Tren Global

Ketika AI Buat Karyawan Bank Kena PHK Massal

  • Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zopa dan Juniper Research, AI telah menjadi pendorong utama efisiensi operasional dan pengurangan biaya dalam industri perbankan.
Photo by cottonbro studio: https://www.pexels.com/photo/a-woman-looking-afar-5473955/
Ilustrasi kecerdasan buatan. (Pexels / Cottonbro Studio)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) tidak hanya mengubah cara bank melayani nasabah, tetapi juga mengancam masa depan tenaga kerja di sektor perbankan. 

Laporan penilitian terbaru memprediksi puluhan ribu karyawan akan kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi. Perkembangan AI yang pesat memaksa industri keuangan untuk beradaptasi dengan landscape baru yang penuh dengan peluang maupun tantangan, terutama dalam hal ketenagakerjaan, efisiensi operasional, dan inovasi layanan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zopa dan Juniper Research, AI telah menjadi pendorong utama efisiensi operasional dan pengurangan biaya dalam industri perbankan. 

Menurut Chief Technology Officer (CTO) Zopa, Peter Donlon, AI generatif bukan lagi sekadar fitur tambahan, melainkan kemampuan dasar yang dapat mendefinisikan ulang industri. 

AI tidak hanya meningkatkan proses yang sudah ada, tetapi juga menciptakan paradigma baru dalam cara bank beroperasi dan berinteraksi dengan pelanggan. 

"GenAI (AI generatif) bukanlah sekadar fitur tambahan, melainkan kemampuan dasar. Bagi para teknolog Zopa, ini merupakan kesempatan langka untuk membangun lapisan kecerdasan yang benar-benar baru, pada tingkat yang akan mendefinisikan ulang industri ini," jelas Zopa dikutip AI News, Kamis, 28 Agustus 2025.

Transformasi ini didorong oleh kemampuan AI dalam menganalisis data secara masif, memprediksi tren, dan mengambil keputusan yang lebih akurat dibandingkan metode konvensional. 

Dalam beberapa tahun terakhir, investasi dalam AI dan machine learning di sektor perbankan global telah meningkat signifikan, menandakan bahwa teknologi ini telah menjadi inti dari strategi digitalisasi perbankan modern. 

Bank - bank terkemuka dunia telah meluncurkan platform berbasis AI yang tidak hanya menyederhanakan layanan tetapi juga membuka pasar baru yang sebelumnya tidak terjangkau.

Efisiensi Besar, Penghematan Signifikan

AI diproyeksikan menghemat 154 juta jam kerja pada tahun 2030, dengan 82% penghematan waktu terjadi di operasi backoffice. Dari segi biaya, industri perbankan global diperkirakan menghemat hingga US$1,25 miliar per tahun berkat implementasi AI. 

Penghematan ini terutama berasal dari otomatisasi proses yang sebelumnya memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan manusia. AI mampu menangani tugastugas kompleks seperti analisis dokumen, verifikasi data, dan pemantauan transaksi dengan kecepatan dan akurasi yang tidak dapat dicapai oleh tenaga manusia. 

Selain itu, sistem AI dapat beroperasi 24/7 tanpa kelelahan, sehingga produktivitas institusi perbankan meningkat drastis. Bank-bank yang mengadopsi AI melaporkan pengurangan biaya operasional hingga 30% dalam kurun waktu tiga tahun, berkat berkurangnya ketergantungan pada tenaga manual dan proses yang lebih efisien.

Beberapa area yang paling diuntungkandi Sektor, diantaranya sebagai berikut

  • Otomasi proses KYC (Know Your Customer) – AI mempercepat proses identifikasi dan verifikasi nasabah dengan akurasi tinggi.
  • Pemantauan AML (AntiMoney Laundering) – Sistem AI dapat mendeteksi pola mencurigakan dalam transaksi secara realtime.
  • Deteksi penipuan secara realtime – AI menganalisis perilaku transaksi untuk mengidentifikasi aktivitas fraud.
  • Pengurangan kesalahan manusia – Otomatisasi mengurangi risiko kesalahan input data dan keputusan yang tidak konsisten.

Dampak Nyata Disektor Ketenagakerjaan

Meskipun AI membawa efisiensi, dampaknya terhadap lapangan kerja cukup mengkhawatirkan. Diperkirakan sekitar 27.000 pekerjaan di sektor perbankan Inggris akan hilang pada tahun 2030.

Dari jumlah tersebut, 14.000 pekerjaan di layanan pelanggan karena digantikan oleh chatbot dan virtual assistant, 10.000 di backoffice akibat otomatisasi proses administratif dan analitis, serta 3.000 di posisi pendukung lainnya seperti administrasi dan entry data. 

Pekerjaan yang bersifat manual dan repetitif menjadi yang paling rentan digantikan oleh sistem otomatis berbasis AI. Namun, dampaknya tidak merata karena karyawan dengan keterampilan digital rendah akan menghadapi risiko terbesar. 

Bank-bank besar diberbagai negara telah memulai mengurangi rekrutmen untuk posisi-posisi tradisional dan beralih mencari talenta dengan latar belakang teknologi. 

Studi  Zopa dan Juniper Researchmenunjukkan bahwa 40% dari tenaga kerja perbankan saat ini membutuhkan pelatihan ulang untuk tetap relevan dalam lima tahun ke depan. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Inggris, tetapi juga di negara-negara dengan industri perbankan maju seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Australia.

Meskipun banyak pekerjaan tradisional terancam, AI juga membuka peluang baru di bidang-bidang seperti tata kelola AI dan etika, di mana profesional bertugas mengawasi penggunaan AI agar sesuai dengan regulasi dan norma etika, strategi dan manajemen data, yang berfokus pada pengelolaan big data serta optimalisasi penggunaannya untuk keputusan bisnis.