Debut Sehari, Kapitalisasi Pasar EMAS Langsung Kalahkan Induknya
- Fenomena unik di BEI, saham EMAS melesat usai IPO hingga salip market cap induknya MDKA. Bagaimana prospek dan risiko ke depan?

Alvin Bagaskara
Author


Presiden Direktur MDKA Albert Saputro memberikan pemaparan pada public expose usai pelaksanaan RUPST dan RUPSLB MDKA di Jakarta, Selasa, 25 Mei 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
(Istimewa)JAKARTA, TRENASIA.ID – Fenomena 'anak' salip 'bapak' terjadi di lantai Bursa Efek Indonesia. Emiten tambang emas pendatang baru, PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS), yang baru resmi melantai kemarin, kini justru memiliki nilai kapitalisasi pasar (market cap) yang lebih besar dari induk usahanya sendiri, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Pada perdagangan sesi I hari ini, Rabu, 24 September 2025, saham EMAS kembali melanjutkan reli dengan naik +3,89%ke level Rp3.740. Lonjakan ini membuat market cap EMAS kini mencapai Rp60,5 triliun, melampaui MDKA yang berada di angka Rp57 triliun.
Kenaikan harga saham EMAS yang telah melejit 29,8% dari harga IPO ini sontak menjadi buah bibir. Lantas, seberapa besar sebenarnya potensi saham ini dan bagaimana pandangan para analis? Mari kita bedah tuntas.
1. Debut Manis: Langsung ARA, Diserbu Investor
Debut perdana saham EMAS pada Selasa, 23 September 2025, berjalan sangat manis. Saham ini langsung ditutup terkunci di batas atas atau Auto Rejection Atas (ARA) dengan lonjakan 25% ke level Rp3.600, mengonfirmasi betapa besarnya minat investor terhadap saham tambang emas ini.
Antusiasme pasar ini sebenarnya sudah terlihat sejak masa penawaran, di mana IPO EMAS mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 4,62 kali. Hal inilah yang menjadi 'bensin' utama yang mendorong harga sahamnya terus meroket.
2. 'Klub Elite' Baru di Bursa
Dengan market cap yang kini mencapai Rp60,5 triliun, EMAS secara otomatis langsung masuk ke dalam jajaran 'klub elite' di bursa. Posisinya kini berada di peringkat ke-39, mengalahkan nama-nama besar yang sudah lebih dulu melantai.
Kapitalisasi pasar EMAS kini tercatat lebih besar dari PT Indosat Tbk (ISAT) (Rp59,3 triliun), PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) (Rp58,9 triliun), dan bahkan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) (Rp54,5 triliun).
Meskipun begitu, di antara sesama emiten emas, market cap EMAS masih berada di bawah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) (Rp84,8 triliun) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) (Rp98,5 triliun).
3. Pandangan Analis: Reli Jangka Pendek, Tapi Waspada
Vice President Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, memprediksi prospek saham EMAS ke depan masih cerah, terutama karena ditopang oleh sentimen kenaikan harga emas global. Ia bahkan meramal saham EMAS berpotensi menembus level Rp4.000.
Namun, ia juga menyoroti satu hal penting. Mayoritas dana IPO digunakan untuk membayar utang kepada induk usahanya. Karena itu, secara fundamental, pelaku pasar masih berada dalam kondisi wait and see.
Pandangan serupa juga datang dari analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan. Ia memperkirakan EMAS berpotensi menguat secara cepat dalam 1-3 hari perdagangan, namun akan menghadapi tantangan untuk mempertahankan momentumnya. Ia melihat potensi harga bisa mencapai Rp5.000-Rp6.000, namun sangat bergantung pada partisipasi market maker.
4. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, fenomena EMAS ini adalah contoh klasik dari saham IPO yang didorong oleh sentimen dan ekspektasimasa depan, bukan kinerja saat ini. Potensi 'harta karun' dari Proyek Emas Pani menjadi 'jualan' utama yang berhasil memikat pasar.
Meskipun reli jangka pendeknya sangat menggiurkan, investor perlu tetap bijak. Peringatan dari para analis mengenai tantangan untuk mempertahankan momentum dan penggunaan dana IPO menjadi faktor yang harus dicermati. Kunci utamanya adalah menimbang antara euforia sesaat dengan fundamental jangka panjang.

Alvin Bagaskara
Editor
