Tren Global

Apa itu Cloudflare? Penyebab X hingga ChatGPT Down di Seluruh Dunia

  • Pada Selasa, 18 November 2025, terjadi pemadaman besar-besaran layanan internet di seluruh dunia membuat Cloudflare mendapat perhatian luas, karena menyebabkan platform besar, seperti X, ChatGPT, hingga Canva, mengalami gangguan.
Ilustrasi gangguan Cloudflare.
Ilustrasi gangguan Cloudflare. (Ukraine/Getty Images)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Sebuah pemadaman besar-besaran layanan internet di seluruh dunia membuat Cloudflare, salah satu perusahaan paling berpengaruh namun kurang dikenal dalam infrastruktur internet mendapat perhatian luas.

Kini, sebuah perusahaan infrastruktur web menyatakan layanannya telah sepenuhnya pulih setelah sebuah bug laten menyebabkan platform besar, seperti X, ChatGPT, dan Canva, mengalami gangguan.

Cloudflare mengatakan telah memulai penyelidikan terhadap pemadaman tersebut dan telah menerapkan perbaikan. “Kami terus memantau kemungkinan kesalahan untuk memastikan semua layanan kembali normal,” kata perusahaan asal AS tersebut.

Apa itu Cloudflare?

Cloudflare adalah sebuah jaringan pengiriman konten yang berbasis di San Francisco. Selain menangani sekitar seperlima dari lalu lintas web global, Cloudflare juga terhubung dengan sepertiga situs web teratas di dunia, termasuk mendukung peritel seperti Shopify, penyedia AI seperti OpenAI dan Anthropic, serta berbagai aplikasi smartphone dan layanan streaming.

Melansir dari abc.net.au, secara sederhana, Cloudflare bekerja di balik layar untuk membuat internet lebih cepat dan aman dengan melindungi platform dari lonjakan lalu lintas dan serangan siber. Meski kebanyakan orang membayangkan adanya jalur langsung antara perangkat digital mereka dan situs web, perusahaan seperti Cloudflare sebenarnya berada di tengah jalur tersebut.

Menurut ahli keamanan siber Mike Chapple, hal ini berarti ketika terjadi masalah, hal tersebut dapat memicu kebuntuan digital besar-besaran bagi pengguna internet.

“Ketika Anda mengakses situs web yang dilindungi Cloudflare, komputer Anda tidak terhubung langsung ke situs itu,” ujarnya.

“Sebaliknya, komputer Anda terhubung ke server Cloudflare terdekat, yang mungkin sangat dekat dengan lokasi Anda. Cara ini melindungi situs dari lonjakan lalu lintas dan sekaligus memberikan respons yang lebih cepat bagi pengguna,” sambungnya.

Dilansir dari The Guardian, Cloudflare adalah perusahaan layanan cloud dan keamanan siber berskala global. Perusahaan ini menyediakan pusat data, keamanan untuk situs web dan email, perlindungan terhadap kehilangan data, serta pertahanan dari ancaman siber, dan layanan lainnya.

Cloudflare menggambarkan dirinya sebagai sistem kekebalan untuk internet, dengan teknologi yang berada di antara kliennya dan dunia luas untuk memblokir miliaran ancaman siber setiap harinya. Selain itu, perusahaan ini memanfaatkan infrastruktur globalnya untuk mempercepat lalu lintas internet.

Cloudflare menghasilkan lebih dari US$500 juta setiap kuartal dari hampir 300.000 pelanggan yang beroperasi di 125 negara, termasuk China.

Mengapa Cloudflare Penting?

Cloudflare adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang membentuk komponen penting dari sistem saraf internet. Oleh karena itu, ketika layanan mereka mengalami gangguan, banyak situs web bisa menjadi tidak dapat diakses, yang berdampak pada jutaan orang dan perusahaan.

Platform seperti ChatGPT dan media sosial X milik Elon Musk termasuk di antara situs yang tampak terdampak oleh pemadaman pada hari Selasa, 18 November 2025. Menurut salah satu perkiraan, Cloudflare menyediakan layanan untuk satu dari lima situs web di seluruh dunia.

Siapa Saja yang Terdampak oleh Gangguan Ini?

Pengguna dari beberapa situs web dengan lalu lintas tinggi melaporkan bahwa situs-situs tersebut tidak bisa diakses bersamaan dengan gangguan Cloudflare, seperti permainan multiplayer League of Legends, YouTube dan Google, Canva, X, Grindr, Shopify, Dropbox hingga ChatGPT.

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Gangguan Cloudflare tentang Kondisi Internet?

Dengan sebagian besar ekonomi dunia bergantung pada internet, mulai dari perbankan hingga e-commerce, beberapa ahli ketahanan siber memperingatkan bahwa infrastruktur internet kini terlalu tergantung pada beberapa perusahaan besar, sehingga menciptakan rantai ketergantungan.

Masalah yang terjadi pada Cloudflare datang kurang dari sebulan setelah gangguan pada penyedia layanan cloud lainnya, yaitu AWS milik Amazon dan Azure milik Microsoft. Bersama dengan Google Cloud, ketiga penyedia ini menguasai sekitar dua pertiga infrastruktur yang menopang dunia digital. Para ahli menilai hal ini menunjukkan perlunya keberagaman yang lebih besar dalam penyediaan layanan internet.

Adapun, menurut ahli keamanan siber dari University of Surrey, Alan Woodward, insiden terbaru ini menunjukkan betapa tergantungnya layanan internet sangat penting pada sejumlah kecil pemain besar.

“Ia ibarat pedang bermata dua, karena penyedia layanan ini memang harus besar agar mampu memberikan skala dan jangkauan global yang dibutuhkan oleh merek-merek besar,” ujarnya. “Tapi ketika mereka mengalami gangguan, dampaknya bisa sangat signifikan.”

Niusha Shafiabady, seorang pakar kecerdasan komputasi dari Australian Catholic University, mengatakan bahwa lebih banyak langkah bisa diambil untuk mencegah kegagalan Cloudflare di masa depan. “Ini adalah panggilan untuk bangun,” ujarnya.

“Kita membutuhkan transparansi, jalur cadangan, dan pengaturan multi-penyedia agar gangguan satu perusahaan tidak bisa memadamkan seluruh internet.”

Menurut analis Emarketer, Jacob Bourne, kejadian ini merupakan bagian dari tren penyedia infrastruktur yang mengalami pemadaman dan menyebabkan gangguan luas di internet

Layanan cloud Amazon dan Microsoft juga mengalami gangguan bulan lalu. “Kita melihat pemadaman terjadi lebih sering, dan membutuhkan waktu lebih lama untuk diperbaiki,” kata Bourne.

“Ini merupakan gejala dari infrastruktur yang tertekan, meningkatnya beban AI, permintaan streaming, dan kapasitas yang menua mendorong sistem melampaui batasnya.”