Baby Shark: Bagaimana klip 90 Detik Menghasilkan Bisnis Senilai Rp7 Triliun?
- Baby Shark diyakini berasal dari AS pada tahun 1970-an dan sering dinyanyikan di perkemahan musim panas anak-anak.

Amirudin Zuhri
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID- Ketika Kim Min-seok memberi lampu hijau pada bulan Juni 2016 untuk menerbitkan klip lagu anak-anak berdurasi 90 detik, dia tidak tahu apa yang akan dia luncurkan. Video ini menjadi fenomena global, ditonton lebih dari 16 miliar kali. Ini menjadikannya - video YouTube yang paling banyak ditonton sepanjang masa .
Lagu itu adalah Baby Shark yang sangat menarik. Tidak hanya memikat balita dan meneror orang dewasa di seluruh dunia, tetapi juga meletakkan dasar bagi penciptanya Pinkfong untuk menjadi bisnis media yang bernilai ratusan juta dolar.
"Kami tidak menyangka konten ini akan menonjol dibandingkan konten kami yang lain," ujar Kim, CEO Pinkfong kepada BBC News di kantor pusat perusahaan di Seoul.
"Namun jika kita melihat ke belakang, hal itu menjadi titik balik penting yang membuka jalan bagi perjalanan global kami.”
Pada Selasa 12 November 2025, perjalanan itu membawa Pinkfong ke pasar saham Korea Selatan, di mana sahamnya naik lebih dari 9% saat debut. Ini memberinya valuasi lebih dari US$400 juta atau hampir Rp7 triliun. (Kurs Rp16.720).
Tidak Mengharapkan Gaji
Didirikan pada tahun 2010 sebagai SmartStudy, perusahaan ini membuat konten digital untuk anak-anak hingga usia 12 tahun. Perusahaan itu hanya memiliki tiga karyawan, termasuk Kim dan kepala teknologi perusahaan, Dongwoo Son.
"Kantornya kecil ," kenang Kim. Jumlahnya sangat kecil, "kami bahkan tidak mengharapkan gaji saat itu", katanya.
Pinkfong mengalami beberapa perombakan besar, termasuk mengalihkan fokusnya ke balita.
Perusahaan tersebut berkembang menjadi sekitar 100 karyawan dan memprioritaskan permainan serta konten yang lebih sederhana dan berbasis pembelajaran. "Dan saat itulah Baby Shark muncul," ujar Kim.
Perusahaan ini telah dikenal sebagai Pinkfong sejak tahun 2022. Sebuah nama yang terinspirasi oleh rubah ceria dan ingin tahu yang ditampilkan dalam salah satu kartun awalnya.
Sekarang perusahaan ini memiliki sekitar 340 karyawan, dengan kantor di Tokyo, Shanghai, dan Los Angeles.
Momen Baby Shark
Baby Shark diyakini berasal dari AS pada tahun 1970-an dan sering dinyanyikan di perkemahan musim panas anak-anak. Lagu tersebut mengulang frasa "Baby shark, doo, doo, doo, doo, doo, doo" "menarik bagi anak-anak, meskipun mungkin mengganggu bagi orang dewasa," kata analis media Kevin Chew dari Universitas Teknologi Nanyang.
Kim juga sangat menyadari betapa menariknya hal itu. "Seperti lagu K-pop. Sangat cepat, berirama, dan adiktif," ujarnya, seraya menambahkan bahwa lagu tersebut memiliki efek "bernyanyi", yang memudahkan anak-anak mengingatnya.
Namun, lagu ini langsung menjadi hit dan baru mendapat perhatian ketika tariannya ditampilkan di acara anak-anak di Asia Tenggara.
Video anak-anak dan orang dewasa menari mengikuti lagu tersebut mulai tersebar daring dan klipnya menjadi viral.
Ada "perasaan seperti festival di kantor Pinkfong, saat tim menyaksikan jumlah penontonnya melonjak,” kata Kim.
Pada bulan November 2020, klip Baby Shark mengklaim gelar sebagai klip yang paling banyak ditonton di YouTube.
Hal itu menghasilkan sekitar setengah dari pendapatan perusahaan pada tahun-tahun setelah video tersebut dirilis dan menjadi batu loncatan untuk konten dan barang dagangan baru.
Namun Pinkfong menghadapi tantangan hukum pada tahun 2019 ketika dituduh menjiplak karya seorang komposer Amerika .
Mahkamah Agung Korea Selatan menolak kasus tersebut, setelah perusahaan tersebut berpendapat bahwa versinya berasal dari lagu rakyat yang berada dalam domain publik.
Kemenangan itu, kata Kim, memberikan dorongan bagi perusahaannya saat sahamnya go public.
Keajaiban Satu Hit?
Waralaba Pinkfong lainnya seperti Bebefinn dan Sealook tumbuh cepat tetapi perusahaan harus membuktikan keberhasilannya tidak hanya bergantung pada Baby Shark, kata dosen bisnis Universitas Korea Min Jung Kim.
“Target audiens perusahaan merupakan nilai tambah yang besar karena balita cenderung menonton materi yang sama berulang-ulang,” katanya.
Kim Min-seok yakin bisnisnya dapat berkembang melampaui Baby Shark yang saat ini menyumbang sekitar seperempat pendapatan Pinkfong. Sementara itu, Bebefinn telah melonjak pesat, menghasilkan sekitar 40% dari pendapatan perusahaan.
“Apakah Pinkfong dapat menciptakan karakter lain yang menyamai daya tarik komersial Baby Shark masih belum jelas,” kata Prof Kim.
Perusahaan itu meraup hampir US$52 juta dalam debut pasar sahamnya dan Kim mengatakan berencana menggunakan uang itu untuk memperluas jajaran film dan karakternya..
Perusahaan ini juga bertujuan untuk menjadi pembuat konten yang "berbasis teknologi", menggunakan pola penayangan dan data lainnya untuk membentuk proyek barunya.
“Pinkfong telah mencapai apa yang selalu diimpikan oleh banyak kreator," kata Kim. Namun kini, ia harus menunjukkan kepada para investor bahwa ia bukan sekadar keajaiban satu-hit.

Amirudin Zuhri
Editor
