Di Tengah Tantangan Daya Beli, Pembiayaan Baru BFI Finance Meroket 23,6 Persen
- Sejalan dengan gejolak pasar, sektor pembiayaan nasional masih dibayangi oleh tantangan berat. Daya beli masyarakat yang melemah, ketidakstabilan harga komoditas, serta meningkatnya rasio kredit bermasalah menjadi isu utama yang perlu diwaspadai.

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA – PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) menjadi salah satu pelaku industri jasa keuangan yang menoreh kinerja positif untuk penyaluran pembiayaan baru di tengah gejolak pasar yang dipengaruhi oleh dinamika ekonomi global dengan pertumbuhan mencapai 23,6%.
Sejalan dengan gejolak pasar, sektor pembiayaan nasional masih dibayangi oleh tantangan berat. Daya beli masyarakat yang melemah, ketidakstabilan harga komoditas, serta meningkatnya rasio kredit bermasalah menjadi isu utama yang perlu diwaspadai.
Meski demikian, BFI Finance menyatakan tetap optimis menjalani tahun 2025. Semangat itu sejalan dengan ketahanan ekonomi nasional dan langkah kebijakan fiskal serta moneter yang kredibel dari pemerintah.
- Rebound Pasca-Lebaran, Saham BBRI Cs Jadi Motor Penguatan IHSG April 2025
- Ironi, Harga Beras Tinggi Kala Surplus Nasional
- Efisiensi Berbuah Manis, UNVR Catat Laba Rp1,24 Triliun di Kuartal I-2025
“Beragam langkah strategis sambil menerapkan prinsip pruden terus kami adaptasikan agar kami tetap dapat mencetak pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan,” ujar Sutadi, Presiden Direktur BFI Finance melalui pernyataan tertulis yang diterima TrenAsia, Jumat, 25 April 2025.
BI-rate Tetap, Stabilitas Nilai Tukar Dijaga
Keputusan Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuan (BI-rate) di level 5,75% dinilai turut mendukung stabilitas makroekonomi. Kebijakan ini diharapkan dapat meredam inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global.
Langkah tersebut memberikan sentimen positif bagi pelaku usaha, termasuk BFI Finance yang mencatat pertumbuhan di berbagai aspek bisnisnya.
Aset dan Pembiayaan Baru Naik Signifikan
Per Maret 2025, total aset BFI Finance tercatat mencapai Rp25,7 triliun, meningkat 6,3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan piutang dikelola (managed receivables) sebesar 12,8% yoy menjadi Rp25,4 triliun, serta piutang pembiayaan bersih (net receivables) yang naik 7,6% yoy menjadi Rp22,8 triliun.
Nilai pembiayaan baru juga menunjukkan tren positif dengan capaian Rp5,9 triliun, tumbuh 23,6% yoy. Pertumbuhan tertinggi berasal dari segmen pembiayaan berjaminan BPKB mobil (produk BFI Dana Express Mobil) yang mencatat kenaikan hingga 31,3% yoy.
Segmen Pembiayaan Masih Didominasi Jaminan Kendaraan
Komposisi piutang dikelola BFI Finance didominasi oleh:
- Pembiayaan berjaminan BPKB roda empat dan roda dua: 60,0%
- Pembiayaan kendaraan roda empat (baru & bekas): 16,3%
- Pembiayaan alat berat dan mesin: 14,8%
- Pembiayaan properti berjaminan sertifikat: 4,9%
- Pembiayaan syariah dan lainnya: 4,0%
Sementara dari sisi tujuan pembiayaan, mayoritas dana disalurkan untuk modal kerja dan investasi sebesar Rp19,8 triliun, diikuti oleh pembiayaan multiguna sebesar Rp4,8 triliun, dan pembiayaan syariah senilai Rp784,8 miliar.
Baca Juga: Laba Bank Jago (ARTO) Capai Rp60 Miliar di Kuartal I-2025, Proyeksi JP Morgan Tepat
Layanan dan Promo Dorong Aksesibilitas Konsumen
Tak hanya dari sisi pembiayaan, BFI Finance juga berfokus pada peningkatan layanan dan kemudahan akses bagi konsumen. Perusahaan secara aktif menggelar berbagai promo menarik.
“Kami terus berkomitmen tingkatkan layanan dan gencar menawarkan beragam promo menarik bagi konsumen tetap dan konsumen baru sehingga masyarakat semakin mudah mengakses pembiayaan dari BFI Finance. Salah satunya momentum bulan Ramadan lalu, kami menyediakan beragam paket pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan jelang hari raya,” ungkap Sutadi.
Kualitas Kredit Terjaga, Rasio NPF Tetap Rendah
Di tengah ekspansi bisnis, BFI Finance tetap menjaga kehati-hatian. Penguatan proses underwriting dan sistem penagihan (collection) yang solid menjadi strategi utama menjaga kualitas portofolio.
Hasilnya, rasio pembiayaan bermasalah (Non-Performing Financing/NPF) hingga 31 Maret 2025 tetap terkendali:
- NPF neto: 0,22%
- NPF bruto: 1,30%
Angka ini jauh lebih baik dibandingkan rata-rata industri, yang menurut OJK per Februari 2025 berada di angka 0,92% (neto) dan 2,87% (bruto). Cakupan penyisihan kerugian kredit pun terjaga di level 2,8 kali.
- Bukan di LK21, Layarkaca21 dan LokLok, Berikut Cara Nonton Weak Hero Class 2 dengan Aman
- LK21, LokLok, dan Oppadrama Ilegal, Berikut Cara Nonton Drakor Crushology 101
- Skandal Kredit Fiktif Bank Jatim Sentuh Rp569,4 Miliar
Rasio Keuangan Sehat, Laba Bersih Tumbuh 12,2%
Rasio keuangan BFI Finance turut menunjukkan kinerja positif:
- Return on Asset (ROA): 8,0% (naik 50 bps yoy)
- Return on Equity (RoE): 15,5% (naik 60 bps yoy)
- Gearing ratio: 1,2 kali
Perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp1,7 triliun, naik 6,8% yoy, dan laba bersih sebesar Rp405,5 miliar, tumbuh 12,2% yoy.
“Performa yang baik sepanjang kuartal pertama tahun ini tak lepas dari kelolaan manajemen risiko yang cermat serta efisiensi biaya yang kami lakukan guna menunjang profitabilitas,” jelas Sutadi.
Obligasi Lunas dan Rating Tetap Stabil
Sepanjang kuartal pertama 2025, BFI Finance juga berhasil melunasi Obligasi Berkelanjutan V Tahap III Tahun 2023 Seri B senilai Rp227 miliar yang jatuh tempo.
Dari sisi peringkat kredit, lembaga pemeringkat Fitch Ratings Indonesia mempertahankan Peringkat AA-(idn) untuk BFI Finance dengan prospek stabil, sebagaimana tertuang dalam laporan per Februari 2025.

Amirudin Zuhri
Editor
