BBCA Cetak Laba Rp43,4 T, CASA Rp999 T Jadi Penopang Utama
- BBCA cetak laba bersih Rp43,4 triliun per September 2025, ditopang dana murah (CASA) Rp999 triliun yang jaga likuiditas dan efisiensi biaya dana.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali menunjukkan kinerja yang solid di tengah kondisi ekonomi yang dinamis. Pada rilis kinerja sembilan bulan 2025 hari ini, 20 Oktober 2025, bank swasta terbesar di Indonesia ini mencatatkan laba bersih konsolidasi Rp43,4 triliun, atau tumbuh 5,7% secara tahunan (year-on-year).
Meskipun pertumbuhan labanya terlihat moderat, rahasia sesungguhnya di balik ketahanan BBCA terletak pada fondasi pendanaannya. Perusahaan berhasil mengumpulkan dana murah (CASA) yang nilainya nyaris menembus level psikologis Rp1.000 triliun.
Lantas, sedalam apa harta karun dana murah ini dan bagaimana hal tersebut menopang mesin bisnis perusahaan? Mari kita bedah tuntas.
1. Harta Karun Rp999 Triliun Bernama CASA
Kekuatan utama yang menjadi benteng pertahanan BBCA adalah dana murah atau Current Account Saving Account(CASA). Di saat bank lain berjuang menekan biaya dana, total CASA BBCA justru tumbuh 9,1% secara tahunan hingga mencapai Rp999 triliun per September 2025.
Angka ini sangat signifikan karena porsi CASA kini mencapai 83,8% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) perusahaan. Fondasi dana murah yang sangat tebal inilah yang memberikan BBCA likuiditas yang kuat dan biaya dana (cost of fund) yang sangat efisien.
2. Mesin Kredit yang Tetap Tumbuh Sehat
Likuiditas yang kuat tersebut kemudian disalurkan kembali dalam bentuk ekspansi kredit yang berkualitas. Total penyaluran kredit BBCA tercatat tumbuh 7,6% secara tahunan menjadi Rp944 triliun per September 2025.
- Baca Juga: Loyo, Segini Harga Emas Antam Awal Pekan Ini
Penyaluran kredit korporasi menjadi yang tertinggi dibandingkan segmen lain, tumbuh 10,4% YoY mencapai Rp436,9 triliun. Kredit komersial naik 5,7% YoY menjadi Rp142,9 triliun, dan kredit UKM tumbuh 7,7% YoY menjadi Rp129,3 triliun.
Di segmen konsumer, pertumbuhan kredit mencapai 3,3% YoY menjadi Rp223,6 triliun, didorong oleh kenaikan KPR sebesar 6,4% YoY. "Terjaganya penyaluran kredit BCA di berbagai segmen dan sektor hingga September 2025 mencerminkan komitmen kami mendukung pertumbuhan perekonomian nasional," kata Presiden Direktur BCA, Hendra Lembong, saat konferensi pers pada 20 Oktober 2025.
3. Kualitas Aset yang Tetap Terjaga
Meskipun penyaluran kredit terus tumbuh, manajemen BBCA berhasil menjaga kualitas asetnya dengan sangat baik. Rasio loan at risk (LAR) tercatat membaik ke level 5,5% pada kuartal III 2025, dari sebelumnya 6,1% pada tahun lalu.
Di saat yang sama, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) juga berhasil ditekan dan terkendali di level 2,1%. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit yang dilakukan perusahaan berjalan secara pruden dan tidak sembrono.
4. Inovasi Digital sebagai Lem Penjaga Nasabah
Lalu, bagaimana cara BBCA mengunci dana murah Rp999 triliun tersebut? Jawabannya terletak pada kekuatan ekosistem digitalnya. Pertumbuhan CASA selaras dengan total frekuensi transaksi BCA yang naik 78% dalam tiga tahun terakhir.
Pengembangan aplikasi myBCA terus dilakukan untuk menghadirkan layanan yang optimal bagi nasabah, termasuk ekspansi layanan hingga ke luar negeri. "Terbaru, fitur tersebut kini bisa digunakan di Jepang menggunakan aplikasi myBCA. Kehadiran beragam fitur serta layanan baru adalah wujud komitmen kami untuk terus menghadirkan inovasi," kata Hendra.
5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, rilis kinerja ini adalah sebuah konfirmasi atas fundamental BBCA yang superior. Pertumbuhan laba 5,7% mungkin terlihat moderat, namun harta karun CASA sebesar Rp999 triliun adalah jaminan profitabilitas jangka panjang yang sesungguhnya.
Di tengah era suku bunga yang fluktuatif, kemampuan BBCA untuk mempertahankan biaya dana tetap rendah melalui dominasi CASA adalah keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki oleh bank lain. Ini adalah fondasi yang membuat BBCA tetap menjadi salah satu bank paling profitabel di Indonesia.

Alvin Bagaskara
Editor
