Tren Pasar

Alarm Merah ANTM: Produksi Emas Anjlok 50 Persen, Analis Ungkap Masalah Pasokan Freeport

  • Analis prediksi penjualan emas ANTM bisa turun 61% akibat masalah pasokan Freeport. Tapi manajemen ANTM justru fokus eksplorasi. Siapa yang benar?
<p>Nampak antrian pembelian logam mulia ANTAM di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Tangerang Selatan, Sabtu 19 Juni 2021. Anjloknya harga emas selama sepekan membuat masyarakat berlomba untuk membeli. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia</p>

Nampak antrian pembelian logam mulia ANTAM di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Tangerang Selatan, Sabtu 19 Juni 2021. Anjloknya harga emas selama sepekan membuat masyarakat berlomba untuk membeli. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Alarm merah berbunyi di laporan operasional PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) alias Antam. Laporan produksi terbaru perusahaan menunjukkan adanya krisis pasokan emas yang serius, yang mengakibatkan total produksi emas perusahaan anjlok 50,3% pada kuartal III-2025.

Pelemahan yang sangat signifikan ini berdampak langsung pada total produksi sepanjang sembilan bulan 2025 (9M25) yang tertekan 20,9% menjadi hanya 590 kg. Analis dari Indo Premier Sekuritas menilai, masalah pasokan ini akan terus menghantui kinerja Antam hingga akhir tahun.

Di sisi lain, manajemen Antam justru merespons dengan optimisme dan fokus pada rencana eksplorasi jangka panjang. Lantas, seberapa parah krisis pasokan ini dan apa yang sebenarnya terjadi di balik layar?

1. Rapor Merah Kinerja Produksi

Data terbaru yang dipublikasi Antam pada Senin, 27 Oktober 2025, tidak bisa ditutupi. Produksi emas pada periode Juli–September 2025 tercatat hanya 151 kg (4.855 troy ons). Angka ini terjun bebas jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mampu mencapai 304 kg (9.774 troy ons).

Penurunan drastis pada kuartal ketiga ini menyeret total produksi emas Antam sepanjang sembilan bulan 2025 menjadi hanya 590 kg. Angka ini turun 20,9% dari 746 kg pada periode yang sama tahun 2024, mengonfirmasi adanya masalah struktural yang sedang dihadapi.

2. Penyebab Utama Menurut Analis: Krisis Pasokan dari Freeport

Analis Indo Premier Sekuritas, Ryan Winipta dan Reggie Parenkuan, dalam risetnya mengungkap penyebab utama dari anjloknya kinerja ini. Menurut mereka, Antam mulai mengalami permasalahan pasokan emas sejak Juli 2025.

Mereka memproyeksikan skenario yang mengkhawatirkan. Tingkat penjualan emas bulanan Antam bisa turun 34% hingga 61% pada paruh kedua tahun ini. Dari yang semula 4,9 ton per bulan di semester pertama, kini berpotensi susut menjadi hanya 1,9–3,2 ton per bulan.

3. Masalah di Balik Layar: Smelter Baru Freeport Belum Siap

Masalah ini menjadi pelik karena ketergantungan Antam pada pasokan domestik, khususnya dari PT Freeport Indonesia (PTFI). Meskipun Antam memiliki kerja sama pembelian emas dengan PTFI, ada satu kendala besar yang menghambat.

Temuan analis Indo Premier menunjukkan bahwa smelter baru Freeport di JIIPE diperkirakan baru akan selesai pada akhir 2025. Ini berarti, tambahan pasokan untuk sisa tahun ini tidak akan datang dari smelter baru tersebut.

Para analis menyimpulkan bahwa tambahan pasokan untuk sisa tahun ini kemungkinan besar hanya akan berasal dari fasilitas PT Smelting milik Freeport yang sudah ada, yang kapasitasnya tentu saja lebih terbatas.

4. Respons Manajemen Antam: Fokus Eksplorasi dan Optimistis

Menghadapi data ini, Corporate Secretary Division Head Antam, Syarif Faisal Alkadri, buka suara. Namun, jawabannya lebih fokus pada strategi jangka panjang, bukan solusi krisis pasokan jangka pendek.

Faisal menjelaskan bahwa Antam terus melakukan kegiatan eksplorasi pada komoditas emas di Pongkor, serta nikel dan bauksit. Ia juga mengonfirmasi kerja sama pembelian emas dengan PTFI adalah komitmen untuk memperkuat sourcingdomestik dan mengurangi impor.

Faisal menandaskan bahwa meskipun Antam menyadari adanya dinamika dan fluktuasi pasar yang menantang, perusahaan tetap optimistis dapat menjaga momentum pertumbuhan melalui penerapan strategi diversifikasi yang adaptif.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, ini adalah pertarungan antara realita jangka pendek melawan optimisme jangka panjang. Di satu sisi, data produksi kuartal III-2025 dan analisis Indo Premier menunjukkan adanya risiko penurunan laba yang signifikan di semester kedua 2025 akibat krisis pasokan.

Di sisi lain, manajemen Antam menyajikan visi jangka panjang melalui eksplorasi dan diversifikasi. Investor kini harus menimbang: apakah prospek jangka panjang ini cukup kuat untuk menutupi risiko pelemahan kinerja jangka pendek yang sedang terjadi?