Evo Morales Harus Diakui Membawa Gebrakan Besar di Bolivia
Jakarta-Evo Morales, yang memimpin Bolivia selama 13 tahun, mengumumkan pengunduran dirinya 10 November 2019 setelah menghadapi tekanan demonstrasi besar-besaran dalam satu bulan terakhir dan seruan untuk mengundurkan diri dari militer dan polisi. Morales harus diakui telah membawa perubahan signifikan ke negaranya. Presiden Bolivia yang ke-80, Morales secara luas dianggap sebagai pemimpin asli Amerika pertama sejak […]

Amirudin Zuhri
Author


Evo Morales
(Istimewa)Jakarta-Evo Morales, yang memimpin Bolivia selama 13 tahun, mengumumkan pengunduran dirinya 10 November 2019 setelah menghadapi tekanan demonstrasi besar-besaran dalam satu bulan terakhir dan seruan untuk mengundurkan diri dari militer dan polisi. Morales harus diakui telah membawa perubahan signifikan ke negaranya.
Presiden Bolivia yang ke-80, Morales secara luas dianggap sebagai pemimpin asli Amerika pertama sejak kolonialisme Spanyol dan merupakan presiden Bolivia paling lama menjabat. Lahir pada 26 Oktober 1959, ia terpilih sebagai presiden pertama pada 22 Januari 2006.
Keberhasilan Ekonomi
Morales adalah presiden sayap kiri dengan kebijakan khas yang menekankan untuk memerangi kemiskinan dan buta huruf di Bolivia. Setelah terpilih pada 2006, Bolivia memiliki tingkat buta huruf tertinggi di Amerika Latin – 16 persen. Negara itu menderita kemiskinan yang dalam yakni 35 persen dari populasi hidup dalam kemiskinan ‘ekstrem’, dan 58,9 persen hidup dalam kemiskinan ‘moderat’, menurut Journal of Latin American Studies.
Pada 2014 The Guardian melaporkan di bawah kepemimpinan Morales, kemiskinan ekstrem telah menurun 43 persen dan kemiskinan moderat menurun 25 persen dan pengeluaran sosial meningkat lebih dari 45 persen. Selain itu upah minimum meningkat hampir dua kali lipat yakni sebesar 87,7 persen.
Laporan tersebut mencatat bahwa prestasi ekonomi Morales dipuji oleh Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional meskipun Morales memulai masa jabatannya dengan mengabaikan rekomendasi IMF.
Dana sosial
Era Presidens Morales ditandai dengan peningkatan besar dalam program sosial. Secara khusus, ia memperkenalkan dana pensiun dan pembayaran hari tua tidak diberikan kepada para ibu tetapi untuk anak-anak agar mendapat pemeriksaan kesehatan rutin dan bersekolah.
Langkah-langkah lain termasuk memberikan ratusan traktor gratis, mengendalikan harga bahan bakar dan memaksa produsen makanan untuk menjual di pasar lokal, bukan ekspor.
Namun, sebagian besar pengeluaran sosial digunakan untuk membangun jalan aspal di seluruh negara, serta menyediakan air bersih dan listrik ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak memiliki keduanya.
Melawan Perusahaan
Dasar keberhasilan ekonomi Morales diletakkan selama masa kepresidenannya yang pertama, di mana ia melakukan apa yang dianggap banyak orang sebagai hal yang tidak terpikirkan: tanpa menasionalisasi industri ekstraksi hidrokarbon nasional, ia menaikkan pajak perusahaan dari 18 persen menjadi 82 persen yang mendongkrak pendapatan sektor minyak dan gas nasional dari US$ 173 juta pada tahun 2002 menjadi $ 1,3 miliar pada tahun 2006.
Perusahaan-perusahaan awalnya mengancam akan meninggalkan negara, tetapi akhirnya mengalah. Tahun pertama Morales berakhir tanpa defisit fiskal, yang pertama dalam 30 tahun untuk negara ini.
Koka Yes, Kokain No
Di bawah Morales, penanaman coca tradisional dianggap sah, memungkinkan penanaman sekitar 50.000 hektare (202 kilometer persegi) perkebunan di seluruh negeri. Morales menugaskan serikat pekerja lokal untuk memeriksa bahwa masing-masing keluarga tidak melebihi kuota 1.600 meter persegi coca.
Pada 2012, Bolivia menarik diri dari konvensi PBB tahun 1961 yang menganggap tanaman koka ilegal, dan disusul Konvensi PBB 2013 tentang Narkotika untuk mendeklasifikasi koka sebagai narkotika.
Pada saat yang sama, Morales menindak produsen kokain, sebuah langkah yang menunjukkan keberhasilan yang beragam karena korupsi yang dilaporkan polisi.
Kerusuhan
Namun, tidak semua yang ada di Bolivia adalah bunga dan pelangi, karena, sejak masa kepresidenan pertamanya, Morales melawan gerakan otonomi lokal, terutama di antara provinsi-provinsi bagian timur negara itu, gerakan-gerakan yang sebelumnya ia dukung. Aktivis radikal yang menduduki bandara, memblokade jalan, dan kerusuhan memuncak dalam pembantaian Porvenir 2008, yang merenggut 12 nyawa pengunjuk rasa.
Pada tahun 2009, pemerintah duduk bersama oposisi dan mengadopsi Konstitusi baru, mengubah 100 dari 411 klausa. Namun, dokumen kompromi gagal memuaskan provinsi-provinsi Timur.
Masa jabatan kedua Morales terperosok dalam protes di dalam basis dukungannya. Para pengunjuk rasa menuntut upah minimum yang lebih tinggi, dan pembalikan beberapa reformasi pemerintah. Beberapa provinsi menderita pengangguran tinggi dan investasi infrastruktur tidak mencukupi. Ketika pemerintah membubarkan protes, situasi berubah menjadi kekerasan. Akhirnya, pemerintah mundur pada banyak reformasinya.
Masa jabatan ketiga Morales dibayangi oleh pengungkapan seorang anak oleh Gabriela Zapata Montano, seorang karyawan perusahaan China. Para kritikus menuduh Morales mendukung perusahaan China yang ditolak keras oleh Morales. Menurut laporan BBC tahun 2016 Morales mengakui memiliki anak tersebut dan meninggal saat masih bayi. Mau tidak mau skandal itu merusak reputasi presiden, sehingga ia kalah dalam jajak pendapat tahun 2016 oleh oposisi.
Pada November 2017, Mahkamah Agung Bolivia memutuskan bahwa semua kantor publik tidak memiliki batasan masa jabatan, yang memungkinkan Morales mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga, yang melanggar Konstitusi 2009.
Pada 20 Oktober 2019, Morales memasuki masa jabatan keempatnya, tetapi hasil pemilu dianggap curang oleh oposisi, memicu gelombang baru protes keras. Setelah militer bergabung dengan seruan pengunduran diri, Morales mengumumkan bahwa ia akan mundur.
