Tren Pasar

Harga Emas Bergerak Liar, Waspadai Arah The Fed dan Rupiah

  • Pengamat pasar uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan volatilitas tinggi masih akan mewarnai perdagangan pekan depan seiring ketidakpastian kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dan pelemahan Rupiah.
Emas Galeri.jpeg
Harga Emas Bergerak Liar, Pasar Waspadai Arah The Fed dan Rupiah (ibukotakini.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID- Harga emas dunia dan logam mulia domestik menutup perdagangan akhir pekan lalu dengan arah yang beragam. Pengamat pasar uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan volatilitas tinggi masih akan mewarnai perdagangan pekan depan seiring ketidakpastian kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dan pelemahan Rupiah.

Menurut Ibrahim, tekanan terhadap nilai tukar Rupiah menjadi faktor utama yang dapat mengerek harga emas domestik. Selain itu, tensi geopolitik dan distorsi data ekonomi AS dinilai masih menjadi penentu utama arah pergerakan harga logam mulia.

“Sentimen global tidak benar-benar stabil. Pasar menunggu kejelasan dari The Fed, sementara Rupiah berpotensi melemah lebih jauh,” ungkap Ibrahim dalam analisisnya, Senin, 24 November 2025. 

1. Skenario Harga: Resisten Berpotensi Sentuh Rp2,45 Juta

Ibrahim memproyeksikan rentang pergerakan harga emas yang cukup lebar pekan depan. Jika tren penguatan global bertahan, harga emas dunia diperkirakan menguji level resisten di Rp4.180.000. Kondisi ini berpotensi mengangkat harga logam mulia domestik hingga Rp2.450.000 per gram di pasar spot.

Pelemahan Rupiah menjadi katalis utamanya. Ibrahim memperkirakan kurs Rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.700–Rp16.790 per dolar AS, dengan potensi menyentuh Rp16.800 dalam kondisi ekstrem. “Rupiah masih punya peluang melemah,” ucapnya.

2. Distorsi Data Tenaga Kerja AS Pengaruhi Dolar

Ibrahim menyoroti adanya distorsi pada rilis data tenaga kerja AS bulan September yang sebelumnya sempat menguatkan indeks Dolar. Data dihitung pada September, bukan Oktober, karena pemerintahan federal AS memasuki masa libur selama 43 hari.

“Ini membuat indeks Dolar kembali mengalami penguatan semu,” kata Ibrahim. Situasi ini menciptakan bias di pasar dan membuat arah pergerakan Dolar sulit diprediksi.

3. Pejabat The Fed Belum Satu Suara

Perbedaan pandangan pejabat The Fed semakin memperlebar ketidakpastian kebijakan suku bunga. Lori Logan dan Susan Collins cenderung menahan diri dari wacana pemangkasan bunga, sementara John Williams melihat ruang pelonggaran tanpa mengganggu target inflasi.

Pasar kini menunggu data valid pada November dan Desember saat pemerintahan AS kembali beroperasi penuh. “Gubernur Bank Sentral Amerika masih sangat sensitif dalam pembahasan penurunan suku bunga,” urai Ibrahim.

4. Ketegangan Rusia–Ukraina Menahan Penguatan Emas

Dari sisi geopolitik, panasnya konflik Rusia–Ukraina kembali menjadi faktor penahan laju emas. Proposal damai yang diajukan AS dinilai menempatkan Ukraina dalam posisi sulit, sementara suplai senjata jarak jauh dari NATO terus mengalir.

“Situasi geopolitik kembali memanas. Ini yang membuat harga emas sedikit tertahan,” jelas Ibrahim.

5. Proyeksi Akhir Tahun: Target Rp4,5 Juta Dinilai Berat

Dengan mempertimbangkan kondisi pasar saat ini, Ibrahim memandang target harga emas dunia menembus Rp4.500.000 di akhir tahun semakin sulit tercapai. Proyeksi realistisnya berada pada level Rp4.380.000.

Untuk logam mulia domestik, harga diperkirakan tidak akan jauh dari posisi sekarang. “Kemungkinan besar hanya bergerak di sekitar Rp2.600.000,” tutur Ibrahim. 

Tulisan ini telah tayang di ibukotakini.com oleh Bunga Citra pada 24 Nov 2025 

Tags: