Berlian Pink Ini Dilelang Rp310,8 Miliar, Satu Tambang dengan Milik Ratu Elizabeth
- Berlian Merah Muda merupakan salah satu berlian yang paling murni di dunia. Pasalnya, jika dilelang harganya bisa mencapai jutaan dolar AS.

Fakhri Rezy
Author


JAKARTA - Berlian Merah Muda (pink) merupakan salah satu berlian yang paling murni di dunia. Pasalnya, jika dilelang harganya bisa mencapai jutaan dolar AS.
Mengutip CNN Business, Berlian merah muda tersebut akan dilelang di Hong Kong pada Oktober 2021. Harganya pun terjual US$ 21 juta atau Rp310,8 miliar (Rp14.800 per USD).
Dengan berat 11,15 karat, permata berbentuk bantal ini disebut 'Williamson Pink Star'. Nama tersebut sebagai penghormatan kepada dua berlian merah muda lainnya.
- Luhut Bongkar Biang Kerok Bengkaknya Subsidi dari Tahun ke Tahun, Solusinya Apa?
- Di balik Kian Maraknya Gedung Perkantoran Berkonsep ESG
- Mulai Hari Ini, TransJakarta Beroperasi 24 Jam di 13 Koridor
dua berlian lainnya bernama 'CTF Pink Star' dengan potongan oval 59,60 karat yang terjual dengan rekor US$71,2 juta di lelang pada tahun 2017.
Satunya lagi adalah 'Williamson' dengan ukuran 23,6 karat yang diberikan kepada Ratu Elizabeth Inggris sebagai hadiah pernikahan oleh ahli geologi Kanada John Thorburn Williamson.
Williamson Dikenakan oleh raja dalam bros Cartier, itu ditemukan di tambangnya di Tanzania. Tambang tersebut juga tempat ditemukannya 'Williamson Pink Star'.
"(Berlian merah muda) sangat langka di alam...," kata kepala perhiasan Sotheby Kristian Spofforth.
Berlian kualitas terbaik dihargai oleh orang super kaya dan Spoforth mengatakan dia mengharapkan banyak tawaran untuk permata itu ketika ditawarkan untuk dijual dalam lelang mandiri pada 5 Oktober.
"Kami melihat selama krisis penguncian dan krisis COVID bahwa selalu ada permintaan untuk yang langka dan yang indah di dunia, dan ini adalah sesuatu yang sangat langka yang saya pikir akan memiliki banyak penawar pada hari itu," katanya.
Menjelang lelang, "Williamson Pink Star" akan melakukan tur ke Dubai, Singapura, dan Taipei sebelum tiba di Hong Kong.

Fakhri Rezy
Editor
