Duka dan Krisis Ekonomi di Balik Serangan Teror di Kashmir
- Insiden ini tak hanya memperdalam ketegangan diplomatik antara India dan Pakistan, tetapi juga menghantam jantung perekonomian lokal yang sangat bergantung pada sektor pariwisata.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA – Serangan brutal oleh kelompok militan bersenjata terhadap para wisatawan Hindu di padang rumput Baisaran—kawasan yang populer dengan sebutan "Mini Swiss"—pada Selasa, 22 April 2025, merenggut nyawa sedikitnya 26 orang.
Insiden ini tidak hanya memperdalam ketegangan diplomatik antara India dan Pakistan, tetapi juga menghantam jantung perekonomian lokal yang sangat bergantung pada sektor pariwisata.
Biasanya, kekerasan bersenjata di wilayah Kashmir menyasar aparat keamanan atau infrastruktur negara. Namun kali ini, para pelaku—yang tergabung dalam kelompok The Resistance Front (TRF) dan diduga memiliki keterkaitan dengan Lashkar-e-Taiba—menargetkan wisatawan secara langsung.
Serangan yang terjadi di area terbuka itu berlangsung cepat. Para militan muncul dari hutan dan menembaki para turis tanpa pandang bulu.
- Baca: China, AS dan India Masih Top 3 Negara Tujuan Ekspor RI
Dampaknya terasa seketika. Eksodus wisatawan terjadi secara masif dari seluruh penjuru Kashmir. Kota Pahalgam, yang biasanya ramai oleh wisatawan lokal dan mancanegara, seketika berubah menjadi kota mati. Hotel-hotel tutup, toko-toko menutup pintu, dan aktivitas wisata terhenti total.
Pemerintah India pun segera turun tangan, menginstruksikan maskapai penerbangan untuk membantu pemulangan wisatawan tanpa biaya pembatalan.
Musim semi yang biasanya menjadi masa panen bagi pelaku industri pariwisata di Kashmir, kali ini justru menjadi musim duka. Diperkirakan, sekitar 90% pemesanan hotel dan paket wisata dibatalkan dalam waktu singkat.
Bagi pelaku ekonomi kecil seperti sopir taksi, pemandu wisata, penjaja makanan, dan pemilik rumah penginapan, hilangnya penghasilan harian merupakan ancaman nyata bagi kelangsungan hidup.
Gulzar Ahmad Wani, seorang pengemudi taksi, mengaku bahwa mimpinya membangun rumah kini terancam gagal akibat kehilangan mata pencaharian.
“Saya tak tahu harus mulai dari mana. Semua tamu membatalkan. Saya tak punya pekerjaan. Anak saya baru masuk sekolah, dan sekarang saya harus memilih antara makan atau membayar biaya sekolahnya,” ujarnya.
Hubungan India–Pakistan Makin Memanas
Serangan ini juga memicu ketegangan serius dalam hubungan diplomatik antara India dan Pakistan. Pemerintah India menutup perbatasan darat ke Pakistan dan menangguhkan perjanjian pembagian air—langkah yang sebenarnya telah lama dipertimbangkan.
Personel diplomatik ditarik dari Islamabad, sementara warga Pakistan di India diperintahkan untuk kembali ke negaranya.
Menanggapi hal ini, Wakil Perdana Menteri Pakistan, Ishaq Dar, menyebut tindakan India sebagai sebuah provokasi, dan mengancam akan memberikan “tanggapan balasan.” Pemerintah Pakistan juga menggelar rapat darurat Komite Keamanan Nasional untuk merumuskan respons strategis atas situasi yang makin memanas.
Ekonomi Kashmir: Lebih dari Sekadar Pariwisata
Selain sektor pariwisata, ekonomi Kashmir juga ditopang oleh keanekaragaman produk pertanian dan kerajinan tangan.
Produksi apel, misalnya, memegang peranan penting. Lebih dari 2 juta ton apel diproduksi setiap tahunnya, menjadikan Kashmir salah satu penghasil apel terbesar di India.
Selain itu, saffron berkualitas tinggi asal Kashmir juga telah dikenal secara global. Meskipun produksinya hanya sekitar 15 hingga 20 ton per tahun, nilai ekonominya sangat tinggi dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal.
Produk ekspor lain yang tak kalah penting adalah karpet dan syal pashmina, yang setiap tahunnya diproduksi dalam jumlah besar dan diminati pasar internasional.
Sektor perikanan, yang memanfaatkan danau-danau besar seperti Dal Lake, juga memberikan kontribusi dengan estimasi produksi ikan mencapai 500 hingga 1.000 ton per tahun.
Industri kerajinan kayu—termasuk ukiran dan furnitur—menjadi sumber pendapatan signifikan meskipun data produksinya tidak selalu tercatat dengan pasti.
Sektor pengolahan makanan (seperti olahan apel dan produk susu) serta energi hidroelektrik dengan kapasitas lebih dari 3.000 MW juga mendukung perekonomian regional. Namun, infrastruktur dan distribusi energi masih menjadi tantangan utama.
Meskipun data yang lebih akurat sering kali sulit diperoleh akibat ketegangan politik yang terus berlangsung, sektor-sektor ini tetap menjadi pilar utama ekonomi Kashmir.

Ananda Astridianka
Editor
