Tren Global

Era Pengetatan Usai, The Fed Mulai Longgarkan Likuiditas Global

  • Penghentian QT dan penurunan suku bunga oleh The Fed mengisyaratkan perubahan arah kebijakan moneter. Simak implikasinya terhadap pasar keuangan internasional dan potensi arus dana ke Asia.
23303354605_da46cd2db7_b.jpg
Ketua The Fed Jerome Powell. (Flickr)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), resmi menghentikan program quantitative tightening (QT) dan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%-4,00%. Kebijakan ini menandai berhentinya fase pengetatan moneter agresif yang berlangsung sejak 2022, dan memasuki tahap baru pengelolaan likuiditas di tengah meningkatnya tekanan di pasar uang.

QT merupakan kebijakan pengurangan jumlah uang beredar dengan menurunkan aset yang dimiliki bank sentral, seperti obligasi pemerintah. Sejak puncaknya pada 2022, neraca The Fed telah menyusut dari sekitar US$9 triliun menjadi US$6,6 triliun. Meski demikian, angka tersebut masih berada di atas level pra-pandemi yang berkisar US$4,2 triliun.

Keputusan penghentian QT ini diumumkan setelah rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Mulai 1 Desember 2025, The Fed tidak lagi mengurangi kepemilikan surat utang pemerintah AS (Treasury) yang sebelumnya dipangkas hingga US$5 miliar per bulan. Sebaliknya, surat utang yang jatuh tempo akan diperpanjang (rollover) untuk menjaga kestabilan neraca.

Sementara itu, untuk instrumen mortgage-backed securities (MBS), The Fed tetap membiarkan hingga US$35 miliar jatuh tempo setiap bulan. Dana hasil pelunasan tersebut akan dialihkan ke Treasury bertenor pendek (Treasury bills), guna memperpendek durasi portofolio dan mengurangi eksposur terhadap pasar perumahan AS yang saat ini masih melemah.

Dengan kebijakan ini, jadwal penghentian QT dimajukan lebih cepat dari rencana awal pada kuartal I/2026 yang menargetkan penurunan neraca menjadi sekitar US$6,2 triliun.

Ketua The Fed Jerome Powell menekankan bahwa keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, bukan karena perubahan sikap terhadap inflasi.

“Rencana kami sejak awal adalah menghentikan pengetatan neraca ketika cadangan perbankan berada sedikit di atas level yang dianggap cukup longgar. Tanda-tanda tersebut kini mulai terlihat di pasar uang,” ujar Powell dalam konferensi pers seusai rapat FOMC, dikutip Financial Times, Kamis (30/10).

Powell menambahkan, ketegangan likuiditas di sistem keuangan mulai muncul. Hal ini tercermin dari kenaikan suku bunga antarbank jangka pendek dan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pinjaman jangka pendek Standing Repo Facility (SRF), yang kini mencapai level tertinggi sejak fasilitas tersebut diperkenalkan.

“Langkah ini bukan pelonggaran besar, tetapi tindakan preventif agar sistem tetap berjalan lancar,” tambahnya.

Sejumlah analis menilai, jika QT dilanjutkan hingga 2026 sesuai rencana awal, pasar berpotensi menghadapi kekeringan likuiditas seperti pada 2019, ketika The Fed terpaksa menyuntikkan dana ratusan miliar dolar melalui operasi pasar.

Dampak ke Pasar Global

Keputusan The Fed ini disambut positif oleh pelaku pasar. Indeks saham utama di Wall Street menguat, dengan S&P 500 tercatat naik lebih dari 1,8%. Imbal hasil (yield) obligasi jangka pendek turun tajam, mencerminkan meningkatnya permintaan atas aset tersebut.

Di Asia, pasar regional termasuk IHSG dan Nikkei diperkirakan berpotensi menerima aliran dana asing seiring pelemahan Dolar AS dan meningkatnya minat investor terhadap aset berisiko.

Di pasar komoditas, penurunan suku bunga cenderung memberikan dorongan pada harga emas, karena biaya peluang untuk menyimpan aset tanpa imbal hasil menjadi lebih rendah. Namun, jika pasar menilai kebijakan ini cukup untuk menstabilkan ekonomi tanpa memicu kekhawatiran resesi, minat terhadap aset aman dapat menurun.

Ke depan, The Fed diperkirakan menjaga neraca tetap stabil atau menambah kepemilikan obligasi hingga US$20 miliar per bulan, mengikuti pertumbuhan ekonomi nominal. Komposisi portofolio juga akan disesuaikan dengan porsi yang lebih besar pada Treasury berjangka pendek dan pengurangan bertahap eksposur pada MBS, seiring kondisi pasar properti AS yang masih melambat.