Nasional

Jadi Ajang Pemalakan, Apa Sebenarnya Pabrik Kimia PSN Chandra Asri?

  • Chandra Asri Group menyebut proyek ini akan menciptakan hingga 3.250 lapangan kerja, terdiri dari 3.000 tenaga kerja selama masa konstruksi dan 250 pekerja saat operasional.
Kawasan PT Chandra Asri - Panji 1.jpg
Salah satu pabrik PT Chandra Asri di kawasan Cilegon Banten. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA - Baru-baru ini ramai tentang salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk pembangunan pabrik kimia chlor alkali-ethylene dichloride (CA-EDC) milik PT Chandra Asri Alkali (CAA) di Banten. Pemalakan jatah proyek ini diduga dilakukan oleh Kadin Cilegon.

Hal ini menarik atensi masyarakat pasalnya proyek yang dipalak merupakan PSN. Proyek pembangunan pabrik senilai Rp15 triliun tersebut masuk dalam daftar PSN 2025-2029. Hal ini  berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yang diteken Presiden Prabowo pada 10 Februari 2025.

Presiden Indonesia Prabowo Subianto sebelumnya telah menetapkan PSN yang akan dijalankan selama lima tahun ke depan. PSN dirancang sebagai proyek atau program strategis yang terukur dan berdampak besar pada pencapaian sasaran RPJMN, terutama dalam mendukung Program Prioritas Presiden.

Ada 77 program PSN yang akan dikerjakan selama lima tahun ke depan, dengan hampir setengahnya melibatkan kerja sama dengan pihak swasta atau proyek swasta murni.

Salah satu PSN yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah Pabrik CA-EDC yang tengah dibangun oleh Chandra Asri Group. PSN ini ditargetkan selesai pada 2027. Proses pembangunan pabrik ini akan dimulai pada tahun 2025 dan memasuki tahap konstruksi.

Chandra Asri Group menyebut proyek ini akan menciptakan hingga 3.250 lapangan kerja, terdiri dari 3.000 tenaga kerja selama masa konstruksi dan 250 pekerja saat operasional.

Adapun nantinya pabrik ini dirancang memproduksi 400 ribu ton soda kaustik padat (atau 827 ribu ton dalam bentuk cair) serta 500 ribu ton ethylene dichloride (EDC) per tahun.

Kedua produk ini memiliki peran penting dalam berbagai industri, mulai dari pemurnian nikel dan alumina untuk baterai kendaraan listrik, produksi PVC untuk konstruksi, industri kertas, hingga sabun dan deterjen.

Chandra Asri memperkirakan proyek ini dapat mengurangi ketergantungan impor hingga Rp4,9 triliun per tahun serta menghasilkan devisa dari ekspor EDC senilai Rp5 triliun per tahun.

Sebagai informasi, kaustik soda akan digunakan untuk industri pemurnian alumina dan nikel serta kebutuhan baterai kendaraan listrik. Sementara, EDC adalah komponen utama Polynvinyl Chloride (PVC) untuk sektor konstruksi.

Saat ini, pabrik tersebut telah memiliki sejumlah dokumen perizinan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan dokumen Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) sebagai syarat dalam melanjutkan pembangunan.

Mereka juga telah menandatangani kesepakatan lisensi, rekayasa dasar, dan layanan teknis dengan pemegang lisensi teknologi vinil asal Amerika Serikat untuk pengembangan pabrik EDC.