Tren Pasar

Asing Jual BBCA, BMRI, BBNI: Analis Tetap Yakin Prospek Perbankan Solid

  • Pasar saham RI anomali: asing jual BBCA-BMRI-BBNI, komoditas diborong. Analis yakin sektor bank solid didukung likuiditas dan prospek global.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 4.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Pasar saham Indonesia sepekan terakhir menyajikan sebuah anomali yang sangat menarik. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat, data transaksi justru menunjukkan adanya perang dingin atau rotasi sektor yang sangat kontras dari para investor asing.

Di satu sisi, saham-saham perbankan raksasa yang selama ini menjadi pilar utama pasar justru dibuang besar-besaran. Namun di saat yang sama, para analis domestik justru dengan yakin menyatakan bahwa prospek sektor ini masih sangat solid, didukung oleh serangkaian sentimen positif.

Fenomena ini tentu memicu pertanyaan besar: kenapa di saat asing ramai-ramai keluar, para analis justru merekomendasikan beli? Lantas, siapa yang sebenarnya benar dalam perbedaan pandangan ini? Mari kita bedah tuntas.

1. Korban Utama: Trio Bank Raksasa Kompak Dibuang

Korban utama dari aksi jual asing pekan lalu adalah saham-saham perbankan big caps. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi yang paling banyak dilepas dengan nilai jual bersih (net sell) fantastis mencapai Rp3,9 triliun.

Tidak hanya BBCA, dua bank BUMN besar lainnya juga ikut dibuang. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan net sell sebesar Rp2,3 triliun, sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga dilepas senilai Rp311,8 miliar.

Aksi jual serempak di sektor perbankan ini menjadi pemberat utama yang menekan IHSG. Ini adalah sinyal bahwa investor global untuk sementara waktu sedang mengurangi porsi mereka di sektor yang selama ini menjadi pilar utama pasar.

2. Anak Emas Baru: Pesta di Saham Tambang & Sawit

Di saat saham perbankan sedang berdarah-darah, pesta pora justru terjadi di sektor sumber daya alam. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menjadi anak emas utama dengan aksi borong asing terbesar mencapai Rp324 miliar.

Di belakangnya, ada PT Astra International Tbk (ASII) yang juga diserok asing senilai Rp198,3 miliar dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar Rp143,6 miliar. Tidak ketinggalan, PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) juga ikut diakumulasi.

Sentimen positif juga menular ke saham perkebunan. Duo emiten sawit, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), juga ikut masuk dalam daftar 10 saham yang paling banyak diborong oleh investor asing.

3. Senjata Rahasia Analis: Kenapa Masih Optimistis?

Lalu, apa yang menjadi senjata rahasia atau dasar optimisme para analis di tengah gempuran dana asing? Jawabannya terletak pada dua faktor utama yang dinilai jauh lebih penting daripada sentimen jangka pendek.

Pertama, sentimen positif dari global. Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Hari Rachmansyah, menyatakan bahwa ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed berpeluang mendorong arus modal asing kembali masuk ke emerging market.

Kedua, stimulus jumbo dari dalam negeri. Pasar kini mencermati kebijakan Kementerian Keuangan yang akan menempatkan dana Rp200 triliun di bank-bank BUMN. Tambahan likuiditas inilah yang diyakini akan menjadi katalis positif bagi sektor perbankan.

4. Skuad Saham Pilihan Analis

Dengan mempertimbangkan semua faktor ini,  IPOT merekomendasikan strategi yang seimbang. Untuk sektor perbankan, IPOT merekomendasikan akumulasi beli untuk saham BBTN dengan target harga Rp1.545.

Untuk menunggangi gelombang tsunami emas, saham MDKA juga dinilai menarik dengan target harga mencapai Rp2.910. Selain itu, saham BSDE dari sektor properti juga diperkirakan akan mendapat sentimen positif dari potensi peningkatan kredit perumahan.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, fenomena ini menunjukkan adanya pertarungan antara sentimen jangka pendek (aksi jual asing) dengan prospek fundamental jangka menengah (stimulus pemerintah & penurunan suku bunga). Analis tampaknya lebih bertaruh pada skenario kedua.

Meskipun pasar sempat anjlok akibat reshuffle kabinet, rebound di akhir pekan menunjukkan kekuatan fundamental yang menopangnya. IPOT bahkan memperkirakan IHSG berpotensi untuk kembali menguji level resistance di 8.000 dalam waktu dekat.