Tren Global

Biaya Latih AI DeepSeek-R1 Cuma Rp4,8 M, Amerika Curiga

  • Klaim biaya murah DeepSeek-R1 menuai kontroversi, termasuk tuduhan distillation model OpenAI dan isu transfer data.
deepseek_whale_logo-1200x673.png
Cara menggunakan DeepSeek (Dok/Ist)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Dunia kecerdasan buatan (AI) kembali dikejutkan oleh kabar dari China. Perusahaan AI DeepSeek mengumumkan bahwa mereka berhasil melatih model terbarunya, DeepSeek-R1, dengan biaya hanya sekitar US$294.000 atau Rp4,87 miliar. 

Angka ini jauh di bawah biaya yang biasanya dikeluarkan oleh raksasa AI asal Amerika Serikat, seperti OpenAI, yang disebut menghabiskan lebih dari US$100 juta untuk melatih GPT-4.

DeepSeek menjelaskan pelatihan R1 dilakukan dengan menggunakan 512 chip Nvidia H800 selama sekitar 80 jam. Chip H800 sendiri merupakan varian khusus yang dipasarkan Nvidia di China, setelah Amerika Serikat memberlakukan larangan ekspor chip kelas atas H100 dan A100 pada 2022.

Meski demikian, DeepSeek juga mengakui bahwa mereka sempat menggunakan chip A100 pada tahap awal persiapan. Kombinasi ini, ditambah strategi seperti komputasi tepi terdesentralisasi, transfer learning, dan paralelisasi model, disebut menjadi kunci efisiensi biaya.

Baca juga : Perkembangan QRIS, Pelopor Sistem Pembayaran Regional yang Disorot Dunia

Kontroversi & Tudingan

Namun, klaim DeepSeek tidak lepas dari kontroversi. Beberapa pihak di Amerika Serikat meragukan angka biaya yang begitu murah. Selain itu, muncul tuduhan bahwa DeepSeek melakukan praktik distillation atau menyalin model lain, termasuk milik OpenAI. 

DeepSeek membela diri dengan menegaskan bahwa distillation adalah metode sah untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan performa model. 

erusahaan ini bahkan pernah menggunakan model open-source Llama (Meta) dalam beberapa versi sebelumnya. Menariknya, data pelatihan untuk DeepSeek-V3 dilaporkan mencakup halaman web berisi jawaban dari model OpenAI, sehingga memungkinkan adanya penyerapan pengetahuan secara tidak langsung. DeepSeek menegaskan hal itu terjadi secara insidental, bukan disengaja.

Selain tudingan distillation, DeepSeek juga menghadapi sorotan dari Korea Selatan terkait dugaan transfer data pengguna tanpa izin, meski isu ini dianggap terpisah dari pengembangan R1. 

Meski demikian, keberhasilan DeepSeek dalam memangkas biaya pelatihan secara drastis tetap menjadi sorotan dunia. Publikasi mengenai R1 di jurnal bergengsi Nature menegaskan posisi China yang semakin kuat dalam persaingan AI global. Hingga kini, OpenAI

Baca Juga : Harga Emas Antam Turun Dalam Jelang Akhir Pekan

Biaya Pelatihan AI 

Dikutip laman Reuters, Jumat, 19 September 2025, Sebagai pembanding, OpenAI disebut menghabiskan biaya sekitar US$100 juta (Rp1,6 triliun) untuk melatih GPT-4. Angka pasti untuk GPT-4o, model multimodal terbaru mereka, memang tidak diungkapkan, namun diperkirakan setara atau bahkan lebih tinggi dibanding GPT-4. 

Perbedaan biaya yang begitu besar dengan Deepseek menunjukkan adanya kesenjangan strategi antara perusahaan AI Barat dan Tiongkok dalam mengelola sumber daya pelatihan.
Selain OpenAI, perusahaan lain seperti Anthropic AI, pengembang Claude, juga menghadapi biaya tinggi. Saat ini, biaya pelatihan model generatif mereka diperkirakan mencapai US$100 juta, namun tren ini diproyeksikan meningkat hingga US$1 miliar untuk model yang lebih canggih di masa depan. Hal ini memperlihatkan betapa mahalnya pengembangan AI generatif di Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.

Tak hanya perusahaan AI, raksasa teknologi seperti Microsoft dan OpenAI bahkan berencana membangun pusat data raksasa dengan nilai investasi mencapai US$100 miliar demi menopang kebutuhan AI masa depan. 

Sementara itu, CEO Anthropic memperkirakan biaya pelatihan model generatif akan melonjak hingga US$10–100 miliar dalam beberapa tahun ke depan. Dibandingkan dengan langkah DeepSeek, capaian ini menegaskan bahwa pendekatan Tiongkok berpotensi menjadi game changer dalam efisiensi pengembangan AI global.