Laba BMRI dan BBRI Turun, Tapi Prospek Saham Tetap Kinclong
- Bank Mandiri (BMRI) dan BRI (BBRI) sama-sama mencatat penurunan laba bersih hingga Agustus 2025. Namun, analis tetap merekomendasikan beli karena prospek fundamental dinilai masih kuat.

Ananda Astri Dianka
Author


JAKARTA – Dua bank raksasa pelat merah, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), sama-sama membukukan penurunan laba bersih hingga Agustus 2025. Meski demikian, analis masih melihat prospek positif ke depan dan tetap mempertahankan rekomendasi beli untuk kedua saham perbankan besar ini.
Mengutip riset Ciptadana Sekuritas Asia, Bank Mandiri mencatat laba bersih bank-only sebesar Rp30,7 triliun sepanjang Januari–Agustus 2025, turun 9% secara tahunan (yoy). Penurunan tersebut sejalan dengan ekspektasi analis, terutama karena adanya beban operasional one-off sejak Juni.
Secara bulanan, laba bersih Agustus Bank Mandiri turun 34% menjadi Rp3,1 triliun akibat lonjakan biaya operasional yang mencapai Rp6,7 triliun. Meski begitu, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) meningkat menjadi 5,2% atau naik 130 basis poin (bps) secara tahunan, dengan pertumbuhan kredit stabil di level 11%. Dana deposito berjangka juga tumbuh 19%, meskipun rasio dana murah (CASA) melemah menjadi 76%.
Tabel: Kinerja BMRI Januari-Agustus 2025
Sumber: riset Ciptadana Sekuritas
Ciptadana tetap merekomendasikan beli untuk saham BMRI dengan target harga Rp5.900 per saham. Dibandingkan harga penutupan terakhir di Rp4.400 pada 29 September 2025, saham Mandiri masih memiliki potensi kenaikan sekitar 34%.
Di sisi lain, Bank Rakyat Indonesia melaporkan laba bersih Rp32,6 triliun pada periode Januari–Agustus 2025, terkoreksi 10% yoy dan sedikit di bawah ekspektasi. Namun, kinerja Agustus menunjukkan perbaikan tipis dengan laba bersih naik 6% menjadi Rp4 triliun, didukung oleh pertumbuhan pendapatan non-bunga (non-interest income/NII).
NIM BRI masih tertekan di level 6,8% atau turun 40 bps yoy, sementara biaya kredit (cost of credit/CoC) naik ke 3,3%. Pertumbuhan kredit tercatat 5,8% dan dana pihak ketiga (DPK) naik 9%, dipimpin oleh pertumbuhan giro sebesar 14%.
Dengan kondisi likuiditas perbankan yang membaik serta tren suku bunga yang cenderung menurun, analis meyakini NIM BRI akan berangsur pulih. Rekomendasi beli saham BBRI pun tetap dipertahankan dengan target harga Rp4.900 per saham. Jika dibandingkan harga penutupan terakhir Rp3.980, potensi kenaikan saham BRI masih berada di kisaran 23%.
Tabel: Kinerja BBRI Januari-Agustus 2025
Sumber: riset Ciptadana Sekuritas

Ananda Astri Dianka
Editor
