Industri Tembakau di Persimpangan Jalan: Antara Keuntungan dan Dampak Sosial
- Dalam buku ini, Mukhaer menyoroti sejarah panjang rokok yang berawal dari peradaban Mesoamerika sekitar 5000 tahun sebelum Masehi. Rokok kemudian menyebar ke Eropa setelah Christopher Columbus menemukan Amerika pada 1492 dan akhirnya masuk ke Indonesia melalui kolonialisme Belanda.

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA - Buku terbaru berjudul Drakula Ekonomi: Telaah Antropologis & Sosial Ekonomi Industri Tembakau karya Dr. Mukhaer Pakkanna mengupas berbagai aspek industri tembakau di Indonesia, termasuk dampaknya terhadap ekonomi, kesejahteraan pekerja, dan regulasi yang mengaturnya.
Dalam berbagai diskusi bedah buku yang menghadirkan tokoh-tokoh terkemuka, diungkapkan bahwa industri tembakau memiliki tantangan yang kompleks, baik bagi pelaku industri, pekerja, maupun pemerintah dalam mengatur sektor ini secara berkelanjutan.
Mengapa Disebut "Drakula Ekonomi"?
Mukhaer menjelaskan bahwa istilah "Drakula Ekonomi" digunakan untuk menggambarkan bagaimana industri tembakau memiliki struktur bisnis yang menghasilkan keuntungan besar, tetapi masih menyisakan berbagai tantangan bagi buruh dan petani tembakau dalam meningkatkan kesejahteraan mereka.
“Drakula dikenal sebagai makhluk yang menghisap darah. Begitu pula industri tembakau yang meraup keuntungan besar, tetapi masih banyak buruh dan petani tembakau yang menerima upah rendah,” ungkap Mukhaer dalam diskusi Bedah Buku Drakula Ekonomi: Telaah Antropologis & Sosial Ekonomi Industri Tembakau di Jakarta, Jumat, 7 Februari 2025.
- Saham BMRI Anjlok Usai Rilis Laporan Keuangan 2024, Peluang atau Ancaman?
- Penyeragaman Kemasan Rokok akan Hantam Pedagang Kecil dan Masyarakat Penghasilan Rendah
- Broker Ternama Ini Turunkan Rating Saham BBCA, Tapi ICBP Justru Naik! Berikut Alasannya
Sejarah Rokok: Perjalanan Panjang di Indonesia
Dalam buku ini, Mukhaer menyoroti sejarah panjang rokok yang berawal dari peradaban Mesoamerika sekitar 5000 tahun sebelum Masehi. Rokok kemudian menyebar ke Eropa setelah Christopher Columbus menemukan Amerika pada 1492 dan akhirnya masuk ke Indonesia melalui kolonialisme Belanda.
“Banyak yang menganggap rokok sebagai bagian dari budaya Indonesia, padahal tembakau diperkenalkan oleh Belanda sekitar 300 tahun lalu,” jelas Prof. Dr. Hasbullah Tabrani, Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau.
Tantangan bagi Buruh dan Petani Tembakau
Mukhaer menyoroti ketimpangan ekonomi dalam industri tembakau. Sementara perusahaan tembakau meraih keuntungan yang besar, masih banyak buruh dan petani tembakau yang menghadapi tantangan ekonomi dalam kehidupan mereka.
“Buruh tembakau di beberapa daerah menerima upah yang relatif rendah, yang perlu menjadi perhatian dalam upaya meningkatkan kesejahteraan mereka,” ungkapnya.
Sementara itu, Dr. HC Romo Sudibyo Markus MDA menambahkan bahwa terdapat kesenjangan ekonomi dalam industri ini, di mana segelintir orang memperoleh keuntungan besar, sementara sebagian pekerja di sektor ini masih menghadapi tantangan finansial.
Iklan Rokok dan Konsumsi di Kalangan Anak Muda
Mukhaer juga menyoroti bagaimana anak muda menjadi salah satu segmen pasar industri rokok melalui berbagai strategi pemasaran yang menarik bagi mereka.
“Iklan rokok dirancang agar menarik bagi remaja, yang kemudian mempengaruhi keputusan mereka dalam mencoba produk tembakau,” jelasnya.
Anwar Abbas dari Muhammadiyah menambahkan bahwa kebiasaan merokok sering kali dimulai dari lingkungan sekitar. “Jika sang bapak merokok, maka anaknya cenderung ikut merokok,” ujarnya.
Dilema Cukai Rokok dan Dampaknya terhadap Ekonomi
Mukhaer dan tim penelitiannya di Center of Human and Economic Development (CHED) mengungkap bahwa dampak ekonomi negatif dari rokok di Indonesia mencapai lebih dari Rp700 triliun, sementara penerimaan negara dari cukai rokok hanya sekitar Rp130 triliun.
“Struktur cukai rokok di Indonesia sangat kompleks, dengan delapan tingkatan yang justru mempersulit pengendalian konsumsi rokok,” tambah Mukhaer.
Sementara itu, Hasbullah Tabrani menegaskan bahwa cukai rokok bukan sekadar sumber pendapatan negara, tetapi seharusnya menjadi instrumen pengendalian konsumsi. “Jika pendapatan cukai meningkat, berarti jumlah perokok juga bertambah, dan itu perlu menjadi perhatian bagi kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Indonesia: Salah Satu Pasar Rokok Terbesar Dunia
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah perokok yang sangat tinggi, terutama di kalangan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Data menunjukkan bahwa sekitar 70% masyarakat miskin di Indonesia adalah perokok, dan rokok telah menjadi salah satu pengeluaran utama dalam rumah tangga mereka.
“Jika tren ini terus berlanjut, dampak sosial dan ekonomi yang lebih besar akan terjadi di masa depan,” tegas Mukhaer.
- LK21 Bahaya, Berikut 5 Situs Streaming Film yang Aman
- LK21- Sarangfilm21 Ilegal, Berikut 8 Situs Streaming Film yang Aman
- 18 Saham dengan Dividen Yield Tinggi untuk 2025, ADRO dan ITMG Tembus Dua Digit
Pentingnya Regulasi dan Kampanye Kesadaran Publik
Dr. Siti Nadia Tarbizi, M.EBIT, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Kementerian Kesehatan, mengapresiasi buku Drakula Ekonomi yang menyoroti urgensi regulasi yang lebih baik terhadap industri tembakau.
“Pemerintah tidak melarang masyarakat untuk merokok, tetapi ingin mengatur agar dampaknya terhadap kesehatan dan ekonomi bisa diminimalisir,” jelasnya.
Baik Hasbullah maupun Nadia menekankan pentingnya dukungan dari berbagai pihak, termasuk organisasi keagamaan dan media, untuk memperkuat kampanye kesadaran publik terkait konsumsi rokok.
“Semakin banyak masyarakat yang membaca dan memahami isi buku ini, semakin kuat pula gerakan kita dalam mengendalikan konsumsi rokok,” tutup Nadia.

Amirudin Zuhri
Editor
