Harga Bitcoin Turun, Analis Wanti-Wanti Harganya Bisa Anjlok ke US$108 Ribu
- Pasar kripto memang penuh ketidakpastian, tapi justru di situlah peluang lahir. Yang terpenting, tetap cermat membaca momentum dan jangan terburu-buru ikut euforia.

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Harga Bitcoin (BTC) kembali melemah dan kini berada di level US$115 ribu setelah terkoreksi 1,84% dalam 24 jam terakhir. Menariknya, penurunan harga ini justru terjadi di tengah lonjakan volume perdagangan harian sebesar 13,92% menjadi US$53,68 miliar.
Kondisi ini membuat pelaku pasar kripto waspada. Banyak analis memperingatkan bahwa BTC bisa saja terkoreksi lebih dalam jika gagal bertahan di zona support penting.
Menurut analis kripto Lark Davis, momentum pergerakan Bitcoin saat ini tengah melambat. Ia menilai kisaran US$108 ribu–US$112 ribu berpotensi menjadi support kunci.
- 10 Film Termahal Sepanjang Sejarah, Dari Avatar Sampai Cleopatra
- 7 YouTuber Parenting Indonesia yang Seru
- 10 Ciri Pasangan Red Flag Soal Keuangan yang Perlu Diwaspadai
Zona ini dulunya merupakan resistance (area sulit ditembus ke atas), namun kini bisa berfungsi sebagai penopang berkat dukungan indikator teknis seperti Fibonacci retracement dan 20-week EMA (Exponential Moving Average).
“Jika support ini bertahan, peluang rebound Bitcoin masih terbuka. Namun jika ditembus, tekanan jual bisa meningkat signifikan dan memicu kepanikan jangka pendek,” jelas Davis dikutip dari situs Indodax Academy, Senin, 18 Agustus 2025.
Dengan kata lain, level ini menjadi “benteng” terakhir sebelum harga BTC mungkin jatuh lebih dalam.
Risiko Sideways Mengintai Bitcoin
Selain Davis, analis kripto populer Michaël van de Poppe juga ikut memberi peringatan. Menurutnya, kegagalan BTC menembus level resistance yang lebih tinggi bisa membuka jalan menuju pergerakan sideways.
Dalam dunia trading, sideways artinya harga bergerak dalam rentang sempit tanpa tren naik atau turun yang jelas. Fase ini biasanya dipakai pasar untuk “mengatur ulang” setelah periode volatilitas tinggi.
Van de Poppe menuliskan di akun X miliknya:
“Saya rasa kita akan menguji level lebih rendah dan bergerak dalam range sebelum akhirnya kembali naik.”
Artinya, meski tampak membosankan, fase sideways justru bisa jadi momen penting bagi pasar untuk mencari arah baru.
Baca Juga: Pasar Kripto Indonesia Kian Panas: 1.342 Token Legal, OJK Siapkan Regulasi Lebih Selektif
Altcoin Bisa Ambil Alih Panggung
Sejarah mencatat, ketika Bitcoin stagnan, investor sering mengalihkan likuiditas ke altcoin – aset kripto alternatif seperti Ethereum (ETH), Solana (SOL), atau token besar lainnya.
Jika tren sideways BTC berlanjut, altcoin berpotensi mencuri perhatian dengan lonjakan harga yang lebih agresif. Meski begitu, risiko volatilitas tetap tinggi.
Bagi investor, fase ini bisa jadi peluang, tapi perlu kehati-hatian karena rotasi dana dari BTC ke altcoin tidak selalu bertahan lama.
- Pasar Abaikan Harta Karun Surya 2 GW, Saham ADRO Jadi Peluang Investasi?
- Rapor Kredit Korporasi BRI Kuartal II-2025
- Asing Sudah Nyerok GOTO Setengah Triliun, Pertanda Apa?
Kesimpulan: Bitcoin di Persimpangan, Trader Wajib Waspada
Saat ini, Bitcoin berada di zona krusial US$108 ribu–US$112 ribu yang bisa menentukan arah harga berikutnya. Jika support bertahan, BTC berpeluang rebound. Namun jika jebol, koreksi lebih dalam hampir tak terelakkan.
Bagi trader, penting untuk memantau level support-resistance dan pergerakan dana ke altcoin agar bisa menyusun strategi dengan lebih bijak.
Pasar kripto memang penuh ketidakpastian, tapi justru di situlah peluang lahir. Yang terpenting, tetap cermat membaca momentum dan jangan terburu-buru ikut euforia.

Ananda Astri Dianka
Editor
