Tren Pasar

IHSG Ditekan Asing, Hanya 3 Saham Komoditas LQ45 Ini yang Jadi Jawara Pekan Lalu

  • Pekan 25–29 Agustus 2025 menjadi ujian berat bagi LQ45, namun tiga saham tambang justru melawan arus dengan reli signifikan. Rotasi sektor menuju komoditas kian nyata di tengah aksi jual asing dan tekanan IHSG.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 4.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Pekan perdagangan 25-29 Agustus 2025 menjadi pekan yang penuh tekanan bagi saham-saham unggulan di Bursa Efek Indonesia. Di tengah aksi jual investor asing dan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mayoritas saham di indeks LQ45 harus rela parkir di zona merah.

Namun, di tengah badai ini, ada tiga saham dari sektor pertambangan mineral yang justru tampil sebagai anomali. Ketiganya berhasil melawan arus dan menjadi jawara dengan mencatatkan keuntungan yang signifikan, menunjukkan adanya rotasi sektor yang sangat jelas di pasar.

Lantas, siapa saja tiga pemberani dari LQ45 ini, dan bagaimana kondisi pasar secara keseluruhan? Mari kita bedah tuntas rapornya.

1. Para Bintang Pekan Ini: Trio Saham Tambang Pimpin Reli

Di saat sebagian besar saham LQ45 melemah, panggung utama para jawara pekan ini jelas dikuasai oleh saham-saham tambang metal. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi yang teratas dengan melesat +12,15%, menunjukkan kembalinya minat investor yang sangat kuat.

Tidak ketinggalan, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) juga terbang tinggi sebesar +11,96%. Kenaikan duo saham tambang ini sangat kontras dengan pergerakan pasar secara umum yang cenderung melemah, menandakan adanya aliran dana yang terpusat ke sektor ini.

Sementara itu, emiten batu bara PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) juga berhasil mencatatkan penguatan solid sebesar +3,66%. Kinerja ini melengkapi dominasi saham-saham dari sektor sumber daya alam pada pekan ini yang penuh gejolak.

2. Konteks Pasar: Rekor Baru di Tengah Aksi Jual

Kenaikan tiga saham tambang ini terjadi di tengah kondisi pasar yang penuh volatilitas. Pada hari Kamis, 28 Agustus 2025, IHSG memang berhasil mencatatkan rekor tertinggi baru sepanjang masanya di level 8.022, memicu euforia sesaat.

Namun, euforia tersebut tidak bertahan lama. Hingga penutupan pekan pada Jumat, 29 Agustus, IHSG justru berakhir di zona merah, melemah -0,36% ke level 7.830, menunjukkan kuatnya tekanan jual di akhir pekan.

Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Kautsar Primadi Nurahmad, dalam keterangan resminya memaparkan bahwa rata-rata nilai transaksi harian selama sepekan melonjak 40,74% mencapai Rp25,22 triliun, menunjukkan bahwa likuiditas di pasar sebenarnya masih sangat tebal.

3. Sinyal Rotasi Sektor: Asing Keluar, Dana Pindah ke Komoditas?

Satu hal yang menjadi catatan penting adalah aksi investor asing. Di tengah ramainya transaksi, investor asing justru tercatat melakukan jual bersih (net sell) sebesar Rp1,12 triliun pada perdagangan Jumat, menambah total net sell tahunan menjadi Rp50,95 triliun.

Aksi jual asing yang masif di pasar secara keseluruhan, namun di saat yang sama saham-saham tambang metal justru meroket, adalah sinyal kuat terjadinya rotasi sektor. Investor tampaknya sedang memindahkan dananya dari sektor lain ke sektor komoditas.

Sentimen ini kemungkinan didorong oleh kenaikan harga komoditas global yang membuat sektor ini lebih menarik. Investor beralih dari saham-saham yang sudah naik tinggi ke saham tambang yang dinilai masih memiliki potensi kenaikan lebih lanjut.

4. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, fenomena ini adalah pelajaran penting tentang selektivitas. Meskipun IHSG secara umum sedang dalam tekanan, selalu ada sektor-sektor tertentu yang justru mampu berkinerja sebaliknya, memberikan peluang keuntungan bagi yang jeli.

Kenaikan harga komoditas global menjadi katalis utama yang membuat sektor ini menarik. Ini adalah saat yang tepat untuk kembali mencermati saham-saham di sektor pertambangan mineral yang menunjukkan kekuatan relatif di tengah pasar yang sedang lesu.

Namun, investor perlu tetap waspada. Ketergantungan pada harga komoditas global membuat saham-saham ini juga memiliki tingkat volatilitas yang sangat tinggi. Manajemen risiko yang baik tetap menjadi kunci utama dalam menavigasi sektor ini.