Aktivitas Ekonomi Membaik, Uang Beredar dan Transaksi Digital Melesat
JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) menyebut transaksi sistem pembayaran tunai maupun nontunai menunjukkan peningkatan. Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi yang disertai dengan digitalisasi ekonomi dan keuangan. Berdasarkan data BI, Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) pada November 2020 mencapai Rp804,9 triliun, tumbuh 12,3% (yoy). “Penggunaan uang kartal oleh masyarakat meningkat, seiring dengan membaiknya aktivitas […]

Aprilia Ciptaning
Author


Warga mengakses salah satu platform e-commerce untuk berbelanja secara daring melalui gawai dalam rangka Hari Belanja Online Nasional atau ‘Harbolnas 11.11’ di Tangerang, Banten, Rabu, 11 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
(Istimewa)JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) menyebut transaksi sistem pembayaran tunai maupun nontunai menunjukkan peningkatan. Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi yang disertai dengan digitalisasi ekonomi dan keuangan.
Berdasarkan data BI, Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) pada November 2020 mencapai Rp804,9 triliun, tumbuh 12,3% (yoy).
“Penggunaan uang kartal oleh masyarakat meningkat, seiring dengan membaiknya aktivitas ekonomi,” kata Perry dalam keterangan tertulis yang dikutip TrenAsia.com, Jumat, 18 Desember 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Begitu pula transaksi pembayaran yang menggunakan ATM, kartu debit, dan kartu kredit. Perbaikan ditunjukan dengan lebih rendahnya kontraksi dibandingkan Oktober 2020. Per November 2020, transaksi ini tumbuh sebesar 1,93% yoy.
Penguatan ini, kata Perry, ditunjang oleh transaksi digital yang tetap tumbuh, sejalan dengan penggunaan platform dan instrumen digital di masa pandemi. Menurutnya, preferensi dan akseptasi masyarakat akan transaksi digital semakin kuat.
Ini dapat dilihat melalui nilai transaksi Uang Elektronik (UE) pada November 2020 yang terus tumbuh 20,27% yoy. Demikian pula dengan volume dan nilai transaksi digital banking yang pada Oktober 2020 sebesar 29,98% yoy dan 2,11% yoy.
Perry pun memperkirakan, tren digitalisasi akan berlanjut didukung dengan integrasi ekosistem financial technology (fintech).
Ke depan, kata dia, kebijakan sistem pembayaran diarahkan kepada penguatan momentum pemulihan ekonomi nasional.
Percepat Digitalisasi
Seperti diketahui, (BI) tengah berupaya mempercepat digitalisasi sistem pembayaran sebagai implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025.
Perry mengungkapkan, salah satu kampanye yang gencar dilakukan adalah penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
“Penggunaan QRIS sudah dikampanyekan kepada dua belas juta merchant usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),” ujarnya.
Hingga Oktober 2020, BI mencatat kurang lebih 3,6 juta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) telah menggunakan QRIS sebagai kanal pembayaran digital. Perry pun mengaku akan terus mendorong penggunaaan QRIS yang telah mencapai 94% dari total merchant tersebut.
Ke depan, kata Perry, pengembangan QRIS akan dikolaborasikan dengan merchant presented mode (MPM) dan customer presented mode (CPM). Melalui penggabungan tersebut, diharapkan bisa memperluas transaksi pembayaran digital sesuai preferensi masyarakat.
Di samping perluasan QRIS, tahun depan BI juga bakal merealisasikan Open Application Programming Interface (API) dan pengembangan infrastruktur sistem pembayaran ritel.
Hal ini dilakukan untuk memperkuat interlink antara open banking dengan financial technology (fintech).
“Supaya dapat mencegah terjadinya shadow banking,” kata Perry. Melalui standarisasi Open API tersebut, volume dan nilai transaksi konsumen diharapkan bertambah luas.
