Tren Pasar

BMRI dan BBNI Ngebut! Kredit Bank Besar Tembus Rp4.958 Triliun di Kuartal III-2025

  • BMRI dan BBNI catat pertumbuhan kredit dua digit di kuartal III-2025, BBCA dan BBRI masih jaga ritme di tengah tekanan suku bunga tinggi.
WhatsApp Image 2025-07-16 at 09.26.21.jpeg
Bank Mandiri meraih pengakuan global, dengan menduduki peringkat ke-115 naik dari tahun sebelumnya di posisi 120 dalam daftar Top 1000 World Banks 2025 versi The Banker, publikasi keuangan terkemuka yang berbasis di London. (Bank Mandiri)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Empat bank besar Indonesia menutup kuartal III-2025 dengan kinerja penyaluran kredit yang tetap positif di tengah tekanan biaya dana tinggi dan likuiditas yang mengetat. Laju ini menunjukkan ketahanan perbankan nasional meski ekonomi global berada dalam fase pengetatan moneter.

Pertumbuhan kredit industri perbankan mencapai 7,7% yoy, sedangkan empat bank besar PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), bergerak lebih cepat di atas rata-rata industri. Arah ekspansi yang selektif, fokus pada sektor produktif, serta efisiensi pendanaan menjadi kunci menjaga pertumbuhan berkelanjutan.

Laporan keuangan mereka menegaskan bahwa perbankan masih menjadi mesin utama penopang ekonomi domestik. Kredit korporasi dan UMKM tumbuh solid, sementara penyaluran di segmen konsumer tetap stabil. Masing-masing bank mengandalkan strategi pembiayaan berbeda untuk menjaga keseimbangan antara ekspansi dan risiko.

1. BMRI: Kredit Korporasi Jadi Motor Utama

BMRI menyalurkan kredit Rp1.764,32 triliun, naik 11% yoy. Segmen korporasi menjadi motor utama, terutama pembiayaan proyek energi, infrastruktur, dan manufaktur strategis. Kredit komersial dan ritel tumbuh stabil, sedangkan konsumer meningkat didorong ekspansi payroll loan dan kredit multiguna digital.

Dengan portofolio yang seimbang dan manajemen risiko ketat, BMRI tetap menjadi motor pembiayaan nasional. Total aset mencapai Rp2.563 triliun, naik 10,3% yoy. Posisi ini menegaskan peran BMRI sebagai bank pelat merah dengan kapasitas intermediasi terbesar di industri keuangan.

2. BBNI: Fokus pada Kredit Produktif dan Konsumer

BBNI menyalurkan kredit Rp812,2 triliun, tumbuh 10,5% yoy. Kredit korporasi naik 12,4% menjadi Rp450,7 triliun, didorong pembiayaan ke perusahaan swasta dan BUMN. Segmen menengah tumbuh 14,3%, sementara UMKM non-KUR naik 13,9% menjadi Rp46,3 triliun.

Kredit konsumer meningkat 9,6% menjadi Rp150,2 triliun, ditopang KPR, personal loan, dan kartu kredit. BBNI juga memperkuat cadangan kerugian (CKPN) hingga Rp34,7 triliun dengan rasio NPL coverage 222,7%, menjaga ketahanan portofolio terhadap potensi risiko pembiayaan.

3. BBCA: Korporasi Tumbuh Kuat, Konsumer Tetap Stabil

BBCA menyalurkan kredit Rp944 triliun, naik 7,6% yoy. Kredit korporasi naik 10,4% menjadi Rp436,9 triliun, sementara komersial tumbuh 5,7% ke Rp142,9 triliun. UKM meningkat 7,7% menjadi Rp129,3 triliun, dan konsumernaik 3,3% menjadi Rp223,6 triliun.

Segmen KPR mencatat pertumbuhan 6,4% menjadi Rp138,8 triliun, mencerminkan permintaan rumah tangga yang tetap kuat di tengah tekanan suku bunga. Struktur kredit BBCA yang merata memperlihatkan kemampuan menjaga margin bunga bersih (NIM) tanpa mengorbankan kualitas aset.

4. BBRI: Fokus Mikro di Tengah Penurunan Laba

BBRI menyalurkan kredit Rp1.438,11 triliun, tumbuh 6,26% yoy. UMKM masih mendominasi lebih dari 80%portofolio, dengan fokus utama di mikro, pertanian, dan perdagangan ritel. Pendapatan bunga naik 3% menjadi Rp155,16 triliun, menopang kinerja intermediasi.

Meski laba konsolidasi turun menjadi Rp41,23 triliun dari Rp45,36 triliun, efisiensi tetap terjaga. BBRI mencatat NIM 6,53%, BOPO 71,89%, dan NPL gross 3,29%. Rasio likuiditas LDR 87,05% menunjukkan ruang ekspansi kredit masih terbuka lebar di sisa 2025.

5. Tren Industri: Pertumbuhan Sehat, Risiko Terkendali

Total kredit keempat bank besar mencapai Rp4.958 triliun hingga akhir September 2025, melampaui laju industri. Pertumbuhan tertinggi datang dari kredit korporasi dan produktif, diikuti UMKM yang tetap menjadi tulang punggung ekonomi rakyat.

Dengan efisiensi dana dan digitalisasi pembiayaan, bank-bank besar menjaga stabilitas margin serta kualitas aset. Struktur pembiayaan yang sehat memastikan sektor perbankan tetap tangguh menghadapi gejolak eksternal dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.