Tren Pasar

IHSG Sudah Naik 18 Persen, Manulife (MAMI) Bidik Saham Finansial dan Konsumer LQ45

  • Manulife AM (MAMI) mengungkap strategi reksa dana sahamnya di tengah pasar yang tinggi. Perusahaan menerapkan metode bottom-up untuk membidik saham LQ45 di sektor finansial dan konsumer yang fundamentalnya solid.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 4.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menguat 18,48% year-to-date per 12 November 2025. Di tengah kondisi ini, manajer investasi dituntut untuk lebih selektif dalam meracik portofolio reksa dana saham.

Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memaparkan resep utama mereka. Chief Investment Officer-Equity MAMI, Samuel Kesuma, menerangkan bahwa pihaknya fokus pada saham dengan fundamental solid dan valuasi yang masih menarik.

Manulife menerapkan metode bottom-up (seleksi saham) dan tidak sekadar mengikuti tren sektoral. "Walaupun IHSG telah berada di level yang relatif cukup tinggi, kami masih melihat emiten-emiten berkualitas," katanya, Rabu, 12 November 2025.

1. Sektor Finansial Jadi Pilihan Utama

Sektor finansial menjadi salah satu pilihan utama Manulife di tengah kondisi saat ini. Sektor ini dinilai memiliki prospek penguatan yang didukung oleh berbagai katalis positif, baik dari sisi kebijakan moneter maupun stimulus fiskal.

Potensi penguatan sektor perbankan dinilai datang dari tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Pelonggaran kebijakan moneter ini diharapkan dapat memperbaiki margin bunga bersih (NIM) perbankan secara bertahap ke depan.

Selain itu, adanya injeksi likuiditas ke perbankan dan potensi peningkatan permintaan kredit juga menjadi pemanis tambahan. Samuel menyebut masih ada emiten berkualitas di sektor finansial yang valuasinya diperdagangkan di level menarik.

2. Sektor Konsumer: Selektif di Tengah Tantangan

Manulife juga melirik saham-saham di sektor konsumer, khususnya emiten consumer staples. Samuel menjelaskan bahwa pihaknya memiliki ketertarikan terhadap emiten konsumer, terlebih pasca adanya stimulus tunai yang digelontorkan oleh pemerintah belakangan ini.

Berbagai kebijakan yang dinilai pro-pertumbuhan dan penurunan suku bunga diharapkan mampu memperkuat daya beli masyarakat. Hal ini diharapkan dapat berimbas positif pada kinerja emiten di sektor konsumsi menjelang akhir tahun 2025.

Meskipun begitu, Samuel menilai pelemahan daya beli memang masih menjadi tantangan serius. Oleh karena itu, Manulife akan lebih selektif dalam memilih saham konsumer dengan fundamental kuat, bukan sekadar mengikuti tren sektor.

3. Validasi dari Data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Optimisme yang hati-hati pada sektor konsumer ini didukung oleh data makro terbaru. Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2025 mengalami kenaikan signifikan ke level 121,2.

Angka ini naik 6,2 basis poin dari posisi 115 pada September 2025. Kenaikan IKK ini menjadi penting karena berhasil mengakhiri tren penyusutan yang terjadi dalam dua bulan sebelumnya secara beruntun.

IKK merupakan indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan konsumsi rumah tangga. Dengan indeks yang berada di zona optimistis (di atas 100), ini menjadi sinyal awal adanya perbaikan daya beli masyarakat.

4. Fokus pada Saham 'Blue Chip Undervalued'

Selain dua sektor utama tersebut, Manulife juga menekankan fokus pada saham blue chip yang dinilai masih undervalued. Strategi ini sejalan dengan metode bottom-up yang diterapkan dalam pengelolaan portofolio reksa dana saham perusahaan.

Samuel menegaskan bahwa pihaknya lebih memperhatikan kinerja saham per saham, ketimbang kinerja sektoral. Fokus ini dilakukan untuk mencari emiten berkualitas yang harganya belum merefleksikan nilai fundamental jangka panjangnya.

"Outlook perbaikan ekonomi dan kebijakan fiskal memberi ruang bagi sektor consumer untuk tetap masuk dalam portofolio reksa dana saham, bersama sektor finansial," kata Samuel, menjelaskan strategi diversifikasi portofolionya.

5. Strategi Imbal Hasil Dividen di Atas Obligasi

Secara spesifik, Manulife mencari saham-saham di indeks LQ45 yang memiliki dividend yield atau imbal hasil dividen yang tinggi. Ini menjadi salah satu kriteria utama dalam strategi bottom-up yang mereka jalankan saat ini.

Fokus utamanya adalah pada saham-saham yang menawarkan dividend yield lebih dari 5,3% per tahun. Tingkat imbal hasil dividen ini dinilai sudah sangat kompetitif jika dibandingkan dengan imbal hasil instrumen obligasi saat ini.

"Kami juga menekankan fokus pada saham blue chip undervalued, saham-saham LQ45 dengan dividend yield yang tinggi, lebih dari 5,3%, yang kompetitif dibandingkan obligasi, sehingga menarik untuk jangka panjang," pungkas Samuel.