Tren Ekbis

Di Balik Ekskavator: Jejak Tenaga Lokal dan Reklamasi di Pulau Gag Raja Ampat

  • Rimbunan pepohonan dan bukit hijau di tengah hamparan laut biru menyambut pagi yang tenang di Pulau Gag. Burung-burung berkicau bersahutan, menggantikan kebisingan klakson khas perkotaan yang jauh dari sini.
Sebagian lahan reklamasi PT Gag Nikel
Sebagian lahan reklamasi PT Gag Nikel (TrenAsia/Debrinata )

JAKARTA -  Rimbunan pepohonan dan bukit hijau di tengah hamparan laut biru menyambut pagi yang tenang di Pulau Gag. Burung-burung berkicau bersahutan, menggantikan kebisingan klakson khas perkotaan yang jauh dari sini.

Namun, pemandangan itu kontras dengan barisan kapal pengangkut nikel yang terparkir tak jauh dari pelabuhan. Sebuah ironi yang menggambarkan bagaimana alam dan industri berupaya berdampingan.

Pulau Gag, sebuah pulau kecil di barat Raja Ampat, menyimpan lebih dari sekadar cadangan nikel. Tempat ini juga menyimpan kisah keterlibatan masyarakat lokal dalam industri tambang modern yang penuh tantangan.

Di tengah jalur-jalur tambang yang kini hening pasca penghentian sementara operasi PT GAG Nikel, jejak pekerja lokal tetap hidup. Terlihat di jalur reklamasi, stasiun kontrol air limpasan, dan unit-unit yang tetap dirawat.

Sekitar 60% tenaga kerja di PT GAG Nikel berasal dari wilayah Sorong dan Raja Ampat. Mereka bukan hanya operator mesin, tetapi juga teknisi, tenaga pendukung reklamasi, dan penjaga sistem pengelolaan lingkungan. Tak sedikit dari mereka sebelumnya bekerja di sektor yang sama sekali berbeda, seperti perkebunan dan perikanan.

Pelatihan seperti itu menjadi standar bagi pekerja lokal. Perusahaan mengajarkan keterampilan teknis seperti pengelolaan genset, sistem kelistrikan mandiri, hingga teknik-teknik konservasi tanah.

Reklamasi: Tangan Lokal Menyemai Harapan

Direktur Keuangan, Manajemen Risiko,dan Sumber Daya Manusia Aji Priyo Anggoro bercerita jika, sekitar 60% tenaga kerja di PT GAG Nikel berasal dari wilayah Sorong dan Raja Ampat.

Mereka bukan hanya operator mesin, tetapi juga teknisi, tenaga pendukung reklamasi, dan penjaga sistem pengelolaan lingkungan. Tak sedikit dari mereka sebelumnya bekerja di sektor yang sama sekali berbeda, seperti perkebunan dan perikanan.

"Para pekerja lokal yang sebelumnya terbiasa di sektor lain seperti perkebunan, diberikan pelatihan (training) sesuai kebutuhan lokasi kerja. Misalnya, pelatihan untuk mengelola genset atau pembangkit listrik internal perusahaan," Ceritanya saat di Pulau GAG dilansir pada Selasa, 10 Juni 2025.

Antara Jeda dan Harapan

Penghentian sementara operasi tambang sejak 5 Juni 2025 atas arahan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia membuat sebagian aktivitas terhenti. Tapi pekerja lokal masih bertahan, sebagian membantu proses perawatan alat, sebagian fokus pada reklamasi yang terus berjalan.

Di balik heningnya ekskavator, kehidupan masih berdenyut. Para pekerja lokal tetap menjaga lahan, menanam kembali harapan di tanah yang sempat terguncang.

Ekspektasi terkait penolakan aktivitas tambang oleh masyarakat lokal terpatahkan ketika Bahlil disambut oleh Ketua Badan Musyawarah Kampung (Bamuskam) Kampung Gag Waju Husein pada Sabtu, 7 Juni 2025.

Waju menyampaikan, penolakan yang ramai disuarakan justru datang dari luar Pulau Gag. Sebab, dirinya tidak merasakan dampak negatif dari kehadiran pertambangan di pulau tersebut. Hal itu ia tekankan berulang kali.

Ia justru merasa kehadiran perusahaan tambang memberi dampak positif terhadap perekonomian desa. Dari 700–900-an warga yang tinggal di Desa Gag, sekitar 200 orang diserap menjadi tenaga kerja pertambangan tersebut.

Awalnya para masyarakat desa yang hidup sebagai petani dan nelayan hanya mengandalkan hasil alam untuk keberlangsungan hidupnya. Namun kini kata Waju merasa terbantu oleh pupuk dan bibit yang diberikan oleh GAG Nikel. Hasil panennya pun dibeli oleh perusahaan itu.

Tambang Rusak Ekosistem Raja Ampat

Sembari menggebu-gebu Waju mengatakan jika aktivitas tambang di Pulau Gag tidak memberikan dampak terhadap ekosistem sekitar. Ia menjelaskan bahwa secara geografis, pulau tersebut berada di perbatasan antara Raja Ampat dan Maluku, dan bukan di kawasan yang berdekatan langsung dengan daerah wisata.

Menurutnya, berbeda dengan penambangan di wilayah lain yang berada dekat dengan destinasi wisata, lokasi tambang di Pulau Gag cukup jauh dari area wisata populer seperti Pianemo. Ia memperkirakan jarak antara keduanya sekitar 45 kilometer, sehingga kecil kemungkinan aktivitas tambang di Gag memengaruhi kawasan wisata tersebut.

"Karena pulau kami ini kan berada di perbatasan antara Raja Ampat dengan dengan Maluku. Berada di perbatasan. Jadi untuk pencemaran ekosistem yang ada saya rasa itu tidak ada. Atau tidak benar," katanya.

Sekadar informasi kawasan geowisata Raja Ampat sebagai salah satu prioritas utama, dengan tujuan menjaga kelestarian alam dan keanekaragaman hayati laut agar terus terjaga, sekaligus mengembangkan potensi wisata kelas dunia secara berkelanjutan. Penetapan Geopark Raja Ampat (Geopark ditetapkan 2017 oleh Pemerintah Republik Indonesia dan 2023 oleh UNESCO).

Dari kelima perizinan, hanya PT Gag Nikel yang perizinannya tidak dicabut. Sesuai arahan Presiden, seluruh aktivitas pertambangan PT Gag Nikel akan diawasi dengan ketat, mulai dari Amdal, reklamasi dan dipastikan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Meskipun demikian, tidak masuk dalam ruang batas Geopark bukan berarti memberi keleluasaan kepada GAG Nikel mengeksploitasi Pulau Gag. Praktik-praktik pertambangan harus selalu memerhatikan dampak terhadap lingkungannya dan mengetahui kapan harus berhenti.

Hampir Selaras dari itu, Adanan Ismail sebagai Sekretaris Kampung GAG menceritakan, dia dan warga sekitar amat terbantu oleh PT GAG nikel di mana pendidikan anak-anak terjamin oleh bantuan perusahaan.

"Anak-anak di sini bisa sekolah karena beasiswa dari PT GAG, Jadi untuk berhentikan secara permanen kami tidak sepakat dengan itu. Kami mohon pemerintah memperhatikan itu. Karena terkait dengan pemberhentian itu Berarti phk karyawan Hampir ribuan orang," keluhnya.

Warga Kampung Gag meletakkan kepercayaannya kepada GAG Nikel sebab belum ada pencemaran lingkungan yang mengusik kehidupan warga.

Adalah kewajiban GAG Nikel untuk merawat Pulau Gag, sebagaimana perusahaan tersebut merawat kepercayaan warga di dalamnya.