Tren Pasar

Laba BBRI Tertekan Biaya Pencadangan, Bagaimana Target Sahamnya?

  • Kiwoom Sekuritas memangkas target harga saham BBRI ke Rp4.620 seiring tekanan profitabilitas tahunan. Namun, laba bersih kuartalan yang rebound 15% menjadi sinyal positif bagi prospek jangka panjang emiten bank ini.
<p>PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI kembali mendapat mandat dari pemerintah untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) skala super mikro dengan plafon kuota senilai Rp10 triliun.. / BRI</p>

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI kembali mendapat mandat dari pemerintah untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) skala super mikro dengan plafon kuota senilai Rp10 triliun.. / BRI

(Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menunjukkan kinerja operasional yang solid di tengah melemahnya profitabilitas selama sembilan bulan pertama 2025. Meskipun fundamental bisnis inti tetap terjaga di jalur positif, tekanan biaya yang meningkat mendorong analis merevisi target harga saham bank pelat merah ini.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, dalam risetnya pada Rabu, 26 November 2025, menyoroti kenaikan beban operasional yang menggerus laba. "Penurunan laba BBRI selama 9M25 menandakan kebutuhan pengendalian biaya yang lebih ketat untuk menjaga cost to income ratio tetap sesuai target," tulis Miftahul dalam risetnya pada Rabu, 26 November 2025.

Kendati menghadapi tantangan jangka pendek, Kiwoom Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi Overweight untuk saham BBRI. Analis menilai valuasi saat ini masih menarik karena didukung oleh potensi pemulihan kinerja dan fundamental jangka panjang yang dinilai masih cukup kuat di tengah dinamika pasar yang ada.

1. Pertumbuhan Kredit dan Stabilitas Margin

BBRI mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 6% secara tahunan pada kuartal III-2025, dinilai masih sesuai jalur target manajemen. Dari sisi profitabilitas, margin bunga bersih (NIM) terjaga stabil di level 7,7%, yang menunjukkan kemampuan pengelolaan margin perusahaan masih berjalan efektif di tengah tantangan.

Pendapatan bunga bersih secara kumulatif selama sembilan bulan meningkat 3% menjadi Rp111 triliun. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga yang mampu mengimbangi kenaikan beban bunga dengan proporsi yang seimbang, mencerminkan manajemen liabilitas perusahaan yang cukup baik dalam menjaga arus kas.

  • Baca Juga: Jakarta Resmi Jadi Kota Terbesar di Dunia, Tokyo Turun ke Posisi Ketiga

2. Tekanan Laba dan Rebound Kuartalan

Laba bersih BBRI selama periode sembilan bulan 2025 terkoreksi 10% secara tahunan menjadi Rp41 triliun akibat beban tinggi. "Tekanan terhadap kinerja dipicu oleh kenaikan beban operasional sebesar 5% dan peningkatan beban pencadangan sebesar 14%," ungkap Miftahul menjelaskan pemicu penurunan laba tersebut.

Meskipun kinerja tahunan terkoreksi, laba bersih BBRI secara kuartalan berhasil rebound kuat 15% menjadi Rp15 triliun. Pemulihan ini menjadi sinyal positif bahwa tekanan biaya pencadangan mulai mereda dan strategi efisiensi yang diterapkan manajemen mulai membuahkan hasil yang nyata pada kuartal ketiga.

3. Kualitas Aset: NPL Gross Naik

Tantangan muncul dari kualitas aset, di mana rasio kredit bermasalah (NPL) gross BBRI naik menjadi 3,1%. Kenaikan ini menjadi perhatian khusus analis karena rasio tersebut telah sedikit melampaui target psikologis perusahaan yang ingin menjaganya di bawah level 3% secara konsisten.

Miftahul Khaer menilai kondisi ini menandakan kebutuhan pengendalian risiko yang lebih disiplin ke depannya. Manajemen perlu memonitor portofolio kredit secara ketat untuk menjaga rasio biaya terhadap pendapatan tetap efisien, sembari melakukan perbaikan kualitas aset agar kembali ke level yang lebih sehat.

4. Revisi Target Harga Saham

Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Kiwoom Sekuritas merevisi target harga saham BBRI menjadi Rp4.620, turun dari target sebelumnya Rp4.720. Meski target dipangkas, rekomendasi Overweight tetap dipertahankan karena fundamental jangka panjang perseroan dinilai masih kuat dengan potensi pertumbuhan yang solid di masa depan.

Revisi ini menggunakan metode valuasi campuran yang mencakup DDM, PBV, dan PE. "Dengan fundamental jangka panjang yang kuat dan potensi pertumbuhan yang solid, kami mempertahankan rekomendasi overweight saham BBRI untuk 12 bulan ke depan," pungkas Miftahul menutup analisis risetnya.