Diserang Israel, Kenapa Kantor Politik Hamas Ada di Qatar?
- JAKARTA,TRENASIA.ID- Serangan Israel yang menargetkan para pemimpin tinggi Hamas pada Selasa 9 September 2025 saat mereka berkumpul di negara Teluk Qatar

Amirudin Zuhri
Author


JAKARTA,TRENASIA.ID- Serangan Israel yang menargetkan para pemimpin tinggi Hamas pada Selasa 9 September 2025 saat mereka berkumpul di negara Teluk Qatar menandai eskalasi besar terhadap kelompok tersebut. Serangan dapat menggagalkan negosiasi yang bertujuan untuk mengakhiri perang di Gaza dan mengembalikan sandera Israel.
Hal itu juga dapat memicu krisis diplomatik dengan Qatar. Sekutu Amerika yang menampung ribuan tentara Amerika yang telah berfungsi sebagai mediator utama antara Israel dan Hamas selama beberapa tahun, bahkan sebelum perang terakhir.
Hamas mengatakan para pemimpin puncaknya selamat, sembari mengakui tewasnya dua anggota berpangkat rendah dan tiga pengawal. Kelompok tersebut tidak memberikan bukti langsung bahwa para tokoh senior masih hidup. Semenara Qatar mengatakan seorang anggota pasukan keamanan internalnya tewas dan beberapa lainnya terluka.
Israel mengatakan dalam serangan itu pihaknya mengerahkan 15 jet tempur. Sebanyak 10 amunisi presisi ditembakkan dan semua mengarah ke satu target.
Serangan itu terjadi ketika para pemimpin Hamas yang berbasis di ibu kota Qatar, Doha, sedang mempertimbangkan proposal gencatan senjata baru dari pemerintahan Trump. Gedung Putih mengatakan Israel telah memberi tahu AS sebelum serangan dan kemudian memperingatkan Qatar.
Presiden Donald Trump menjauhkan diri dari serangan itu, dengan mengatakan dalam sebuah posting media sosial bahwa "ini adalah keputusan yang dibuat oleh Perdana Menteri Netanyahu, bukan keputusan yang dibuat oleh saya," dan bahwa pengeboman Qatar "tidak memajukan tujuan Israel atau Amerika."
Pertanyaannya kenapa Hamas bisa membuka kantor politiknya di Qatar?
Negara Teluk Qatar telah lama berperan sebagai mediator, baik di Timur Tengah maupun di belahan dunia lain. Negara ini memiliki hubungan baik dengan negara-negara yang berseberangan, seperti Amerika Serikat dan Iran, sehingga menjadi tempat terjadinya dialog antar-musuh.
Kapan Hamas Membuka Kantor Politik di Qatar?
Hamas pertama kali membuka kantor politiknya di Qatar pada tahun 2012. Ini setelah para pemimpinnya termasuk Khaled Meshaal meninggalkan Suriah setahun setelah perang di negara itu dimulai.
Dikutip dari Aljazeera, para pejabat Qatar telah berulang kali menyatakan bahwa keputusan untuk menerima pimpinan Hamas datang setelah adanya permintaan dari Amerika Serikat. Dalam sebuah opini yang dimuat di The Wall Street Journal (WSJ) pada tahun 2023, Duta Besar Qatar untuk Amerika Sheikh Meshal bin Hamad Al Thani, mengatakan bahwa Washington ingin kantor tersebut membangun jalur komunikasi tidak langsung dengan Hamas.
Siapa Saja yang Bermarkas di Sana?
Berbagai pemimpin senior Hamas bermarkas di Qatar atau telah bermarkas di sana sebagai hasil dari pembukaan kantor Hamas. Meshaal yang disebutkan sebelumnya pindah ke Qatar pada tahun 2012 dan telah bermarkas di sana sejak saat itu. Dia merupakan mantan kepala biro politik Hamas dan yang selamat dari upaya pembunuhan Israel tahun 1997 di Yordania.
Ismail Haniyeh, yang menggantikan Meshaal sebagai pemimpin politik dan sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri Palestina juga tinggal di Qatar sejak 2017. Tahun dia meninggalkan Gaza untuk menjadi pemimpin politik. Haniyeh dibunuh oleh Israel di ibu kota Iran, Teheran, pada Juli 2024. Pemimpin lain yang berbasis di Qatar termasuk Khalil al-Hayya, anggota dewan kepemimpinan Hamas, dan Mousa Abu Marzouk.
Mengapa Qatar Menjadi Tuan Rumah Hamas?
Qatar dianggap sebagai salah satu mediator terpenting di kawasan dan internasional. Ini menjadikannya pemain yang berpengaruh. Negara ini memberikan bantuan keuangan kepada Gaza yang telah berada di bawah beberapa bentuk blokade oleh Israel sejak 2007 selama bertahun-tahun, Doha juga merupakan pendukung utama perjuangan Palestina.
Menyediakan basis politik bagi Hamas merupakan hasil kombinasi kedua faktor ini. Dalam artikel opininya di WSJ, Sheikh Meshal dari Qatar membenarkan keberadaan kantor Hamas karena sering digunakan dalam upaya mediasi, membantu meredakan konflik di Israel dan wilayah Palestina. “Keberadaan kantor Hamas tidak boleh disamakan dengan dukungan, melainkan membangun saluran penting untuk komunikasi tidak langsung,” kata Sheikh Meshal.
Tahun 2024 lalu, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani menyarankan agar Qatar mempertimbangkan kembali peran mediasinya . Ini karena beberapa pihak telah menggunakan mediasi untuk kepentingan politik yang sempit.
Apa Lagi yang Dilakukan Qatar?
Pengakuan Qatar sebagai mediator dan basis yang aman bagi kelompok-kelompok politik dari seluruh dunia telah menyebabkan ibu kotanya menjadi tuan rumah bagi sejumlah pemain internasional yang berbeda. Sejumlah tokoh politik Arab pindah ke Qatar, terutama setelah Musim Semi Arab.
Selain itu, Qatar menjadi tuan rumah kantor politik Taliban sejak tahun 2013. Ini saat mereka berperang melawan Amerika dan bekas pemerintah Afghanistan. Kantor politik Taliban juga dibuka atas permintaan Amerika untuk menyediakan tempat bagi perundingan damai.
Dan, tentu saja, Qatar menjadi tuan rumah Amerika dalam bentuk pangkalan militer terbesar Washington di Timur Tengah, pangkalan udara Al Udeid.
