Anomali Saham BBNI: Kinerja Paling Resilien, Valuasi Justru Paling Murah?
- Saham BBNI naik 6,32% ke Rp4.040 di tengah tekanan sektor perbankan. Dengan valuasi murah dan dividend yield 9,4%, BBNI dinilai paling menarik di antara bank BUMN.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menunjukkan ketangguhan di tengah tekanan pasar yang melanda sektor perbankan. Dengan kinerja solid dan fundamental yang kuat, saham bank pelat merah ini dinilai berpotensi memimpin reli sektor perbankan saat sentimen pasar berbalik positif.
Pada perdagangan Senin, 20 Oktober 2025, saham BBNI menjadi salah satu yang mencatatkan penguatan signifikan. Saham BBNI ditutup menguat 6,32% ke level Rp4.040, menunjukkan adanya sinyal pembalikan arah setelah mengalami tekanan dalam beberapa waktu terakhir.
Di balik momentum ini, analis melihat adanya anomali valuasi yang menarik. Kinerja BBNI yang lebih tahan banting dibanding bank BUMN lainnya, ternyata diperdagangkan dengan harga yang paling terdiskon. Berikut adalah bedah tuntas prospek saham BBNI.
1. Kinerja Paling Tahan Banting
Kinerja keuangan BBNI hingga Agustus 2025 dinilai paling resilien di antara bank BUMN besar lainnya. Perusahaan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp13,4 triliun. Angka ini hanya turun tipis 5,7% secara tahunan (yoy), sebuah koreksi yang lebih baik.
Sebagai perbandingan, bank BUMN besar lainnya (BMRI dan BBRI) justru mencatatkan penurunan laba yang lebih dalam, di kisaran 8% hingga 10% pada periode yang sama. Pertumbuhan kredit BBNI juga tetap terjaga di kisaran 8% dengan rasio NPL rendah di 1,95%.
2. Diskon Valuasi: Di Bawah Harga Buku
Anomali terbesar terletak pada valuasinya. Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Erni Marsella Siahaan, menyoroti bahwa saham BBNI kini diperdagangkan pada level PBV 0,92x. Angka ini berada di bawah rata-rata industri 1x, yang berarti harganya lebih murah dari nilai bukunya.
Rasio P/E BBNI juga hanya 5,5x dengan proyeksi pertumbuhan laba 14%, menghasilkan rasio PEG 0,4x. Angka ini menunjukkan harga sahamnya masih jauh lebih murah dibandingkan potensi kinerjanya. “Valuasi yang terlalu rendah menawarkan potensi kenaikan ketika sentimen pasar membaik,” jelasnya (21/10/2025).
3. Magnet Dividen Tertinggi di Sektornya
Selain valuasi yang murah, BBNI menawarkan 'magnet' lain bagi investor jangka panjang. Dividend yield atau imbal hasil dividen BBNI saat ini mencapai 9,42%. Angka ini merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan bank-bank besar lainnya di dalam negeri.
Tingginya dividend yield ini menjadi bantalan risiko yang solid bagi investor. Ini memberikan potensi keuntungan pasti di tengah ketidakpastian pergerakan harga saham, menjadikannya pilihan menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif sekaligus pertumbuhan modal.
4. Target Harga Fantastis: Potensi Naik 150%
Kombinasi antara kinerja paling resilien, valuasi terdiskon, dan dividend yield tertinggi, membuat analis optimistis. Ciptadana Sekuritas menilai, jika pasar mulai menilai saham BBNI berdasarkan prospek pertumbuhannya, harga wajarnya bisa mencapai Rp9.500 hingga Rp10.000 per saham.
Target harga tersebut menyiratkan adanya potensi kenaikan hingga 150% dari harga saat ini. Proyeksi ini didukung oleh fundamental yang kuat, manajemen risiko yang disiplin, dan membaiknya likuiditas pasca suntikan dana pemerintah sebesar Rp55 triliun.
5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, fenomena ini menunjukkan bahwa pasar kemungkinan telah 'menghukum' semua saham bank BUMN secara merata, tanpa membedakan kinerjanya. BBNI, yang terbukti paling tahan banting, kini berada di posisi undervalued yang signifikan.
Analis Ciptadana menilai BBNI sebagai salah satu pilihan paling defensif di sektor perbankan Indonesia. “BBNI tetap menjadi salah satu bank dengan fundamental paling resilien dan valuasi paling menarik di sektor perbankan Indonesia,” tegas riset tersebut.

Alvin Bagaskara
Editor
