Bekerja di Jepang: Peluang, Gaji, dan Bayang-Bayang Sentimen Anti-Imigran
- Jepang butuh 820 ribu tenaga kerja asing hingga 2029. WNI berpeluang isi 30% kebutuhan dengan gaji berkisar puluhan juta rupiah per bulan.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Jepang sedang menghadapi krisis demografi serius karena populasi yang kian menua, angka kelahiran menurun, dan kekurangan tenaga kerja kian nyata.
Situasi ini membuka peluang besar bagi tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia. Namun, di balik prospek yang menjanjikan, terdapat pula tantangan yang harus dihadapi, mulai dari biaya hidup hingga sentimen anti-imigran.
Jumlah pekerja Indonesia di Jepang melonjak tajam. Per Januari 2024, tercatat 121.507 pekerja Indonesia, meningkat 56% hanya dalam kurun 2022-2023. Lonjakan ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemasok tenaga kerja asing dengan pertumbuhan tercepat di Negeri Sakura.
Proyeksi resmi pemerintah Jepang menyebut, negaranya membutuhkan sekitar 820.000 pekerja asing pada periode 2025-2029. Dari angka itu, Indonesia berpotensi mengisi hingga 30% kebutuhan atau sekitar 246.000 pekerja, terutama melalui program Specified Skilled Worker (SSW).
Peluang Sektor Pekerjaan
- Kesempatan kerja bagi WNI di Jepang terbuka di berbagai sektor, dengan sejumlah bidang paling diminati dan menjanjikan.
- Manufaktur/Pabrik: Menjadi sektor utama, mencakup pekerjaan seperti pengoperasian mesin, perakitan, hingga kontrol kualitas.
- Kesehatan (Perawat/Pengasuh Lansia): Permintaan meningkat tajam akibat populasi menua. Membutuhkan sertifikasi dan kemampuan bahasa Jepang.
- Konstruksi: Menawarkan gaji tinggi karena beban fisik pekerjaan yang berat.
- Pertanian dan Perikanan: Banyak tersedia melalui program magang maupun jalur SSW.
- Perhotelan dan Layanan Makanan: Ikut berkembang seiring pemulihan sektor pariwisata Jepang.
Prakiraan Gaji dan Biaya Hidup
Berdasarkan data firma global yang menyediakan layanan profesional dalam rekrutmen dan solusi talenta, Morgan McKinley, rata-rata gaji pekerja di Jepang pada tahun 2024 cukup beragam. Secara nasional, gaji rata-rata mencapai ¥471.000 per bulan atau sekitar Rp52,5 juta. Untuk pekerja pabrik, kisaran gaji umumnya berada pada rentang ¥150.000 hingga ¥250.000 per bulan (setara Rp18–30 juta).
Selain itu, upah minimum regional di Jepang juga berbeda-beda. Tokyo tercatat sebagai yang tertinggi dengan ¥1.113 per jam (Rp116.865), sedangkan Okinawa menjadi yang terendah dengan nilai ¥896 per jam (Rp94.900).
Prakiraan biaya hidup di Jepang,
- Individu single: ¥150.000–¥250.000 (Rp16,9–28,2 juta) per bulan
- Keluarga kecil: ¥350.000–¥951.000 (Rp39–64 juta) per bulan
- Komponen utama biaya hidup meliputi:
- Sewa apartemen 1 kamar: ¥49.796–¥78.596 (Rp5,6–8,9 juta)
- Makanan: ¥30.000–¥40.000 (Rp3,3–4,5 juta) jika masak sendiri
- Transportasi bulanan: ¥10.000–¥20.000 (Rp1,1–2,2 juta)
- Asuransi kesehatan: ¥20.000–¥40.000 (Rp2,2–4,5 juta)
Bayang-Bayang Demonstrasi Anti-Imigran
Pada bulan Agustus 2025, Jepang diguncang demonstrasi besar-besaran di Osaka dan sejumlah kota lain. Aksi ini dipicu oleh misinformasi tentang program JICA Africa Hometown yang disebut-sebut akan menjadikan empat kota di Jepang sebagai “kampung halaman” bagi imigran Afrika.
Padahal, program tersebut hanya ditujukan untuk pertukaran personel dan magang, bukan imigrasi massal. Situasi ini dimanfaatkan partai Sanseito (Japanese First), yang berhasil meraih 15 kursi dalam pemilihan majelis tinggi Juli 2025, untuk mendorong sentimen anti-imigran.
Meski demikian, dampaknya terhadap pekerja Indonesia relatif terbatas. Aksi-aksi tersebut lebih menargetkan isu politik domestik dan persepsi terhadap imigran Afrika. Pemerintah Jepang sendiri tetap berkomitmen pada kebijakan imigrasi yang seimbang untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.
Rekomendasi Bagi Calon Pekerja
Bagi pekerja Indonesia, peluang besar di Jepang datang dengan berbagai tantangan yang tidak bisa diabaikan. Kemampuan bahasa Jepang menjadi syarat mutlak di hampir semua sektor, sehingga penguasaan minimal level N4 JLPT atau A2 JFT-Basic sangat diperlukan.
Selain itu, sertifikasi keterampilan menjadi syarat wajib untuk mengikuti program Specified Skilled Worker (SSW). Tingginya biaya hidup di kota-kota besar juga menuntut perencanaan finansial yang matang, sementara adaptasi budaya perlu diperhatikan untuk menghindari kesalahpahaman dan potensi diskriminasi.
Untuk itu, calon pekerja disarankan agar selalu memanfaatkan jalur resmi, seperti program Tokutei Ginou (SSW) maupun program magang, sehingga lebih terlindungi secara hukum.
Selain itu, bekerja di luar kota besar bisa menjadi pilihan ideal karena biaya hidup relatif lebih rendah. Pemahaman tentang budaya kerja Jepang juga penting, agar pekerja Indonesia lebih mudah berintegrasi dan diterima di lingkungan kerja mereka.
Meski tantangan tersebut nyata, prospek kerja di Jepang tetap sangat cerah. Populasi lansia di negara ini diperkirakan akan mencapai 40% pada tahun 2070, sementara angka kelahiran terus menurun, dengan hanya 758.631 bayi lahir pada 2023, angka terendah sepanjang sejarah. Kondisi ini membuat kebutuhan tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia, dipastikan akan terus meningkat di masa depan.
Bagi Indonesia, peluang ini merupakan kesempatan emas. Selain dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja terampil yang dikirim ke Jepang, kesempatan ini juga memungkinkan terjadinya transfer pengetahuan dan keterampilan ketika mereka kembali ke tanah air. Dengan strategi yang tepat, pekerja Indonesia bukan hanya menjadi solusi bagi Jepang, tetapi juga aset penting untuk pembangunan SDM di Indonesia sendiri.
Tabel Kisaran Gaji
| Sektor | Gaji Bulanan (Yen) | Gaji Bulanan (IDR) | Keterangan |
|---|---|---|---|
| Manufaktur/Pabrik | ¥120.000–¥180.000 | Rp16–24 juta | Belum termasuk lembur |
| Konstruksi | ¥150.000–¥250.000 | Rp20–34 juta | Gaji tinggi, pekerjaan fisik berat |
| Kesehatan (Perawat/Pengasuh) | ¥140.000–¥200.000 | Rp19–27 juta | Perlu bahasa Jepang & sertifikasi |
| Pertanian/Perikanan | ¥1.100/jam | ±Rp115.500/jam | Potensi >Rp29 juta tergantung jam kerja |
| Restoran/Perhotelan | ¥117.000–¥383.000 | Rp11,9–39 juta | Bervariasi sesuai posisi & pengalaman |

Muhammad Imam Hatami
Editor
