Tren Ekbis

Flat Koperasi Jadi Pilihan Gen Urban: Hemat Biaya hingga Minim Karbon

  • Di tengah mahalnya harga properti di Jakarta, muncul alternatif baru yang mencuri perhatian anak muda kota yaitu hunian flat berbasis koperasi. Bukan sekadar tempat tinggal, konsep ini digadang-gadang mampu mendukung gaya hidup sehat sekaligus hemat biaya.
andelsbolig.jpg
Ilustrasi koperasi perumahan (Andelsbolig) di Denmark. (Bankly)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Di tengah mahalnya harga properti di Jakarta, muncul alternatif baru yang mencuri perhatian anak muda kota yaitu hunian flat berbasis koperasi. Bukan sekadar tempat tinggal, konsep ini digadang-gadang mampu mendukung gaya hidup sehat sekaligus hemat biaya.

Penggagas konsep hunian koperasi, Marco Kusumawijaya, menyebut flat koperasi menawarkan pendekatan berbeda dari apartemen konvensional. Alih-alih mengalokasikan lahan untuk parkir atau garasi, seluruh ruang bisa dioptimalkan untuk hunian dan ruang hijau.

“Justru karena tidak menyediakan tempat parkir dan garasi, tanah bisa digunakan maksimal. Ada jarak mundur yang memungkinkan muncul taman dan ruang terbuka. Lingkungan jadi lebih sehat,” ujar Marco saat ditemui di Jakarta pada Kamis, 21 Agustus 2025.

Konsep ini memang menyasar kelompok urban yang tidak bergantung pada kendaraan pribadi. Lokasi flat-flat koperasi dipilih dekat dengan jaringan transportasi umum sehingga penghuni bisa beraktivitas dengan berjalan kaki, naik sepeda, atau menggunakan angkutan publik.

Marco mencontohkan pengalamannya sendiri yang sejak lama tinggal tanpa mobil maupun motor. “Saya hanya punya sepeda, tapi tetap mudah ke mana-mana karena akses transportasi dekat. Jadi biaya hidup otomatis lebih hemat,” tuturnya.

Antusiasme Tinggi

Meski masih terbilang baru, animo masyarakat cukup tinggi. Hingga saat ini, 1.727 orang sudah mendaftar sebagai calon anggota. Saat ini pendaftaran harus ditutup sementara untuk proses seleksi. Setidaknya dua proyek flat koperasi sudah diluncurkan, sementara satu lainnya akan segera dibuka awal September 2025.

Selain itu, sejumlah pemilik tanah di pusat kota juga mulai tertarik. Bahkan, menurut Marco, ada bank yang berencana mengalihkan aset tanah agunannya yang macet untuk dikembangkan menjadi hunian koperasi. Namun Marco belum mengungkap bank mana yang dimaksud.

Dengan harga rumah tapak yang makin tak terjangkau di Jakarta, konsep hunian koperasi berpotensi menjadi solusi urban masa depan. Model ini bukan hanya menjawab kebutuhan akan hunian yang lebih inklusif, tapi juga mendorong gaya hidup baru: lebih ramah lingkungan, minim karbon, sekaligus menekan biaya hidup.

“Flat ini bukan soal bangunan semata, melainkan soal bagaimana lingkungan dan komunitas hidup bersama bisa lebih sehat, hemat, dan berkelanjutan,” ujar Marco.

Marco Kusumawijaya (kanan) dalam sebuah diskusi tentang koperasi perumahan yang diinisiasi Pinhome di Jakarta, Kamis, 21 Agustus 2025.  (Debri/TrenAsia.id)

Dalam kesempatan yang sama, CEO dan Founder Pinhome, Dayu Dara Permata, mengatakan fenomena “koperasi rumah flat” di Menteng menandakan pergeseran dalam cara masyarakat memandang kepemilikan rumah.

Harga pasaran rumah tapak di Menteng kata Dara mencapai 100 juta rupiah per meter persegi, sebuah angka yang tidak terjangkau bagi mayoritas profesional dan keluarga. Inisiatif koperasi hunian ini dianggap bisa menjawab tantangan penyediaan perumahan.

Dengan menawarkan hunian vertikal di lokasi yang sama, biayanya bisa jauh lebih terjangkau. Warga cukup membayar harga sewa tanah sebesar Rp18 juta rupiah per tahun per keluarga dan biaya konstruksi, dibayar awal, sebesar Rp8 juta rupiah per meter persegi.

"Perbedaan signifikan inilah yang menyebabkan kuatnya permintaan terhadap hunian tersebut untuk mendapatkan kualitas hidup yang layak, yang diwujudkan melalui kemudahan akses ke transportasi publik, pusat perkantoran, dan kawasan komersial lainnya," jelasnya.

Analisis data internal Pinhome menemukan lonjakan permintaan sewa yang signifikan pada semester 1 tahun 2025, di antaranya Pancoran, dengan pertumbuhan pencarian rumah sewa sebesar 46%, dan Kebayoran Lama, dengan pertumbuhan 24% dibandingkan semester sebelumnya.