Tren Global

Emas vs Bitcoin : Saat Pasar Goyang, Mana yang Lebih Aman untuk Kamu?

  • Emas dan Bitcoin kembali jadi sorotan di tengah gejolak pasar. Ketahui aset mana yang lebih aman sebagai lindung nilai saat ketidakpastian ekonomi meningkat.
closeup-golden-bitcoins-dark-reflective-surface-histogram-decreasing-crypto.jpg
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Freepik)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Menjelang akhir tahun, pasar saham global tengah diuji ketidakpastian. Investor tampak berhati-hati menghadapi bayangan kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan ancaman stagflasi. 

Survei terbaru Charles Schwab menunjukkan, 67% investor menilai pasar terlalu mahal, sementara 57% menganggap stagflasi “agak atau sangat mungkin” terjadi dalam 18 bulan mendatang.

Kegelisahan itu memunculkan kembali perdebatan klasik: di tengah gejolak pasar, mana yang lebih aman, emas atau Bitcoin?

Harga emas kini bertengger di kisaran US$4.000 per ons, menegaskan posisinya sebagai aset lindung nilai atau “asuransi” saat ketidakpastian meningkat. 

Di sisi lain, Bitcoin masih diperdagangkan sekitar US$102.000, namun lebih sering dianggap sebagai aset berisiko tinggi dengan potensi pertumbuhan besar.

Analis pasar Eric Roach menilai, perbedaan paling mendasar antara keduanya terletak pada perilaku terhadap pasar saham.“Emas cenderung diperdagangkan secara non-korelasi dengan pasar, di mana Bitcoin tetap jauh lebih berkorelasi dengan Nasdaq… Bitcoin diperdagangkan dan bertindak jauh lebih seperti saham teknologi,” jelas Roach, dikutip qz.com, Senin, 10 November 2025.

Data terbaru menunjukkan ETF Bitcoin (IBIT) memiliki korelasi 37% dengan indeks Nasdaq-100 dan S&P 500, artinya pergerakannya sangat terkait dengan sentimen pasar saham. Sebaliknya, emas hanya memiliki korelasi 4%, menjadikannya tempat pelarian yang aman ketika pasar ambruk.

Baca juga : PGN Perluas Pemanfaatan CNG untuk Perluas Akses Energi Bersih ke Masyarakat

“Jika perlindungan terhadap risiko menjadi pendorong utama Anda, maka emas berdiri sendiri dengan korelasinya yang sangat negatif terhadap pasar saham.” jelas Roach dalam keterangannya

Di pasar ETF, perbedaan arah semakin jelas. ETF emas mencatat arus masuk besar, US$17 miliar pada September dan tambahan US$8,7 miliar pada Oktober. Sementara itu, ETF Bitcoin justru mengalami arus keluar bersih sekitar US$200 juta pada akhir Oktober, dipicu aksi ambil untung investor.

Menurut analis Roberts Huntley, tren ini menggambarkan sikap hati-hati pelaku institusional. “Ini sinyal jelas dana institusional memprioritaskan stabilitas dan lindung nilai yang nyata, Penarikan ini seringkali konsolidasi sementara, bukan pembalikan.” tambah Roberts dalam keteranganya

Jangka Pendek Milik Emas, Jangka Panjang Milik Bitcoin?

Secara historis, emas memang menjadi favorit ketika pasar dilanda ketakutan. Namun, data menunjukkan bahwa 6–12 bulan setelah puncak arus masuk ke emas, Bitcoin biasanya mulai unggul.

“Emas diuntungkan oleh ketakutan, sementara Bitcoin… memposisikan diri untuk kondisi makro berikutnya.” tambah Roberts Huntley.

Bagi investor, keputusan tidak lagi sekadar memilih antara dua aset, melainkan memahami profil risiko masing-masing.

Baca juga : Harga Pangan di Jakarta Hari Ini: Kedelai Melonjak 53 Persen

Disisi lain, Ekonom pasar Molidor menjelaskan bahwa Emas secara historis menunjukkan volatilitas yang lebih rendah dan sering dianggap sebagai penstabil jangka panjang. Sementara Bitcoin dalam praktiknya sering memberikan imbal hasil yag tinggi.

“Bitcoin telah memberikan imbal hasil historis yang lebih tinggi, tetapi dengan penurunan yang jauh lebih besar. Investor berfokus pada pelestarian modal cenderung tertarik pada emas.”

Dalam lanskap ekonomi yang tidak pasti, emas tetap menjadi simbol ketenangan dan kestabilan, sementara Bitcoin terus menjadi taruhan bagi mereka yang berani terhadap masa depan digital.

Pada akhirnya, bukan soal mana yang lebih baik, tapi mana yang lebih cocok untuk menghadapi badai keuangan berikutnya.