Drama Pencurian Berlian di Museum Louvre, Ingatkan pada Kusni Kasdut
- Aksi pencurian berlian di Museum Louvre gegerkan dunia. Kasus ini mengingatkan pada pencurian benda bersejarah di museum-museum Indonesia.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Dunia seni kembali diguncang oleh kabar pencurian spektakuler di Museum Louvre, Paris, pada 19 Oktober 2025. Sekelompok pencuri yang diduga profesional membawa kabur delapan perhiasan bersejarah dari koleksi French Crown Jewels, termasuk kalung berlian dan zamrud hadiah pernikahan Napoleon untuk Marie Louise, sang permaisuri.
Dikutip laman Forbes, Senin, 20 Oktober 2025, melaporkan pencurian terjadi pada pagi hari ketika sebagian area museum tengah direnovasi. Para pelaku memanfaatkan celah keamanan tersebut dengan mendobrak jendela menggunakan alat berat dan membuka etalase menggunakan gerinda pemotong.
Seluruh proses hanya berlangsung tujuh menit sebelum mereka melarikan diri. Polisi menduga kelompok tersebut telah melakukan survei dan perencanaan matang selama berminggu-minggu.
Barang-barang yang dicuri meliputi kalung zamrud dan berlian Napoleon, serta kalung dan anting safir yang pernah dikenakan keluarga kerajaan Prancis. Ahli perhiasan dari 77 Diamonds, Tobias Kormind, menilai kecil kemungkinan harta bersejarah itu dapat ditemukan kembali.
Baca juga : Permintaan Semen Lesu, Saham SMGR dan INTP Tetap Layak Diburu
“Berlian semacam ini biasanya akan dipreteli, dipotong ulang, dan hilang dari sejarah selamanya,” jelas Tobias, dikutip Forbes.
Pencurian di Louvre kali ini mengingatkan publik pada tragedi serupa dua abad lalu. Pada tahun 1792, saat Revolusi Prancis, koleksi permata mahkota juga dijarah dari gudang kerajaan (Garde-Meuble).
Salah satunya adalah berlian biru legendaris French Blue seberat 69 karat. Beberapa tahun kemudian, batu itu muncul kembali dalam bentuk yang lebih kecil, dikenal sebagai Hope Diamond, yang kini menjadi koleksi utama Smithsonian Institution di Amerika Serikat.
Peristiwa tersebut menandai bagaimana pencurian permata bersejarah dapat mengubah wajah sejarah ketika batu mulia dipotong ulang untuk menghapus jejak asal-usulnya.
Kisah Serupa di Indonesia
Kasus pencurian benda bersejarah tak hanya terjadi di luar negeri. Dalam beberapa tahun terakhir, museum-museum di Indonesia juga menjadi sasaran pencurian akibat lemahnya sistem keamanan.
Pada September 2025, terjadi penjarahan di Museum Bagawanta Bhari, Kediri, yang mengakibatkan hilangnya fragmen kepala patung Ganesha abad ke-10 serta kain batik kuno. Sementara itu, pada Januari 2021, Museum Negeri Sulawesi Tenggara kehilangan 668 benda bersejarah, sebagian besar belum tercatat sebagai cagar budaya.
Minimnya dana operasional, keterbatasan personel, serta kurangnya sistem keamanan modern seperti CCTV, alarm sensor gerak, dan pemantauan digital, menjadi penyebab utama kerentanan tersebut.
Baca juga : Dari Daster ke Panggung Fashion: Findmeera Buktikan Perempuan Bisa Berdaya dari Rumah
Selain itu, fenomena pencurian benda berharga juga punya kisah tersendiri di Indonesia. Salah satu yang paling terkenal adalah Kusni Kasdut, mantan pejuang revolusi yang kemudian dikenal sebagai pembobol museum legendaris.
Kusni Kasdut mencuri berlian dari Museum Nasional Jakarta pada 1961, sebuah kasus yang menghebohkan publik kala itu. Meski dicap penjahat, banyak yang menilai tindakannya memiliki sentuhan sosial karena hasil curiannya kerap dibagikan kepada masyarakat miskin.
Setelah bertahun-tahun buron, Kusni akhirnya ditangkap dan dihukum mati oleh regu tembak pada 16 Februari 1980 di Gresik, Jawa Timur.
Kasus Louvre 2025 menjadi pengingat bahwa bahkan institusi sekelas museum paling terkenal di dunia pun tak kebal terhadap kejahatan. Di sisi lain, sejarah menunjukkan bahwa permata bersejarah tak sekadar bernilai ekonomi, tapi juga menyimpan jejak peradaban dan politik masa lalu.

Amirudin Zuhri
Editor
