Industri

Anthoni Salim Reorganisasi Aset dan Bisnis Pabrik Gula di Brasil Rp638 Miliar

  • Perusahaan milik konglomerat Anthoni Salim yang listing di Singapura, Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri), melakukan reorganisasi aset dan lini bisnis pabrik gula di Brasil dengan nilai Rp638 miliar.

Sukirno

Sukirno

Author

<p>Ilsutrasi perkebunan tebu di Brasil / Shutterstock</p>

Ilsutrasi perkebunan tebu di Brasil / Shutterstock

(Istimewa)

JAKARTA – Perusahaan milik konglomerat Anthoni Salim yang listing di Singapura, Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri), melakukan reorganisasi aset dan lini bisnis pabrik gula di Brasil dengan nilai Rp638 miliar.

Chief Executive Officer dan Direktur Eksekutif IndoAgri, Mark Julian Wakeford, mengatakan anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) itu bersiap melakukan reorganisasi dan penggabungan aset-aset serta operasi bisnis gula di Brasil.

“Alasan dilakukannya rencana reorganisasi adalah untuk mengonsolidasikan aset dan operasional kegiatan usaha gula di Brasil ke dalam satu struktur badan hukum,” katanya dalam keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, 2 Oktober 2020.

Aksi Grup Salim ini bertujuan untuk persiapan ekspansi di masa mendatang dengan struktur perusahaan yang lebih efisien. Saat ini, IndoAgri memiliki dua anak usaha hasil joint venture, yakni Companhia Mineira de Açúcar e Álcool Participações (CMAA) and Canápolis Holding SA.

Saham CMAA dikuasai oleh IndoAgri Brazil, Apia SP Participações SA, dan JFLIM Participações S/A. Kemudian, CMAA mengendalikan dua anak usaha, yakni Vale do Tijuco Açúcar e Álcool SA (UVT) dan Vale do Pontal Açúcar e Etanol Ltda (UVP).

Indofood Tower di kawasan Sudirman Jakarta milik konglomerat Anthoni Salim / Agoda.com

Tukar Guling Tanah dan Pabrik

Secara umum, UVT dan UVP memiliki bisnis budidaya dan pengolahan tebu untuk bahan produksi etanol dan gula. Saat ini, UVT dan UVP masing-masing mengoperasikan satu pabrik di Minas Gerais, Brasil.

Pabrik tersebut memiliki kapasitas penggilingan tebu masing-masing 4,5 juta ton dan 2,5 juta ton per tahun. Selain itu, UVT dan UVP juga punya masing-masing 2.481 hektare (Ha) dan 1.012 Ha lahan perkebunan hak milik.

Sementara itu, Canapolis Holding mengendalikan dua anak perusahaan, yakni Canápolis Açúcar e Etanol SA (UCP) dan Terra Forte Empreendimentos e Participações SA (Terra Forte). UCP memiliki pabrik gula di Minas Gerais, Brasil dengan kapasitas penggilingan tebu 1,8 juta ton per tahun, sedangkan Terra Forte menguasai 5.881 Ha lahan perkebunan hak milik.

Dengan demikian, CMAA dan Canapolis memiliki total gabungan kapasitas pabrik penggilingan tebu sebesar 8,8 juta ton per tahun, serta menguasai 9.374 Ha lahan perkebunan. Pabrik-pabrik di Minas Gerais membentuk klaster yang kuat, sehingga memungkinkan terjadinya sinergi operasi dan manajemen.

Pada bagian lain, Rio Grande Investment Pte Ltd, yang juga bagian dari Grup Salim bersama JF Family, memiliki perusahaan patungan bernama Livakovic Participações SA (Sugarcane Newco). Perusahaan tersebut menguasai 5.984 Ha lahan tebu yang ditanam di lahan pihak ketiga. Perkebunan ini berjarak sekitar 20 kilometer (km) dari pabrik milik UVT.

Sugarcane Newco sebelumnya telah mengadakan perjanjian bersama CMAA untuk memasok tebu ke UVT dengan sejumlah persyaratan komersial.

Pemilik Grup Indofood, Anthoni Salim. / Nikkei
Penggabungan Aset

Mark Julian menjelaskan, transaksi akan dimulai saat JF Family dan Rio Grande mentransfer saham Sugarcane Newco ke CMAA. Sebagai konsekuensinya, CMAA akan menerbitkan saham baru yang diserap oleh JF Family dan Rio Grande. Nilai transaksi pengalihan ini sebesar US$12,3 juta.

“Sebagai bagian dari proses restrukturisasi, JFLIM akan digabungkan dengan CMAA. Sehingga, pemegang saham JFLIM akan menguasai saham CMAA secara langsung. Sebagai tambahan Sugarcane Newco akan bergabung dengan UVT,” jelasnya.

Proses berikutnya, kata Mark, juga dilakukan pada Canapolis yang digabungkan dengan CMAA. Sebagai konsekuensinya, CMAA akan menerbitkan saham baru kepada pemegang saham Canapolis. Nilai transaksi ini sekitar US$73,4 juta.

Pada akhirnya, saham CMAA akan dikendalikan oleh JF Family sebanyak 50%, IndoAgri Brasil 36,21%, dan Rio Grande 13,79%.

Lebih lanjut, sebagai upaya pemisahan operasi pabrik tebu dari kepemilikan tanah oleh CMAA, maka yang dilakukan adalah mentransfer tanah milik UVT dan UVP ke CMAA sebesar nilai buku.

Tahap berikutnya, tanah hak milik tersebut akan ditransfer oleh CMAA ke Terra Forte. Sebagai konsekuensinya, Terra Forte akan menerbitkan saham baru untuk CMAA.

Transaksi ini tak berhenti sampai di situ. Sebab, JF Family, Indo Agri Brazil, dan Rio Grande kemudian membentuk perusahaan baru bernama Real Estate Newco. Pada tahap terakhir, CMAA akan mengalihkan semua saham Terra Forte ke Real Estate Newco.

Gurita Bisnis IndoAgri milik konglomerat Anthoni Salim / Indofoodagri.com
Target Akhir 2020

IndoAgri menargetkan reorganisasi ini bisa tuntas sebelum 31 Desember 2020. Transaksi tergantung pada persetujuan dewan direksi dan komisaris para perusahaan yang terlibat.

Selain itu, perseroan perlu memenuhi hak kreditur, khususnya pada transaksi kepemilikan hak tanah milik UVT dan UVP ke CMAA, yang selanjutnya ke Real Estate Newco.

Manajemen menilai, latar belakang transaksi konsolidasi aset gula dan operasi menjadi di bawah satu badan hukum, yakni CMAA, adalah sebagai persiapan ekspansi ke depan. Nantinya, perseroan berharap memiliki akses lebih besar perihal pendanaan ekspansi karena didukung oleh hak milik tanah sebagai jaminan.

“Reorganisasi akan meningkatkan posisi CMAA sebagai pemilik tanaman tebu, sehingga mengurangi risiko pemasok potensial dan membuat CMAA bisa mengambil alih saham Sugarcane Newco tanpa mengeluarkan dana tunai,” jelas manajemen.

Anthoni Salim yang merupakan penerus Grup Salim dari mendiang Sudono Salim (Liem Sioe Liong) adalah konglomerat terkaya ke-6 di Indonesia versi majalah Forbes 2019. Pria berumur 71 tahun itu ditaksir memiliki kekayaan mencapai US$5,5 miliar setara Rp88 triliun.

Pundi-pundi kekayaannya bersumber dari perusahaan pembuat mi instan terbesar dunia Indofood, perbankan, hingga telekomunikasi, dan gurita bisnis lainnya di dalam serta luar negeri. (SKO)