Tren Pasar

Babak Baru Bank Digital: IPO Superbank Diproyeksi Lampaui ARTO dan BBYB

  • Superbank dikabarkan akan IPO jumbo senilai Rp5,36 triliun, jauh melampaui ARTO dan BBYB. Jika terwujud, IPO ini akan menjadi salah satu IPO bank digital terbesar di Indonesia.
189298423p.jpg
Superbank mengumumkan bahwa mereka telah menerima tambahan investasi sebesar Rp1,2 triliun dari para pemegang saham utamanya, yaitu Grab, Singtel, dan KakaoBank, Rabu, 3 Juli 2024. (dok. Superbank)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Pasar bank digital Indonesia bersiap memasuki babak baru. Setelah gelombang awal IPO bank digital skala ratusan miliar, kini perhatian investor tertuju pada PT Super Bank Indonesia (Superbank) yang digadang-gadang akan memecahkan rekor pendanaan.

Bank digital ini disebut sedang menyiapkan penawaran umum perdana (IPO) dengan nilai fantastis. Dokumen yang beredar mengindikasikan target dana hingga triliunan rupiah, jauh melampaui para seniornya seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO) atau PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).

Skala pendanaan bank digital yang IPO sebelumnya memang jauh berbeda. Bank Jago (ARTO) IPO pada 2016 dengan target dana Rp31,84 miliar. Bank Neo Commerce (BBYB) dan Allo Bank (BBHI) pada 2015 menargetkan Rp34,50 miliar dan Rp100 miliar.

Bank Aladin (BANK) menjadi yang terbesar saat itu dengan target Rp515 miliar pada 2021. Sementara Krom Bank (BBSI) dan Bank Amar (AMAR) masing-masing menghimpun Rp187 miliar dan Rp209,8 miliar pada 2020.

1. Proyeksi IPO Jumbo Superbank

Rencana IPO Superbank diperkirakan akan jauh melampaui angka-angka tersebut. Bank yang didukung konsorsium Emtek, Grab, Singtel, dan KakaoBank ini dikabarkan sedang menyiapkan IPO jumbo yang nilainya mencapai Rp5,36 triliun.

Berdasarkan bocoran dokumen prospektus awal, Superbank disebut akan melepas sekitar 5,2 miliar saham ke publik. Jumlah ini setara dengan 15% dari modal disetor, dengan rentang harga penawaran di Rp500 hingga Rp1.030 per saham.

2. Masuk Kategori IPO 'Lighthouse' BEI

Dengan potensi pendanaan triliunan rupiah, Superbank bukan hanya akan menjadi IPO bank digital terbesar. Perusahaan ini juga akan masuk dalam kategori lighthouse (mercusuar) yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, sebelumnya mengonfirmasi adanya pipeline IPO lighthousedari sektor finansial. "Ada tiga lighthouse. Satu finance, yang kemudian kedua infrastruktur. Satu lagi mining,” kata Nyoman, Kamis, 6 November 2025.

3. Respons Resmi Superbank: Bungkam

Meski dokumen IPO telah beredar luas, Superbank hingga kini memilih bungkam. Manajemen menyatakan tidak akan memberikan komentar atas rumor atau spekulasi yang sedang terjadi di pasar mengenai rencana aksi korporasi tersebut.

“Superbank tidak memberikan komentar atas rumor atau spekulasi pasar. Fokus kami adalah menjaga kinerja yang kuat melalui solusi keuangan inovatif," ujar Juru Bicara Superbank dalam keterangan resmi, Jumat, 7 November 2025.

4. Dorongan OJK dan Prospek IPO Bank

Rencana IPO bank-bank digital ini sejalan dengan dorongan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Regulator memang mendorong lebih banyak bank untuk go public demi meningkatkan transparansi, tata kelola, dan daya saing industri.

Kepala Eksekutif OJK, Inarno Djajadi, pada Mei 2025 lalu menilai prospek IPO perbankan masih terbuka lebar. "Hal ini seiring dengan kebutuhan bank untuk memperkuat struktur permodalan untuk mendukung ekspansi usaha [dan] digitalisasi layanan," tutur Inarno.

Selain Superbank, bank lain yang dinantikan adalah Bank Jakarta (sebelumnya Bank DKI). Bank BUMD ini menyatakan bersiap melantai di BEI pada awal 2026. Direktur Utama Bank Jakarta, Agus H. Widodo, menyebut pihaknya membidik dana sekitar Rp3 triliun dari IPO.