Dari Indonesia Gelap ke Ojol: Deretan Demo Jumbo yang Pernah Guncang Jakarta
- Sepanjang Jalan Merdeka Selatan ditutup dari arah Gambir menuju Patung Kuda. Ini membuat dari arah Patung Tani menuju Gambir macet parah.

Debrinata Rizky
Author


JAKARTA - Pada Selasa 20 Mei 2025 para pengemudi ojek online (ojol) melakukan aksi demonstrasi yang terpusat di Patung Kuda, depan gedung DPR/MPR RI, dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Selain demo, para mitra ojol juga akan mematikan seluruh layanan aplikasi ojol, baik roda dua (R2) maupun roda empat (R4), selama 24 jam penuh pada hari ini.
Sepanjang Jalan Merdeka Selatan ditutup dari arah Gambir menuju Patung Kuda. Ini membuat dari arah Patung Tani menuju Gambir macet parah. Ternyata tak hanya demo Ojol kali ini, beberapa demo besar pernah terjadi di Tanah Air di antaranya:
- Perkembangan Ojek Online dari Masa ke Masa
- APINDO: PP 28/2024 Ancam Pertumbuhan Ekonomi dan Stabilitas Sosial
- Demo Ojol: Keluhkan Sistem Aceng dan Slot, Apa Itu?
- Drop Rp23.000, Harga Emas Antam Hari Ini jadi Segini
Protes 'Indonesia Gelap' (Februari 2025)
Gerakan 'Indonesia Gelap' dipimpin oleh ribuan mahasiswa di berbagai kota seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Medan.
Demonstrasi ini memprotes berbagai isu, termasuk pemangkasan anggaran, RKUHP, dan perampasan tanah rakyat. Demonstran khawatir kebijakan-kebijakan tersebut akan merusak sistem dukungan sosial, masa depan mereka, dan keadilan sosial.
Mereka khawatir pemotongan ini akan melemahkan sektor pendidikan dan layanan sosial lainnya. Protes ini juga menyoroti peningkatan peran militer dalam urusan sipil dan kelangkaan gas subsidi.
Demo Buruh Nasional (Oktober 2024)
Lebih dari 100.000 buruh dari 38 provinsi di Indonesia menggelar aksi serentak selama sepekan, menuntut kenaikan upah minimum tahun 2025 sebesar 8–10% dan pencabutan klaster ketenagakerjaan dalam UU Cipta Kerja. Aksi ini dipimpin oleh Partai Buruh dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).
Demo Tolak Revisi UU Pilkada (Agustus 2024)
Ribuan mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan menolak pengesahan RUU Pilkada yang dinilai tidak sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi. Aksi ini menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat.
Akhirnya Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menyatakan bahwa pembahasan revisi Undang-Undang (RUU) Pilkada dibatalkan. Ia juga menjamin tidak akan ada agenda pengesahan RUU Pilkada secara diam-diam.
Demo Tolak Presiden 3 Periode (April 2022)
Mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya berkumpul di depan gedung DPR dan kawasan Istana Merdeka untuk menolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode. Mereka menilai bahwa perpanjangan masa jabatan presiden melanggar konstitusi dan merusak tatanan demokrasi.
Selain itu demo ini juga menuntut Presiden Jokowi menunda dan mengkaji ulang Undang-undang Ibu Kota Negara (UU IKN), termasuk pasal-pasal bermasalah dan dampak yang ditimbulkan dari aspek lingkungan, hukum, sosial, ekologi, politik, ekonomi, dan kebencanaan.
Mendesak dan menuntut Presiden Jokowi menstabilkan harga dan menjaga ketersediaan bahan pokok di pasaran dan menyelesaikan permasalahan ketahanan pangan lainnya. Serta menuntut Presiden Jokowi mengusut tuntas para mafia minyak goreng dan mengevaluasi kinerja menteri terkait.
Demo Tolak RUU KUHP (September 2019)
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia turun ke jalan untuk menolak RUU Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Aksi ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap sejumlah pasal dalam RUU KUHP yang dinilai bermasalah dan merugikan masyarakat.
Mahasiswa masih bertahan di depan Gedung DPR RI. Setelah menggelar aksi tolak RUU KUHP dan revisi UU KPK sejak pukul 13.00 WIB.
Demo Pemilu 2019 (Mei 2019)
Pendukung pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menggelar aksi demo yang berujung kerusuhan di sekitar Sarinah, Jakarta Pusat, menolak hasil Pemilu 2019. Kerusuhan tersebut menyebabkan bentrok antara massa dan aparat di beberapa titik di Jakarta.
Bentrok antara massa dengan aparat di sekitar Sarinah, Jakarta Pusat 21-22 Mei membuat 400 lebih orang ditangkap.

Amirudin Zuhri
Editor
