Energi

Indonesia Impor 3,4 Juta Ton LPG dari AS, Pabrik Dalam Negeri Masih Rencana

  • Penambahan volume impor LPG dari AS tersebut menjadi upaya pemerintah Indonesia untuk menekan surplus neraca perdagangan dengan AS yang mencapai US$14,6 miliar,
Skema Baru Subsidi Gas Melon - Panji 6.jpg
Nampak penjual tengah merapikan susunan tabung gas LPG 3Kg di sebuah agen gas kawasan Cipondoh Kota Tangerang.Kamis 5 Januari 2022. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, saat ini Indonesia mengimpor Liquified Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat (AS) kurang lebih 3,4 juta ton dan masih membutuhkan lebih banyak lagi untuk menutupi kebutuhan dalam negeri.

Sehingga kata Bahlil, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto Indonesia akan merayu AS dengan mengalihkan impor LPG-nya lebih banyak ke negeri tersebut. Hal ini juga sebagai respon negosiasi dari Tarif resiprokal yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump.

"Gak apa-apa dong (impor), kan konsumsi Indonesia naik terus. Konsumsi kita setiap tahunkan naik terus tentang LPG. Dan kita kan masih impornya banyak,"kata Bahlil ditemui di Jakarta Internasional Conversation Center, Jakarta pada Selasa, 15 April 2025.

Bahlil mengungkap rencana penambahan kuota impor liquefied petroleum gas (LPG) dan minyak dari Amerika Serikat (AS) dengan nilai lebih dari US$10 miliar atau sekitar Rp167,73 triliun (asumsi kurs Rp16.773 per dolar AS).

Penambahan volume impor LPG dari AS tersebut menjadi upaya pemerintah Indonesia untuk menekan surplus neraca perdagangan dengan AS yang mencapai US$14,6 miliar, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). 

Bahlil Lahadalia mengungkapkan jumlah impor produk LPG dari Amerika Serikat (AS) sebanyak 54% dari total pengadaan impor dalam negeri. Sisanya LPG diimpor dari Singapura, Afrika, Amerika Latin dan kawasan Timur Tengah. Bahlil juga berharap pembelian LPG dan minyak dari AS bisa meningkatkan impor dan investasi dari AS ke Indonesia. 

Pabrik LPG Indonesia Apa Kabar?

Jauh sebelum Indonesia terkena tarif resiprokal atau timbal balik sebesar 32% yang oleh AS  Bahlil menyebut, bahwa pemerintah berencana untuk membangun pabrik Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Indonesia mulai awal tahun 2025.

Bahlil menjelaskan pihaknya akan mematangkan persiapan pembangunan pabrik yang rencananya berkapasitas 2 juta ton tersebut.

Rencana pembangunan pabrik LPG tersebut menyusul temuan pemerintah di lapangan gas yang mengandung jenis gas Propane (C3) dan Butane (C4). C3 dan C4 sendiri merupakan bahan baku dalam pembuatan LPG.

Oleh sebab itu, pemerintah terbuka bagi siapa saja yang ingin terlibat dalam proyek industrialisasi LPG dalam negeri. Sehingga produk yang dihasilkan dari pabrik LPG dapat kompetitif. Namun hingga kini belum ada tindak lanjut dari hal ini.

"November-Desember kami matangkan semuanya dulu. Baru mulai rencananya untuk dilakukan investasi siapa, kapan, itu mulai Januari. Sekarang kan 100 hari ini lah saya matangkan semua dulu untuk mapping nya," kata Bahlil di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Jumat, 15 November 2024.