Kisah Turnaround Superbank: Dari Rugi Ratusan Miliar Menjadi Laba Jelang IPO
- Pendapatan bunga Superbank melonjak 69% dan kredit tumbuh 123% seiring persiapan melantai di bursa dengan target dana Rp3,06 triliun. Fundamental yang menguat menjadi landasan valuasi dalam penawaran umum perdana saham ini.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank bersiap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (IPO). Di balik aksi korporasi jumbo ini, terdapat rekam jejak transformasi finansial yang signifikan, dari kerugian ratusan miliar menjadi profitabilitas yang konsisten pada tahun 2025.
Transformasi ini dimulai sejak perubahan identitas dari Bank Fama International pada Februari 2023. Didukung oleh konsorsium raksasa teknologi, bank ini melewati fase investasi yang berat sebelum akhirnya mencatatkan pembalikan kinerja (turnaround) yang menjadi landasan valuasi IPO saat ini.
Berikut adalah lima babak perjalanan kinerja keuangan Superbank, mulai dari fase investasi awal, tekanan beban bunga, hingga pencapaian laba bersih yang solid menjelang melantai di bursa.
1. Transformasi Identitas dan Ekosistem
Superbank, sebelumnya PT Bank Fama International, resmi bertransformasi pada Februari 2023. Perubahan ini didukung ekosistem kuat Grup Emtek, Grab, Singtel, dan KakaoBank. Langkah ini menandai dimulainya investasi besar-besaran dalam infrastruktur teknologi untuk memperluas akses layanan finansial digital di Indonesia.
Manajemen menegaskan perubahan nama ini mempertegas komitmen perseroan untuk memperluas akses layanan finansial. Transformasi menjadi bank digital memungkinkan Superbank menjangkau segmen pasar yang lebih luas melalui integrasi ekosistem, yang menjadi fondasi utama model bisnis baru mereka ke depan.
2. Fase Investasi Agresif (2023-2024)
Fase awal transformasi diwarnai tekanan pada bottom line. Pada 2023, rugi bersih melonjak 148% menjadi Rp385,10 miliar. Tahun 2024, rugi mulai menurun tipis menjadi Rp366,37 miliar, namun beban bunga melonjak 507% seiring agresivitas penghimpunan dana pihak ketiga yang dilakukan perseroan.
Meski merugi, fundamental bisnis mulai terbentuk kuat. Pendapatan bunga tahun 2024 melonjak 130,2% menjadi Rp743,98 miliar. Total aset juga mencatat ekspansi masif, tumbuh 105% menjadi Rp11,40 triliun, mencerminkan keberhasilan awal dalam memperbesar skala bisnis sebelum mencapai titik impas.
3. Titik Balik Profitabilitas (2025)
Titik balik profitabilitas akhirnya terjadi pada tahun 2025. Superbank mencetak laba bersih perdana Rp251 juta di Kuartal I, berbalik dari rugi Rp105 miliar. Momentum berlanjut hingga Kuartal III-2025 dengan laba bersih Rp60,12 miliar, membalikkan rugi Rp285,73 miliar tahun sebelumnya.
Pencapaian ini mencerminkan keberhasilan strategi pertumbuhan yang berfokus pada ekspansi nasabah digital. Manajemen Superbank menyebut efisiensi operasional dan penyaluran kredit yang prudent menjadi kunci utama dalam membalikkan kinerja keuangan perseroan menjadi positif dalam waktu yang relatif singkat setelah peluncuran aplikasi.
4. Pendorong Kinerja: Kredit dan NII
Kinerja positif ini ditopang oleh lonjakan pendapatan bunga yang meroket 69,63% menjadi Rp1,49 triliun per September 2025. Pendapatan bunga bersih (NII) juga tumbuh solid 63,76% menjadi Rp1,10 triliun, didukung penyaluran kredit yang melonjak 123% secara tahunan pada semester pertama.
Pertumbuhan kredit ini turut mendorong kenaikan total aset menjadi Rp15,0 triliun, atau tumbuh 122% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini sejalan dengan strategi akuisisi nasabah dan ekspansi produk pinjaman yang tepat sasaran melalui ekosistem mitra strategis.
5. Valuasi IPO Berbasis Kinerja
Berbekal kinerja turnaround ini, Superbank membidik dana IPO hingga Rp3,06 triliun. Perseroan berencana melepas maksimal 4,40 miliar saham baru dengan harga penawaran Rp525-Rp695. Dana mayoritas (70%) disiapkan untuk modal kerja kredit, dengan target listing pada 17 Desember 2025.
Sisanya, sekitar 30% dana hasil penawaran umum akan dialokasikan untuk belanja modal. Dana ini akan digunakan untuk pengembangan produk dan teknologi informasi guna mendukung pertumbuhan usaha jangka panjang, memperkuat posisi Superbank dalam persaingan bank digital yang semakin ketat.

Alvin Bagaskara
Editor
