Berani Serok Saham BBNI Saat Laba Turun? Ini Alasan Kuat Dua Sekuritas
- Rasio dana murah (CASA) BBNI turun menjadi 68,4% di tengah kenaikan biaya kredit ke level 1,1%. Meski demikian, fundamental perseroan dinilai masih solid dengan pendapatan bunga yang tumbuh 4%.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatatkan kinerja yang menantang hingga sepuluh bulan pertama tahun 2025. Laba bersih perseroan dilaporkan mengalami penurunan, tertekan oleh kenaikan biaya dana dan beban pencadangan yang meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meski kinerja bottom line terkoreksi, dua sekuritas besar, Mandiri Sekuritas dan BRI Danareksa Sekuritas, kompak mempertahankan rekomendasi beli (Buy). Keduanya menetapkan target harga saham BBNI di level Rp5.000 per saham, mencerminkan optimisme terhadap fundamental jangka panjang bank pelat merah tersebut.
Keyakinan analis didasari oleh sinyal perbaikan yang mulai terlihat pada data bulanan Oktober 2025. Pemulihan margin bunga bersih (NIM) secara berurutan dinilai menjadi indikator awal bahwa tekanan profitabilitas mulai mereda, membuka peluang bagi BBNI untuk kembali ke jalur pertumbuhan yang lebih solid.
1. Paradoks Kinerja: Pendapatan Naik, Laba Turun
Berdasarkan data bank only per Oktober 2025, BBNI sebenarnya mencatatkan kenaikan pendapatan bunga sebesar 4% menjadi Rp55,48 triliun. Namun, laba bersih justru turun 6% secara tahunan (YoY) menjadi Rp16,92 triliun, dari sebelumnya Rp18,07 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan laba ini disebabkan oleh tekanan ganda dari sisi biaya. Mandiri Sekuritas menyoroti bahwa tekanan terutama berasal dari kenaikan biaya dana (cost of funds), pertumbuhan beban operasional yang lebih tinggi, serta adanya peningkatan pada pos beban pencadangan, sebut Tim Riset Mandiri Sekuritas.
2. Sinyal Pemulihan NIM di Oktober
Meskipun kinerja akumulatif turun, analis menemukan titik terang pada data bulanan. Kinerja perseroan menunjukkan sinyal perbaikan pada Oktober 2025, yang ditandai dengan pemulihan margin bunga bersih (NIM) secara berurutan (sequential rebound) dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang cenderung tertekan.
Tren pemulihan NIM ini dinilai krusial sebagai fondasi positif. Analis menilai perbaikan ini membuka peluang pemulihan profitabilitas ke depan, asalkan BBNI mampu menjaga momentum efisiensi biaya dana. "Tren ini dinilai menjadi fondasi positif menuju pemulihan profitabilitas ke depan," tulis riset Mandiri Sekuritas.
3. Tantangan Biaya Kredit dan Dana Murah
Di sisi lain, tantangan struktural masih terlihat pada beberapa rasio kunci. Biaya kredit (Cost of Credit/CoC) terpantau naik dari 1,0% menjadi 1,1%. Selain itu, rasio dana murah (CASA) mengalami penurunan dari 70,6% menjadi 68,4%, yang berimbas pada biaya dana.
Kenaikan CoC ini memberikan sedikit tekanan pada kualitas profitabilitas bank. Meski demikian, BRI Danareksa menilai laba kumulatif BBNI hingga Oktober 2025 masih berada dalam kisaran ekspektasi konsensus. "Kinerja BBNI bank only pada Oktober 2025 masih netral dengan sejumlah indikator menunjukkan arah perbaikan," jelas Victor Stefano.
4. Strategi Fokus Kredit Konsumer dan UMKM
Untuk mengerek profitabilitas, BBNI tengah menjalankan strategi rebalancing portofolio. Bank ini fokus memperbesar porsi kredit di segmen konsumer dan UMKM yang memiliki imbal hasil (yield) lebih tinggi. Langkah ini diambil sebagai strategi jangka menengah untuk mendorong peningkatan NIM secara struktural.
Peluang perbaikan Return on Equity (ROE) sangat bergantung pada keberhasilan strategi ini. Analis menekankan pentingnya kemampuan perseroan menurunkan biaya dana dan mengoptimalkan pendapatan non-bunga. "BNI juga tengah fokus memperbesar portofolio kredit konsumer dan UMKM sebagai strategi jangka menengah," tambah riset tersebut.
5. Konsensus Target Harga Rp5.000
Melihat dinamika tersebut, baik Mandiri Sekuritas maupun BRI Danareksa Sekuritas sepakat mempertahankan target harga Rp5.000. Target ini merefleksikan keyakinan bahwa BBNI tetap berada pada jalur yang sesuai dengan target kinerja tahunannya, didukung oleh valuasi yang masih menarik.
Target harga tersebut mencerminkan ekspektasi pasar terhadap kemampuan manajemen BBNI dalam melakukan efisiensi. Dengan perbaikan margin dan beban operasional yang mulai terlihat, saham BBNI dinilai masih memiliki potensi kenaikan yang layak dicermati oleh investor.

Alvin Bagaskara
Editor
