Dunia

Keputusan Trump Tutup USAID Picu Gejolak Dalam Negeri

  • Penutupan USAID dan pembekuan bantuan asing selama 90 hari telah menyebabkan kebingungan luas, PHK, dan penghentian program. Situasi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang masa depan bantuan asing AS dan ribuan pekerja yang terlibat.
USAID.jpg
Demonstrasi penolakan penutupan USAID (https://foreignpolicy.com/)

JAKARTA - Keputusan pemerintahan Donald Trump untuk menutup Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) tidak hanya menimbulkan kekhawatiran global, tetapi juga menyebabkan gejolak besar di dalam negeri. 

Langkah ini telah memicu kekacauan internal, memengaruhi ribuan karyawan dan kontraktor, serta menciptakan ketidakpastian yang luas tentang masa depan bantuan asing AS.

Salah satu dampak langsung dari penutupan USAID adalah pemberlakuan cuti administratif bagi sebagian besar stafnya. Mulai pukul 23:59, pada hari Jumat waktu setempat, semua staf USAID yang dipekerjakan langsung secara global diberikan status cuti administratif, kecuali staf yang dianggap penting untuk misi, kepemimpinan inti, dan program tertentu. 

Personel yang bertugas di luar negeri diberi waktu 30 hari untuk kembali ke AS, dengan biaya ditanggung oleh pemerintah.

Banyak kontraktor, yang merupakan bagian besar dari tenaga kerja USAID, juga telah terdampak. Sejumlah kontraktor diberhentikan sementara atau bahkan di-PHK, sementara staf penting diberitahu tentang status mereka paling lambat Kamis sore. 

Langkah ini menimbulkan ketidakpastian besar di antara ribuan pekerja yang bergantung pada USAID untuk mata pencaharian mereka.

Akses Sistem Diputus dan Penutupan Kantor

Ribuan kontraktor dan pegawai negeri sipil kehilangan akses ke sistem dan email USAID dalam semalam. Karyawan yang cuti administratif dilarang memasuki kantor USAID atau mengakses sistem tanpa izin sebelumnya.

Selain itu, kantor pusat dan kantor cabang USAID di area Washington, D.C. ditutup selama seminggu. Selain itu karyawan diinstruksikan untuk bekerja dari rumah.

Situasi ini menciptakan kebingungan dan frustrasi di antara karyawan, yang merasa ditinggalkan dalam kegelapan tentang masa depan mereka. 

Banyak yang menggambarkan situasi ini sebagai "kacau" dan "tidak pasti," terutama bagi pejabat yang bertugas di luar negeri. Mereka menghadapi gangguan serius pada kehidupan keluarga, seperti anak-anak yang bersekolah atau pasangan yang bekerja di lokasi tugas.

Karyawan USAID, baik yang berada di dalam maupun luar negeri, merasa tertekan dengan keputusan ini. Banyak yang mencoba menghubungi pejabat USAID untuk klarifikasi, tetapi hanya menerima email balasan otomatis yang mengindikasikan bahwa pejabat tersebut juga sedang cuti.

Ketidakpastian ini memicu protes di luar kantor pusat USAID, para kritikus berargumen bahwa tindakan administrasi Trump dapat menghilangkan ribuan pekerjaan Amerika dan memperparah krisis kemanusiaan global.

Kritik dari Partai Demokrat

Meskipun pemerintahan Trump telah mengambil langkah-langkah drastis untuk membongkar USAID, ada kendala hukum yang signifikan. Laporan Congressional Research Service menyatakan bahwa presiden tidak dapat secara sepihak menghapus, memindahkan, atau mengkonsolidasikan USAID tanpa otorisasi dari kongres.

Partai Demokrat, yang mengontrol DPR, telah mengecam langkah ini dan mempertanyakan legalitas serta konsekuensinya.

Demokrat berargumen bahwa USAID memainkan peran penting dalam bantuan penyelamatan jiwa global, termasuk pengentasan kemiskinan, pengobatan penyakit, dan respons terhadap bencana alam. Mereka menilai penutupan USAID sebagai langkah yang gegabah dan berpotensi merusak reputasi AS di kancah global.

Elon Musk Jadi Dalang Utama

Elon Musk, yang memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan, menjadi salah satu pendukung utama penutupan USAID. Musk mengatakan USAID sebagai "sarang ular Marxis sayap kiri radikal" dan "organisasi kriminal." 

Ketika ditanya tentang rencana menutup USAID, Presiden Trump tertawa dan menyebut lembaga itu korup.

Komentar ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk mantan pejabat USAID dan pakar kebijakan luar negeri. Mereka menilai tuduhan tersebut tidak berdasar dan merusak integritas lembaga yang telah beroperasi selama lebih dari 60 tahun.

Penutupan USAID dan pembekuan bantuan asing selama 90 hari telah menyebabkan kebingungan luas, PHK, dan penghentian program. Situasi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang masa depan bantuan asing AS dan ribuan pekerja yang terlibat. 

Selain itu, langkah ini berpotensi menghilangkan ribuan pekerjaan Amerika, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Banyak keluarga yang bergantung pada USAID untuk mata pencaharian mereka kini menghadapi masa depan yang suram.