara-Selatan MRT Jakarta. Pembangunan MRT Jakarta Fase 2 dibagi menjadi Fase 2A dan 2B. Fase 2A akan melewati enam stasiun bawah tanah dengan panjang sekitar 5,8 km dan Fase 2B akan melewati tiga stasiun dengan panjang sekitar 5,2 km.

Fase 2A sudah mulai dibangun sejak 2020. Pertama adalah paket kontrak CP201 yang akan membangun Stasiun Monas dan Stasiun Thamrin. Kontraktor proyek ini adalah Shimizu-Adhi Joint Venture dan diharapkan dapat selesai pada Maret 2025. Paket kontrak CP203 yang disebutkan di atas diperkirakan akan selesai pada Agustus 2027.

Paket kontrak CP202 dan CP205 yang akan menghubungkan Harmoni-Mangga Besar serta pekerjaan sistem elektrikal, mekanikal, dan rel juga mulai dibangun tahun ini dan Shimizu-Adhi Joint Venture kembali menjadi kontraktor.

Sisanya, CP paket CP206 untuk pengadaan kereta dan CP207 untuk pekerjaan pengumpul tiket otomatis (automatic fare collection/AFC). Belum ada kontraktor untuk paket kontrak CP206 dan CP207. (LRD)